Monday, March 21, 2011

Anit Solehah


Namaku Andi. Aku seorang pria dengan tinggi badan sekitar 170 cm dan berat badan 75 kg. Aku termasuk orang yang pemalu. Aku berasal dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai agama.Hampir semua saudara wanita sepupuku menggunakan jilbab, karena aku membaca cerita2 porno, gambar porno dan akhirnya berujung pada masturbasi. Aku punya kebiasaan ini semenjak aku mengenal internet karena pengaruh kawan-kawanku di kampus dulu.Kebiasaan jelek ini tidak bisa aku hilangkan meski aku sudah beristri sekalipun.

Dari sekian banyak cerita porno, aku paling terangsang ketika membaca cerita hubungan sedarah. Dan di saat sekarang, aku langsung teringat akan Anit. Aku jadi terobsesi ingin mempraktekkan apa yang ada di cerita-cerita tersebut pada diriku. Tapi apa daya, aku seorang pemalu, Anit juga seorang yang sangat sholehah, bahkan di hadapanku masih juga menjaga jaraknya. Aku memutar otak bagaimana caranya bisa dekat dengan Anit tapi tetap tak bisa sampai aku putus asa.

Sampai pada satu hari yang sangat tak diduga, aku sampai di rumah pada siang hari. Hal ini jarang terjadi karena aku biasanya pulang paling cepat jam 6 sore. Tapi hari itu, semua karyawan dipulangkan lebih awal. Aku sampai ke rumah sekitar pukul satu siang. Kuketuk berkali-kali pintu rumah, tak ada jawaban. Mungkin karena rumah kami sangat panjang hingga ketukan tak terdengar.

Akhirnya aku buka pintu, ternyata tidak dikunci. Kudengar suara televisi lumayan keras dan aku pun langsung menuju ke kamarku yang melewati ruang tamu. Alangkah terkejutnya aku melihat sesosok tubuh wanita berpakaian sexy terhampar di hadapanku. Aku melihat Anit sedang tertidur di atas karpet dan Anit mengenakan daster tipis. Mungkin ia mengenakan itu karena hari yang sangat panas siang itu. Tangannya memegang remote yang hampir terlepas.

Dan yang paling indah, sebuah payudaranya nongol keluar karena dia lagi menyusui anaknya yang paling kecil. Dua anak yang lainnya sedang tertidur di kamar yang lain. Aku tercengang melihat kejadian tersebut. Saat-saat yang kuimpikan akhirnya terjadi juga. Aku bisa melihat wajahnya yang putih tanpa jilbab ditambah bonus sebuah payudaranya yang indah dengan ukuran sekitar 36B. Woww..indahnya. Aku terdiam sejenak di hadapannya. Dengan segenap keberanian aku dekatkan diriku menuju Anit.

Aku dengan malu malu mau menggerakkan tanganku menyentuh putingnya sedikit saja. Ternyata Anit sama sekali tak bergerak, mungkin saking lelap tidurnya. Akhirnya aku beranikan diri, aku angkat anaknya yang paling kecil dan kupindahkan ke kamar dengan hati-hati. Akhirnya tinggal Anit sendirian tertinggal di ruang tamu. Aku dekati tubuh Anit, kemudian aku ulangi sekali lagi perbuatanku dengan menyentuh putingnya. Kumainkan putingnya dan lama-lama putingnya tegak berdiri.

Aku yang pemalu tapi lebih tak tahan lagi menahan napsuku, akhirnya aku beranikan mulutku menyusui putingnya yang sudah menegang. Ohhh nikmatnya puting susu Anit...ada ASInya lagi. Ohhh..enak banget. Suara desahan pun terdengar sedikit-sedikit, aku perhatikan wajah Anit, ternyata matanya masih tertutup rapat. Aku makin menggila, kubuka semua pakaianku sehingga aku sekarang telanjang. Aku dekati lagi Anit dan kubuka perlahan lahan daster tipisnya.

