Monday, March 21, 2011

Cerita Abang Gigit Putingku


Siska adalah seorang dokter yang mendapat tugas PTT di sebuah desa yang terletak di pedalaman provinsi Jambi. Setamat dari kedokteran ia harus bertugas sebagaimana sumpah saat ia diwisuda. Berbagai upaya dilakukan oleh orang tuanya, yang notabene pejabat teras suatu daerah di pulau Jawa. Akan tetapi karena keadaan telah berubah dengan adanya keputusan pemerintah, hal seperti itu tak dapat dihindari.

Siska adalah seorang gadis yang berusia 26 tahun. Keluarganya asli keturunan Manado. Ia berparas cantik dengan rambutnya sebahu dan berkulit putih bersih. Tingginya 165 cm dengan pinggul yang berbentuk dan sepasang kaki yang panjang. Dadanya sesuai dan amat serasi dengan bobot tubuhnya yang 49 kg. Setiap ke kampus ia selalu menyetir sedan All New-nya sendiri.

Dengan sosok secantik itu, tidak heran banyak teman pria di kampus maupun di luar kampusnya yang naksir namun hanya Ryan yang berkenan di hatinya. Ryan adalah tunangannya. Ryan adalah seorang putra pengusaha di kota itu dan sekarang bekerja pada sebuah BUMN di kota itu juga.

Hari pertama Siska di desa itu, cukup jauh perjalanan ia tempuh. Selain langkanya angkutan umum juga perlu ditempuh satu hari perjalanan darat dari kota Siska. Letaknya terisolir. Maklum Siska biasa di provinsi yang telah maju. Siska diantar oleh pegawai kecamatan dan juga diantar oleh sang pacar.

Sesampai di desa itu, Siska diperkenalkan dengan para pegawai klinik. Salah seorangnya bernama Wati. Siska menetap di rumah kepala suku yang kebetulan memiliki dua buah rumah. Siska dikenalkan kepada Pak Bujana yang merangkap kepala dusun desa itu. Pak Bujana amat disegani dan ditakuti di desa itu. Jarak antar rumah di desa itu amat jarang. Mata pencaharian masyarakatnya adalah petani karet. Di rumah kayu Pak Bujana inilah Siska tinggal dan menetap selama ia bertugas.

Sebagai kepala suku, Pak Bujana bertanggung jawab terhadap keselamatan Siska. Pak Bujana adalah lelaki berumur 60 tahun. Ia penduduk asli dusun itu dan memiliki enam orang istri. Tiap istrinya memiliki rumah sendiri, maklum Pak Bujana banyak memiliki tanaman karet.

Siska betugas bersama Wati ke desa-desa memberikan pelayanan kesehatan. Pak Bujana kadang-kadang membantu Siska mengantar ke desa jika Wati sedang tidak bisa. Dengan sepeda motor tuanya Pak Bujana memboncengkan Siska. Untuk tugas kedesa yang jauh Pak Bujanalah yang mengantar dan bertindak sebagai penunjuk jalan.

Suatu ketika Siska pernah diganggu oleh pemuda kampung sebelah. Maklum jalan desa itu hanya setapak dan hanya bisa dilalui sepeda motor, untunglah saat itu Pak Bujana muncul. Ia menantang pemuda itu duel. Karena keberanian dan keahliannya silat maka pemuda itu dapat ia kalahkan. Pemuda itu berjanji tak akan menganggu Siska bertugas lagi. Saat itu Siska amat cemas namun ia lega sebab Pak Bujana memiliki kewibawaan dan ilmu silat, ditunjang kokohnya badan Pak Bujana.

Karena seringnya Siska berboncengan dengan Pak Bujana, ditambah jalan yang tidak mulus dan setapak, tidak heran sesekali dada Siska bergeser pada punggung Bujana. Saat-saat itu selalu membuat desiran dalam dada Bujana. Selain Siska cantik, Pak Bujana merasakan kekenyalan dada Siska. Setiap saat ia bonceng selalu menggoda nafsunya. Siska merasa Pak Bujana adalah sosok yang amat ia segani dan ia merasa terlindungi.

Suatu senja setelah pulang dari tugasnya, Siska mandi dan kebetualn Pak Bujana singgah di rumah Siska. Saat itu Siska baru saja akan berjalan ke kamarnya dengan handuk masih di badannya. Pak Bujana melihat kemulusan bahu dan kulit betis Siska amat bersih dan menambah keinginannya untuk mendekati Siska.

