Wednesday, March 23, 2011

Ngeseks Tukang Pijat


Ngeseks Tukang Pijat, Rumput tetangga sellau lebih hijau. Pepatah itu memang benar adanya, dalam hal ini istri orang memang selalu lebih menggoda. Seperti istri dede sepupuku yang bikin otongku senut-senut. Dan saat itu aku memang sedang berkunjung ke rumahnya di daerah bandung. Dan dari sini cerita panas dengan tante Neni berawal.


Sebulan yang lalu aku pergi kerumah sepupuku dede di daerah Bandung, kebetulan rumahnya berada didalam gang yang tidak bisa masuk mobil. Jadi mobilku aku parkir di depan gang dekat sebuah salon. Setiba dirumah dede, aku disambut oleh istrinya. Seperti yang sudah aku bilang,Memang istri si dede yang bernama yeni 30 tahun memang dikategorikan sangat sexy, apalagi dia hanya mengenakan daster.


“Mas dede sedang ke Pak RT sebentar Mas, nanti juga balik,” sapa si Sandra.

“Oh ya..” jawabku singkat.


Aku disuruh duduk diruang tamu, lalu dia kembali dengan satu cangkir the manis, karena kursi diruang tamu agak pendek, maka dengan tidak sengaja aku dapat melihat persis sembulan kedua belah dada si yeni yang tidak mengenakan BH. Wach pagi-pagi sudah dibuat pusing nich pikirku. Tapi aku hilangkan pikiranku jauh-jauh, karena aku pikir dia sudah termasuk keluargaku juga.


Akhirnya setelah dede tiba, kami bertiga ngobrol hingga sore hari. Lalu aku izin untuk menghirup udara sore sendirian, karena aku akan nginap dirumah si dede hingga besok pagi. Aku berjalan kedepan gang sambil melihat mobilku, apakah aman parkir disana. Setelah melihat mobil aku mampir ke salon sebentar untuk gunting rambut yang kebetulan sudah mulai panjang. Disana aku dilayani oleh seorang ibu, umur kurang lebih 45-50 tahun, kulit kuning langsat, body seperti layaknya seorang ibu yang umurnya seperti diatas, gemuk tidak, kurus tidak, sedangkan raut mukanya manis dan belum ada tanda-tanda keriput dimakan usia, malah masih mulus, saya rasa ibu tsb sangat rajin merawat tubuhnya terutama mukanya.


“Mas mau potong rambut atau creambath nich,” sapa ibu tersebut.

“Mau potong rambut bu” jawabku.


Singkat cerita setelah selesai potong rambut ibu tersebut yang bernama Neni menawarkan pijat dengan posisi tetap dibangku salon. Setelah setuju sambil memijat kepala dan pundak saya, kami berkomunikasi lewat cermin di depan muka saya.


“Wach pijatan ibu enak sekali” sapaku.

“Yach biasa Mas, bila badan terasa cape benar, memang pijatan orang lain pasti terasa enak” jawabnya.

“Ibu juga sering dipijat kalau terlalu banyak terima tamu disalon ini, soalnya cape juga Mas bila seharian potong/creambath rambut tamu sambil berdiri” jawabnya lagi.

“Sekarang ibu terasa cape enggak” tanyaku memancing.

“Memang Mas mau mijitin ibu” jawabnya.

“Wach dengan senang hati bu, gratis lho.. kalau enggak salah khan biasanya bila terlalu lama berdiri, betis ibu yang pegal-pegal, benar enggak bu?” pancingku lagi.

“Memang benar sich, tapi khan susah disini Mas” jawab Bu neni sambil tersenyum.


Naluriku langsung berjalan cepat, berarti Bu neni ini secara tidak langsung menerima ajakanku. Tanpa buang-buang waktu aku berkata “Bu, ibu khan punya asisten disini, gimana kalau aku pijit ibu diluar salon ini?” pancingku lagi.

“Mas mau bawa ibu kemana?” tanya Bu Neni

“Sudahlah bu.. bila Bu Neni setuju, saya tunggu ibu dimobil di depan salon ini, terserah ibu dech mau bilang/alasan kemana ke asisten ibu” Ibu Neni mengangguk sambil tersenyum kembali.