Sekarang keadaan sudah seimbang. Anit dan aku sudah sama sama tidak berpakaian. Aku yang pemalu sepertinya sudah hilang kemaluanku, tapi 'kemaluanku' yang lain justru tambah membesar menyaksikan tubuh polos yang sudah lama kuidam-idamkan. Anit masih tertidur dengan pulasnya. Aku dekati lagi wilayah yang cukup lebat untuk area Miss-V nya. Meskipun lebat, tetapi bulunya tipis2. Aku sangat suka sekali dengan bulu2 ini.Kujilati vaginanya, kucari klitorisnya..oh enak banget..asin2 seperti punya istriku.

Semakin lama kusedot-sedot vaginanya, tubuh Anit makin mengelinjang-gelinjang. Akupun semakin bersemangat, aku mainkan juga kedua payudaranya sambil terus menyedot-nyedot vaginanya.Semakin lama tubuh Anit semakin bergerak tak beraturan dan akhirnya vaginanya mengeluarkan cairan2 bening yang cukup banyak. Terdengar suara lenguhan kecil olehku, sepertinya Anit sudah mencapai orgasmenya yang pertama. Kulihat lagi wajah Anit, dadanya turun naik seperti telah mandaki gunung yang tinggi.

Pelan-pelan matanya terbuka dan alangkah kagetnya dia melihat seorang lelaki di hadapannya tanpa memakai busana sehelai pun. Dan yang lebih mengagetkannya ternyata lelaki di hadapannya adalah adik iparnya sendiri yaitu aku. Seperti langsung tersadar, dia menjerit tak terlalu keras kepadaku. 'Andi, teganya kamu berbuat itu kepada kakak!'. Anit langsung pergi berlari menuju ke kamar anak-anaknya yang sedang tertidur. Aku pun melongo seperti kehilangan akal. Pikiranku pun mulai kembali normal. Yah kepalaku langsung pusing memikirkan apa yang barusan terjadi. Aku takut sekali kalau Anit melaporkan apa yang terjadi barusan apalagi melaporkannya kepada istriku yang sangat pencemburu berat.

Aku terdiam beberapa saat dan pelan-pelan kukenakan kembali pakaianku dan menuju ke kamarku. Di dalam kamar, aku tidak bisa tenang. AKu bingung bagaimana berhadapan dengan Anit lagi.Akhirnya aku membulatkan tekad untuk menuju ke kamarnya. Aku akan meminta maaf. Sambil kubawa segelas air putih menuju kamarnya.
AKu ketuk pintu kamar Anit. 'Kak, bisa bicara sebentar. Aku mohon maaf atas kejadian tadi, aku khilaf Kak.'.
Tidak ada jawaban dari kamarnya untuk sejenak. Kembali aku berucap kepada Anit. 'Kak, sekali lagi aku mohon maaf atas kekhilafanku tadi. Entah setan mana yang menggodaku tadi.'

Akhirnya kudengar sahutan dalam kamar walaupun sangat pelan.
'Kakak akan memaafkan dengan satu syarat' terdengar suara serak Anit.
'Iya Kak, apapun syaratnya akan kupenuhi asal Kak Anit memaafkan aku. Tapi please keluar sebentar, aku ingin berbicara langsung dengan Kakak disini untuk menunjukkan penyesalanku.'
Terdengar suara pintu kamar terbuka, kulihat Anit sudah berpakaian lengkap seperti biasa dengan jilbab besarnya.
'Tega kamu Andi, kenapa kamu melakukan ini kepada Kakak. Kamu kan tahu Kakak sudah punya suami dan yang penting Kak Anit adalah kakak istri kamu. Apa kamu tidak kasihan kepada istri kamu, kepada suami kakak dan kepada kakak sendiri?' pertanyaan Anit mencecar bertubi-tubi datang kepadaku.