“Oooo… Pak Bujana.. Ada apa, Pak?” kata Siska.

“Nggak, Bu Dokter. Saya cuma ingin mampir saja,” jawab Bujana.

“Duduk dulu, Pak.. Saya baru mandi, nihh… Bentar ya, Pak?” kata Siska.

“Silahkan, Bu.”

Sempat Pak Bujana melihat ke pinggul Siska. Oooohhhhh amat menggodanya…. Ooo.. ia telan air liurnya.

Senja telah beranjak dan Siska pun keluar kamar dengan pakaian kaos longgar dan celana 3/4. selama ia mengantar Siska baru kali ini ia melihat kulit Siska yang putih dan mulus mulai dari bahunya. Siska selama bertugas selalu pakai celana jeans dan baju kemeja dokter jadi semua bentuk tubuhnya tertutup.

Lalu Pak Bujana berbincang-bincang dengan Siska. Karena hari mulai hujan dan angin pun bertiup kencang, maka mereka masuk ke beranda dalam. Siska pun tak lupa menyediakan makanan kecil dan minuman. karena telah akrab maka sesekali mereka ngomong kesana kemari dan kadang masalah seks. Bagi Siska amat lumrah, karena ia dokter dan Pak Bujana bukan orang lain baginya. Ia ladeni terus Pak Bujana berbicara.

Lalu Pak Bujana menggeser duduknya dan ada sesuatu yang membuatnya ingin lebih dekat kepada Siska. Siska pun dengan antusias membiarkan Pak Bujana duduk di sampingnya.

“Bu Dokter?” kata Pak Bujana. “Saya merasa Bu Dokter amat pintar. Apa nggak takut tinggal di rumah ini?”

“Ooo.. nggak, Pak…” kata Siska.

“Oooo… cincin Ibu amat bagus. Coba saya liat,” kata Bujana sambil meraih tangan Siska.

Siska biarkan Bujana meraih tangannya. Namun Bujana bukannya melihat cincin namun meremas tangannya.

Siska kaget dan bertanya.

“Jangan, Pak… Malu saya. Masak Pak Bujana begitu?” katanya.

“Ooo.. maaf, Bu,” kata Bujana.

Lalu Bujana kembali melihat cincin dan berkata.

“Ibu cantik. Kalo saya punya istri seperti ibu ndak saya biarkan kemana-mana,” kata Bujana.

Siska hanya senyum sambil memandang Pak Bujana.

“Jangan lagi lah, Pak. Masa sudah tiga nggak cukup-cukup? Apa Bapak nggak repot harus menggilir dan membagi belanja?” kata Siska.

“Oooo.. tenang aja, Bu… Saya sudah atur, kok,” kata Bujana.

Lalu Bujana melingkarkan tangannya ke bahu Siska. Siska pun melepaskan tangan Bujana itu. Bujana pun maklum, lalu ia dekatkan mulutnya dan ia tiupkan nafasnya ke tengkuk Siska yang di tumbuhi rambut halus sebab saat itu Siska mengikat rambutnya.

Siska bergidik. Ia merasa khawatir dengan sikap orang ini. ia kenal baik dan orang ini seperti ingin sesuatu darinya.

Lalu Siska menjauh. Ia berpikir kalau Ryan pacarnya, yang juga tunangannya, belum pernah berbuat seperti ini. Mereka pacaran pun biasa saja paling hanya cium pipi dan pegang tangan. Naluri wanitanya bangkit, namun menghadapi orang tua seperti Bujana ia harus bijaksana.

Bujanapun lalu terus mendekat kearah Siska, sambil berkata.

“Buuuu… Saya merasa suka dengan Ibu.”

Siska hanya diam.

Lalu Bujana kembali meraih tangannya dan menarik Siska ke pelukannya. Siska ingin berontak namun ia segan dan merasa serba salah. Ia biarkan Bujana memeluknya dan Bujana pun membelai rambut serta memainkan balik telinga Siska.

Karena suasana mendukung dan di rumah itu tiada cahaya listrik, ditambah hari hujan maka Siska pun terbawa hanyut dalam pelukan Bujana yang seusia dengan ayahnya.

Merasa mendapat kesempatan, Bujana tidak menyia-nyiakannya. Ia cium bibir Siska. Sebagai laki-laki berumur, ia amat berpengalaman dalam soal menaklukan wanita, apalagi wanita seperti Siska yang masih mentah dan belum berpengalaman.