Singkat cerita kami sudah berada didalam hotel dekat Alun-alun. Ibu Neni mengenakan celana panjang, dengan baju terusan seperti gamis. Aku mempersilahkan Bu Neni telungkup diatas tempat tidur untuk mengurut betisnya, dia mengangguk setuju.


“Enggak nyusahin nich Mas”

“Tenang saja bu, enggak bayar koq bu, ini gratis lho.” jawabku.


Lalu aku mulai mengurut tumit ke arah betis dengan body lotion. Celana panjang Bu Neni aku singkap hingga ke betisnya, tapi karena paha Bu Neni terlalu besar ujung celana bagian bawah tidak bisa terangkat hingga atas. Ini dia kesempatan yang memang aku tunggu.


“Bu maaf nich, bisa dibuka saja enggak celana ibu masalahnya nanti celana ibu kena body lotion, dan aku memijatnya kurang begitu leluasa, nanti ibu komplain nich”


Kulihat Bu Neni agak malu-malu saat membuka celana panjangnya, sambil langsung melilitkan handuk untuk menutupi celana dalamnya. Lalu aku mulai memijit betis beliau dengan lotion sambil perlahan-lahan menyingkap handuknya menuju pahanya. Kulihat dari belakang Bu Neni hanya mendesah saja, mungkin karena terasa enak pijitanku ini. Saat mulai memijit pahanya body lotion aku pergunakan agak banyak, dan handuk sudah tersingkap hingga punggungnya.


Aku mulai renggangkan kedua kaki Bu Neni, sambil memijat paha bagian dalam. Tampaknya Bu Neni menikmatinya. Tanpa buang waktu dalam keadaan terlungkup aku menarik celana dalam Bu Neni ke bawah sambil berkata “Maaf Bu yach”.


Dia hanya mengangguk saja sambil terpejam matanya, mungkin karena Bu Neni sudah mulai terangsang saat aku pijit pahanya dengan lotion yang begitu banyak.


Wow kulihat pantat Bu Neni tersembul dengan belahan ditengahnya tanpa sehelai rambut yang mengelilingi vagina ibu tersebut. Aku mulai lagi memijit paha bagian atas hingga ke pantatnya dengan menggunakan kedua jempolku. Kutekan pantat Bu Neni hingga belahannya agak terbuka lebar, dengan sekali-kali aku sapu dengan keempat jariku mulai dari vagina ke atas hingga menyentuh lubang anusnya.


“Och.. Och..”


Hanya itu yang keluar dari mulut Bu Neni, rupanya dia mulai sangat amat terangsang, tapi dia type yang pasif, hanya menerima apa yang akan diperbuat kepadanya. Aku mulai nakal, kulumuri kelima jariku dengan lotion lalu aku mulai sapu dari anus hingga kebawah ke arah vagina ibu Neni dan diimbangi dengan makin naiknya pantat Bu Neni


“Och.. Och.. Mas teruskan Mas.. Och..”


Pelan-pelan kumasukan jari telunjuk dan tengah ke dalam vaginanya, lalu kukocok hingga mentok kedinding bagian dalam vagina, sambil perlahan-lahan jempolku menekan lubang anus Bu Neni. Kulihat Bu Neni agak meringis sedikit, tapi tetap tidak ada sinyal menolak. Jempolku sudah masuk ke dalam anus Bu Neni, perlahan-lahan sambil kulumuri agak banyak body lotion kukocok juga lubang anus Bu Neni, hingga sekali tekan jempolku masuk ke lubang anus, sedangkan jari telunjuk dan tengah masuk ke vaginanya, dan aktifitas itu aku lakukan hingga 3 menit.


Dan kulihat Bu Neni sudah tidak lagi meringis tanda kesakitan disekitar lubang anusnya, tapi sudah terlihat diwajahnya rasa kenikmatan, meskipun matanya terus terpejam hanya beberapa kali tersengah.


“Och.. Och..”


Setelah itu aku jilat kuping BuNeni dengan lidahku sambil berbisik.