'Iya Kak, aku sekali lagi menyesal,maafkan kelakuan bodohku tadi.Sekarang aku mau tanya. Apa syarat kakak Anit tadi?' aku mengajukan pertanyaan kepada Anit. Anit masih terpaku seakan masih tidak percaya hal yang barusan terjadi kepadanya. 'Satu syarat yang ingin kakak ajukan adalah jangan kamu ceritakan hal yang terjadi barusan!'
Seperti mendapat durian runtuh, syarat itu memang sangat mudah kulakukan karena siapa yang mau menceritakan aibnya kepada keluarga apalagi istriku.

'Pasti Kak, itu akan kulakukan. Terjun dari gunung pun akan aku lakukan demi menebus dosa aku tadi. Sekarang Kak Anit sudah tenang Kan?'. Anit pun sepertinya masih shock dengan kejadian tadi. Aku pun lalu menyodorkan segelas air putih yang kubawa tadi untuk menenangkan Anit. 'Minumlah Kak, supaya Kakak tenang. Anggap ini permohonan maaf sekali lagi dari aku'. Anit pun menerima segelas air putih yang kusodorkan dan meminumnya seperti kehausan sekali. Sekilas senyum muncul di bibirku karena ternyata rencanaku sebenarnya bukan untuk menenangkannya, tetapi melanjutkan kenikmatan yang tertunda.

Tanpa Anit sadari, segelas air putih itu sudah aku taburkan obat perangsang. Aku pun dengan cepat memohon diri kepada Anit untuk kembali ke kamarku dengan alasan ingin mandi dan tidur. Aku berjalan dengan perasaan sudah menang. Aku yakin sekali tidak lama lagi Anit akan gelisah dan mencari pelampiasan. Ya siapa lagi kalau bukan aku..hahahah. Di kamar, aku buka bajuku kembali dan menuju kamar mandi bertelanjang bulat.

Kenikmatan yang tertunda tadi aku teruskan di kamar mandi dengan bermasturbasi. Sengaja aku buka pintu kamarku dan kamar mandiku dengan harapan Anit datang ke kamarku dan mendapati aku sedang bertelanjang. Dengan khayalan yang belum menjadi kenyataan, aku bermasturbasi mengkhayalkan kembali tubuh Anit yang sexy yang baru kurasakan hanya sejenak. Tepat seperti dugaanku, samar-samar kulihat sesosok tubuh berjilbab mendekati kamarku.
Seperti salah tingkah, Anit memanggil-manggil namaku.
'Andi, keluar sebentar, ada yang mau kakak bicarakan lagi.'. Aku sebetulnya mendengar apa yang Anit bicarakan, tapi aku ingin memancing Anit seperti rencanaku.
'Masuk lah Kak ke kamar, pintunya kan terbuka, tanggung aku lagi mandi' jawabku.

Anit pun masuk ke kamarku yang terbuka dan ia semakin gelisah mendapatiku sedang bertelanjang bulat di kamar mandi. Aku yang sudah merencanakan hal ini langsung pura-pura keluar dari kamar mandi dengan sabun yang banyak menyelimuti badanku terutama kontolku yang sudah kukocok-kocok dari tadi. Anit terhentak sejenak dan menjerit, tetapi tidak seperti jeritan sebelumnya, tapi sedikit terdengar suara jeritan yang genit.
'Maaf ya Kak, aku begini, apa yang mau kakak bicarakan?'. Anit yang salah tingkah akhirnya mendekatiku dengan malu-malu tetapi terlihat obat perangsang yang sepertinya sudah sangat bekerja dengan baik.
'Ini lho Andi, air di wc kakak kecil airnya, boleh kakak numpang mandi disini?' Hahaha..dengan tanpa malu-malu lagi menatapku, Anit melontarkan permintaannya dan memang itu yang kuharapkan.
'Ooo gitu Kak, sekalian saja mandi bareng ya Kak, aku juga kan lagi mandi seperti yang Kakak lihat' itulah jawaban beraniku sambil terus memainkan burungku yang cukup besar ini.