Siska terbawa arus gairahnya, sebab Ryan belum pernah seperti itu terhadapnya. Dengan keliaran tangan Pak Bujana, jari Bujana berpindah kedalam blus yang dikenakan Siska. Lalu ia pilin bukit kembar itu.

Siska terhengak. Badannya panas dingin merasakan sensasi itu. Sementara mulut Pak Bujana terus menempel di bibir Siska dan turun ke leher jenjangnya. Meskipun hari hujan dengan derasnya di luar namun badan Siska mengeluarkan keringat.

Lalu Pak Bujana menghentikan aksinya dan terlihat wajah Siska memerah menahan gejolak nafsu sekaligus juga perasaan malu. Ia tahu Siska ingin permainan dilanjutkan namun Bujana ingin sesuatunya aman.

Ia angkat Siska ke kamar yang cukup bersih di rumah kayu itu. Di dalam kamar itu Bujana membaringkan Siska lalu ia berjalan ke luar untuk mengunci pintu rumah serta pintu kamar dari dalam. Siska tergolek di ranjang besi model tempo dulu yang ada di kamar itu sambil menunggu Pak Bujana kembali.

Lalu Pak Bujana kembali memulai aksinya dengan membuka kancing baju Siska. Baju itu ia lepaskan dan terbukalah tubuh bagian atas Siska. Siska hanya mendesis dan memicingkan matanya. Ia merasa malu dan jengah. Setelah baju itu terbuka, terpampanglah sepasang dada putih mulus tertutup BH bermerk Wacoal. Siska memang anak orang kaya yang amat memperhatikan pakaian dalamnya.

Pak Bujana lalu bergerak kebelakang tubuh Siska dan menciumi tengkuk yang ditumbuhi rambut halus itu, lalu turun ke bahu dan leher Siska. Siska hanya merem melek merasakan rangsangan yang mulai naik keubun-ubunnya.

Lalu tangan Bujana yang telah keriput itu, membuka pengait BH berwarna pink itu sehingga terlihatlah dua bukit salju yang puncaknya kemerahan. Pak Bujana yang melihat itu, tau bahwa puting dada Siska belum terjamah tangan laki-laki. Ia tau bahwa ada hentakan dari tubuh Siska saat ia putar puting dada saat itu. Putingnya pun masih kecil dan dengan bernafsu Pak Bujana lalu meremas dan memilin kedua bukit kembar yang ukurannya segenggam tangannya.

Siska hanya melenguh dan keringat mulai membasahi tubuhnya yang putih mulus itu. Kepalanya bergerak ke kiri ke kanan menahan geli dan nafsu. Dengan mulutnya Pak Bujana lalu menjilat puting dada Siska lalu menggigitnya dengan penuh perasaan, membuat dada yang putih itu menjadi merah dan lalu jilatan Pak Bujana turun ke arah perut Siska.

Langkahnya terhalang oleh celana Siska. Dengan tangannya, Pak Bujana menurunkan celana 3/4

itu ke lutut Siska dan lalu ia masuki goa vagina Siska dengan jari tangannya. Di sana ia menemukan hutan yang perawan dan terlindung, lalu ia menemukan goa yang mulai basah. Jari tangan Bujana memasuki goa terlarang itu dan memilin daging kecil yang ada di sela dinding goa Siska.

Siska terperanjat. Buru-buru ia tarik tangan Pak Bujana.

“Jangan, Pak. Sudahlah… Pakk… Yang itu jangan… mohon saya, Pak..” pinta Siska kepada Pak Bujana.

“Itu bukan buat Bapak… cukup, Pak? Saya akan menikah 3 bulan lagi,” kata Siska.

Pak Bujana menghentikan aksinya. Dengan wajah menahan nafsu, ia pandangi Siska. Ia tahu juga bahwa Siska pun sedang menikmati aksinya tadi. Ada bayangan kecewa dari mata Siska, namun Pak Bujana mengerti, bahwa memang sebagai seorang perawan Siska adalah seorang gadis baik-baik. Wajarlah kalau keperawanannya ingin ia persembahkan kepada suaminya kelak yaitu Ryan.

“Bapak… kan sudah mendapatkan apa yang Bapak inginkan. Maaf, Pak… Mungkin Bapak kecewa…” kata Siska.