“Aku masukan yach Bu kontolku”


Ibu Neni hanya mengangguk setuju tanpa membuka matanya. Lalu aku buka seluruh pakaianku, lalu aku ganjel perut Bu neni dengan bantal yang kulipat, supaya pantat dan lubang vaginanya agak menguak ke atas. Lalu aku masukan kontolku ke dalam vagina Bu Neni dan kukocok hingga 15menit, lalu kulihat lendir putih sudah mulai keluar dari lubang vagina BuNeni


Rupanya Bu Neni sudah mencapai klimaks hingga mengeluarkan pejunya duluan, lalu aku seka dengan handuk dan kuayun kembali kontolku hingga 15 menit kemudian, hingga Bu Neni mencapai klimaks yang kedua kali. Sedangkan kontolku makin tegang saja tanpa isyarat akan memuncratkan peju. Karena sudah pegal juga pinggangku, aku ambil body lotion kulumuri anus Bu neni sambil kubuka lubang anus tersebut hingga masuk ke dalam, lalu aku pelan-pelan menekan ujung kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Neni.


“Och.. Pelan-pelan Mas..” BuNeni mengeluh.


Terus kutekan kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Neni, lalu pelan-pelan aku cabut kontolku. Memang kontolku terasa amat terjepit oleh lubang anus Bu Neni, ini membuat aku mulai terangsang. Kutekan lagi kontolku ke dalam lubang anus Bu Neni, dan pelan-pelan mulai kukocok lubang anus Bu neni dengan kontolku ini sambil melumuri body lotion supaya lubang anus Bu Neni tidak lecet, terus kulakukan aktifitas ini hingga 5menit dan tiba-tiba peju dikontol mulai mengadakan reaksi ingin berlomba-lomba keluar. Lalu kucabut kontolku, dan kulepaskan seluruh pejuku bertebaran diatas sprei.


Setelah itu Bu Neni langsung membersihkan badannya kekamar mandi, lalu kususul Bu Neni di kamar mandi yang sudah tanpa sehelaipun benang ditubuhnya, lumayan bodynya cukup montok, tetenya sudah agak kendur tapi masih menantang seperti buah pepaya yang masih tergantung dipohon, perutnya juga sudah mulai ada lipatan lemaknya, tapi tetap enak dipandang, karena memang warna kulitnya seluruhnya kuning langsat. Lalu aku bantu Bu Neni saat hendak memakai sabun ditubuhnya, demikian juga aku dibantu juga oleh Bu Neni.


Setelah selesai mandi kontolku mulai bangun kembali, lalu kuminta Bu neni untuk main kembali, Bu Neni memberikan isyarat ok. Dan kusuruh Bu Neni duduk dikursi tanpa mengenakan pakaian selembarpun, kuangkat kedua kakinya ke atas dengan posisi mengangkang lalu kusuruh Bu Neni memeluk kakinya kuat-kuat, lalu aku jongkok dan mulai menyapu vagina Bu Neni dengan lidahku, sambil jari telunjukku ikut masuk ke dalam vagina bagian bawah sambil mengocoknya. Disini Bu Neni tampak mendesah agak keras.


“Och.. Och.. Och.. Masukan saja Mas.. Aku enggak kuat”


Tanpa buang waktu lagi karena memang kontolku mulai keras kembali, kutekan kontolku ke dalam lubang vagina Bu Neni kembali sambil setengah berdiri, sedangkan kedua kaki Bu Neni sudah bersandar di depan bahuku, terus kusodok vagina Bu Neni dengan kontolku, hingga 30 menit lebih aku belum bisa juga mengeluarkan pejuku. Lalu kuminta Bu Neni untuk mengisap kontolku supaya cepat keluar pejuku ini.


Kedua kakinya kuturunkan lalu aku memegang kedua pipinya ke arah kontolku, lalu aku memasukan kembali kontolku ke dalam mulut Bu Neni, disini kulihat Bu Neni mengimbangi dengan isapan serta air liurnya yang mulai menetes dari mulutnya untuk membuatku cepat mencapai puncak. Memang benar-benar lihai Bu Neni, sebelum mencapai waktu lima menit aku sudah tidak tahan lagi menahan pejuku muncrat didalam mulutnya.


Setelah itu kami berdua membersihkan diri kembali kekamar mandi, lalu kami kembali ke salon Bu Neni. Sebelum keluar dari mobil, aku sempat berbisik kepada Bu Neni. Memang yang lebih tua, sangat paham dalam pengalaman dalam hal ini dibanding dengan yang masih muda. Bu Neni hanya tersenyum manis saja, sambil turun dari mobilku dan kembali masuk ke dalam salonnya.


Sejak saat itu aku selalu horny jika melihat ibu-ibu muda atau tante-tante seksi. Ingin aku menjamahnya.