Seperti tidak sabar, akhirnya Anit melepaskan semua pakaiannya dan bertelanjang bulat dan akhirnya masuk ke kamar mandi. Aku sangat girang sekali mendapatinya dalam keadaan ini. Akhirnya ia pun mandi dan tanpa menunggu aku pun membantunya mandi dengan mengusapkan sabun yang ada di tanganku.
'Ini Kak, aku bantu sabuni yah, biar bersih' Anit tidak menjawab, ia hanya menikmati saja apa yang terjadi.

Akhirnya aku sentuh badannya, aku sabuni perutnya, payudaranya yang montok dan vaginanya yang halus. Anit hanya mendesah-desah mendapatkan perlakuan seperti itu. Aku pun semakin menjadi, kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan respon dari Anit pun semakin menjadi. Tubuhnya menggelinjang menggila. AKu pun sudah tak tahan. Kubaringkan ia di Bath Tub, kubuka lebar kakinya. Dan seperti sudah tidak tahan, Anit pun turut membantu melebarkan kakinya.

Akhirnya saat yang dinanti pun tiba. Kugesek-gesek penisku di lubang vaginanya, anit makin tak tahan.
'Masukkan aja cepat Andi, Kakak sudah gak tahan!'
'Pasti Kak..Kakak cantik sekali seperti bidadari Kak..aku suka ama Kakak..apalagi ternyata memek kakak masih sempit'
Oooooh..kumasukkan sedikit-sedikit kontolku yang menegang dan akhirnya masuk juga menerobos memeknya Anit.
'OOOOooooh..Andi..terus ..Andi..ayo cepat..aahhhh..'
Kupacu semakin cepat gerakanku berirama dan Anit pun mengikuti gerakanku dan akhirnya akan sampai juga pada puncak kenikmatan.
'Ooooh..Andi Kakak mau keluar..oohhh...' ceracau Anit.
'Andi juga mau nyampe kak..dikeluarin dalem atau di luar Kak...Ooooohhh?'
'Teruss Andi goyang Andi..dalem aja biar nikmat..ohhhhh..terus'

Dan akhirnya Anit pun mengejang keras sekali mencapai puncak kenikmatan. Tubuhnya mengejang sejenak terdiam dan kontolku merasakan sekali sensasi ini. Memeknya mengurut-urut keras kontolku yang juga akan menyemburkan lahar panasnya. 'Oooh..Andi..Kakak nyampe...ohhh..ayo keluarin aja di dalam..'
Aku pun terus berpacu dan akhirnya keluarlah peluru-peluru pamungkasku di dalam memeknya yang sempit ini. Sekali lagi tubuh Anit tergetar hebat bersamaan dengan badanku yang mengejang hebat merasakan sensasi ini. Akhirnya kami pun terdampar lemas di Bath tub sejarah percintaan kami.

Setelah beberapa saat, kami pun lanjutkan di atas kasur dengan berbagai gaya dan cara. Saat itu adalah saat yang sangat menyenangkan sekaligus menegangkan dalam hidupku. Bisa-bisanya aku yang cukup alim (di pandangan keluargaku) bermain sex dengan Anit yang justru berjilbab besar.

Akhirnya waktu berlalu. Kejadian aku dengan Anit pun hanya menjadi rahasia kami berdua. Anit sepertinya menyesal telah melakukan hal tersebut, karena terlihat ia sering menghindariku saat berdua. Mungkin ia sadar kalau ia melakukan sex denganku dalam keadaan minum obat perangsang alias ia tidak sadar. Dan akhirnya peristiwa itupun hanya jadi kenangan kami berdua saja. Aku barharap kejadian seperti ini bisa berulang walau aku tak tahu kapan hal seperti ini terjadi lagi.

* TAMAT *