“Pak.. sampai saat ini pun Bang Ryan, calon suami saya, belum pernah mencium bibir apalagi sampai telanjang seperti ini.. Hanya Bapaklah yang mampu membuat saya bisa sampai seperti saat ini. Maafkan saya, Pak.”

Pak Bujana diam, ia merasa Siska benar, namun ia ingin sekali menuntaskan gelora birahinya… Maka sekali lagi ia peluk Siska yang saat itu bertelanjang dada.

Lalu Pak Bujana meraih bibir Siska dan menciuminya Siska diam saja. Ia tahu Pak Bujana pasti kecewa, ia biarkan saya Pak Bujana kembali bertindak seperti tadi.

Lalu lidah Pak Bujana kembali bermain di rongga mulut Siska dan tangannya meraih dada Siska. Siska membiarkannya. Ia tidak ingin mengecewakan orang tua itu. Lalu aksi Pak Bujana kembali mulai dengan memilin buah dada Siska hingga Siska mau tidak mau bangkit nafsunya. Bujana ingin sekali merenggut kegadisan dokter cantik ini, apapun resikonya. Ia telah setengah jalan.

Lalu Siska kembali ia rebahkan ke kasur itu. Pak Bujana pun membuka busananya. Lalu ia buka kemejanya juga celana panjangnya sehingga Bujana hanya memakai celana dalam saja. Dada Bujana penuh bulu dan wajah Bujana yang keras itu menampakan keinginan yang besar untuk memerawani Siska. Belum pernah ia ditolak oleh wanita. Siska anak kemarin sore harus takluk kepadanya. Itulah prinsipnya.

Lalu ia buka celana 3/4 Siska sampai terlihat CD hijau muda bermerk sama dengan BH-nya. Masih terpasang CD itu, jari Pak Bujana meletakkan jari tangannya di belahan bibir vagina Siska. lalu dari samping CD itu ia masuki goa itu dengan jarinya.

Siska berkali kali merasa lonjakan pada dirinya tanda nafsunya menaik. Pak Bujana tahu, Siska mulai tak sadar akan tindakannya. Lalu CD itu ia turunkan dari selangkangan Siska.

Dengan sebelah tangannya, Bujana membelai bibir vagina dan memainkan klitoris Siska. Siska histeris. Lalu kepala Pak Bujana turun diantara paha Siska dan menjilat kelintit yang telah memerah itu. Inilah yang membuat Siska terpejam matanya dan kakinya menghentak hentak kegelian.

Ada sedikit malu pada dirinya saat itu. Namun rasa itu hilang dengan gelora birahinya. Pak Bujana tahu itulah saat-saat seorang gadis ingin merasakan sorga dunia. Pengalamannya telah biasa seperti itu.

Tidak berapa lama kemudian Siska memuncratkan air maninya keluar sedangkan saat itu lidah Pak Bujana sedang ada di bibir vaginanya. Siska orgasme dan lemaslah seluruh tubuhnya.

Lalu Pak Bujana kembali memilin dada dan bibir vagina Siska. Siskapun tidak mengerti ia hanya pasrah padahal saat itu ia telah melarang Pak Bujana menjamah kemaluannya.

Setelah yakin Siska mulai naik nafsunya, Pak Bujana melihat Siska terpejam dan kakinya menghentak-hentak, maka ia buka CD-nya, sehingga tersembullah sebatang ****** Pak Bujana yang meskipun tampak hitam namun telah 3 orang wanita ia perawani. Penis Pak Bujana tegak perkasa ingin memasuki goa terlarang milik Siska.

Siska merinding melihat panjang dan besarnya penis Pak Bujana yang tegak saat itu. Seumurnya baru kali ini ia melihat yang sebesar itu. Saat ia kuliah dulu ia hanya melihat vital pria yang telah mati dan tidak membuatnya takut.

Perlahan tangan Pak Bujana membuka paha Siska namun Siska merapatkan pahanya. Sebagai perawan ia merasa harus mempertahankannya. Berulang-ulang Pak Bujana berusaha membuka paha Siska. Ia ciumi betis dan jari Siska. Itu pernah ia lakukan saat ia melakukan hubungan seks dengan istrinya saat malam pertama dulu. Ia tahu Siska akan menyerah.

Memang tindakannya itu membuat kedua paha Siska terkuak dan terbuka sehingga tampaklah lobang yang basah dan rapat.

Tangan Pak Bujana mengelus elus paha yang putih itu dengan hati-hati. setelah paha Siska sempurna terbuka lalu ia angkat kedua kaki Siska ke bahunya. Lalu ia ganjal pinggul Siska dengan bantal. Ia berharap penisnya akan lancar saja masuk ke vagina Siska. setelah itu, ia arahkan kepala penisnya.

Siska memejamkan matanya, tidak berani menatap aksi Pak Bujana. Berulang-ulang Bujana mencoba namun terus gagal. Siska pun telah bersimbah keringat sehingga kulitnya jadi mengkilat, ditindih tubuh hitam yang juga berkeringat.

Lalu Pak Bujana membuka kaki Siska agak melebar dan paslah kepala penisnya memasuki dinding perawan itu. Lalu ia raih tangan Siska dan ia pegang keduanya sedang kontolnya telah mulai masuk.

“Aduhhhhhh….. Saaaakitttt, sakitttt… Pakkkk…” jerit Siska.

Bujana menghentikan goyangannya… Ia sadar itulah saat selaput dara Siska robek dan ia lalu perlahan mendorongkan masuk seluruhnya…

“Aduuuukhhhhhhhhh…. Ugghhhhhh…. Ampun, Pak….” jerit Siska.

Lalu Pak Bujana mengulum bibir Siska dengan mulutnya sehingga jeritan Siska tidak membuat pecah konsentrasinya. titik air mata menetes di mata Siska… Ia menangisi…. telah tidak gadis lagi dan kegadisannya direnggut orang lain. Bukan pacarnya.

Lalu… air mata Siska telah bercampur dengan keringat pada wajah dan badannya. Sedang saat itu di luar rumah sedang hujan deras seakan tidak mau kalah dengan kedua makhluk dalam kamar itu.

Berkali-kali Bujana memajumundurkan penisnya keluar masuk lobang yang masih perawan itu. Hal biasa baginya seorang gadis menangisi saat ia diperawani. Memang awalnya sakit namun setelah agak lama hubungan kelamin itu semakin nikmat rasanya. Itu dirasakan Siska. Ia memang masih mentah dalam hubungan seks. Ia pun menuruti gerakan Bujana.

Lalu setelah beberapa menit kemudian Bujana memuntahkan spermanya di dalam vagina Siska. Siska pun dari tadi telah beberapa kali orgasme. Lalu Pak Bujana menghentikan gerakannya dan tetap membiarkan penisnya tertanam di dalam lobang kemaluan Siska. Ia tertidur. Siska pun merasa letih dan nyilu pada selangkangannya.

Malam itu Pak Bujana melihat adanya noda darah pada paha dan seprei yang telah kusut karena permaianannya tadi. Menjelang subuh Pak Bujana kembali mengulang permainan ranjang itu. Siska pun seolah mulai mengerti dan tau caranya.

Malam itu sempat terjadi 3 kali permainan habis-habisan. Seolah dunia milik mereka. Sedang Siska mulai lupa dengan Ryan.

Siska terjebak oleh nafsu Bujana dan iapun setia melayani Bujana, baik saat bertugas atau sedang libur.

Bujana pun berkeinginan menjadikan Siska sebagai istrinya. inilah yang membuat Siska sedih, orangtuanya pasti marah dan Ryan akan memusuhinya. Namun akhirnya ia bertekad akan membatalkan pertunangan dengan Ryan. Ia pun ingin hidup di dusun itu dengan Bujana yang ia rasakan amat perkasa. Sebab bagaimanapun bagi Siska, kegadisannya telah direnggut Pak Bujana maka Pak Bujanalah yang bertanggung jawab.

Siska setiap bulan masih selalu pulang ke rumah orang tuanya di kota. Setelah kembali dari kota, ia telah ditunggu oleh Pak Bujana yang akan memberinya sejuta kenikmatan ranjang.

Meskipun umurnya telah tua, Pak Bujana selalu memiliki stamina yang yahud dalam hubungan seks. Sebagai seorang kepala suku di pedalaman itu, ia mengetahui resep untuk tetap kuat.

Siska pun dengan rela meninggalkan kemewahan yang ia miliki dengan kekasih dan orang tuanya. Sebaliknya ia memlih hidup dengan Pak Bujana di desa yang masih terbelakang itu untuk dijadikan sebagai istri ketujuhnya.