tag:blogger.com,1999:blog-19026739184386789872024-03-05T21:39:16.256-08:00Girl Sexy Indonesiacerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comBlogger184125tag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-69339858472338719252011-03-23T16:55:00.000-07:002011-03-23T16:57:26.492-07:00Kembang Desa jadi Model<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;"><strong>KisahMesum.Com</strong> : Kisah ini benar adanya, hanya saja untuk menjaga privacy dengan model-model yang pernah menjadi ‘korban’ petualanganku, maka dengan menyesal namanya aku samarkan, kali ini aku akan mengisahkan petualanganku dengan model yang wajahnya mirip Yessy Gusman. Aku bertemu dengan model cantik yang memiliki nama Indah ini ketika aku meliput pemilihan model di salah satu hotel bintang 5. Sebagai fotografer yang sudah dikenal di kalangan artis papan atas, membuatku selalu mendapat sambutan setiap aku muncul di berbagai event. Ini mungkin yang membuat model baru seperti Indah, ikut ‘hanyut’ akan kehadiranku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Hai, namaku Indah. Kenalan dong dengan Mas!”, sapanya dengan senyum manisnya yang menggemaskan.<br /><br />“Oh., Boleh!”, jawabku kaget.<br /><br />“Mas, mau dong di foto untuk media Mas!”, serang Indah.<br /><br />“Lho, kok tahu kalau aku fotografer?”, kataku memancing.<br /><br />“Lho siapa yang nggak kenal fotografer sekaliber Mas Boy! Di kalangan model sensual, nama Mas Boy kan sangat terkenal”, kata Indah merayu.<br /><br />“OK! Aku jadi nggak enak hati nich, dipuji cewek secantik kamu. Kalau memang kamu kepingin tampil di mediaku, tahu dong syarat utamanya. Harus tampil sensual, kalau perlu tanpa busana he.. he.. he..”, kataku dengan nada memancing.<br /><br />“Tapi dijamin jadi gadis sampul kan? Kalau dijamin aku mau, yang penting yang miskin (maksudnya tanpa busana) tolong untuk Mas saja, jangan dimuat di media massa dan internet”, jawab Indah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah sepakat, akhirnya aku janjian pemotretan dengan Indah di salah satu hotel di bilangan jalan Pramuka, Jakarta Timur. Pada hari Rabu yang telah disepakati, Indah datang bersama tiga rekannya yang tidak kalah cantik. Namanya Maya dan Ayu (bukan nama sebenarnya). Pemotretan dimulai di kolam renang tentunya, sambil ngetes kebenaran omongan Indah. Benar saja, Indah langsung mengenakan busana renang yang indah dengan warna cerah. Membuat Indah kelihatan semakin cantik saja.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Gimana Mas, okey nggak?”, tanya Indah sekeluar dari kamar ganti.<br /><br />“Badanmu benar-benar oke. Aku nggak sangka, cewek secantik kamu punya nyali sebesar kamu!”, pujiku.<br /><br />“Demi karier dan masa depanku, resiko apapun aku hadapi Mas!”, tantang model yang memiliki ukuran bra 36B ini.<br /><br />“Loh, kok nekad amat. Emang keluarga dan pacarmu mendukung?”, aku mencoba mengorek lebih dalam.<br /><br />“Apapun yang aku tempuh, mereka mendukung. Karena mereka memang membutuhkan uluran tanganku. Sehingga mereka tidak bisa protes atas perbuatanku”, jawabnya dengan wajah menunduk.<br /><br />“Indah, aku bisa bantu kamu. Tapi resikonya sangat berat, karena kamu mesti korban harga diri dan perasaan”, kataku.<br /><br />“Nggak apa-apa Mas, yang penting Mas bisa mengorbitkanku menjadi model dan pemain sinetron terkenal”, jawab Indah sungguh-sungguh.<br /><br />“Oke, sekarang kita mulai sesi pemotretan untuk sampul mediaku dulu di kolam renang ini. Setelah itu, kita sesi pemotretan di room, gimana?”, kataku.<br /><br />“Oke!”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Lalu pemotretan berlangsung sampai pukul 05.30 dan menghabiskan 5 rol film isi 36, dengan berbagai gaya yang sangat menantang. Matahari mulai menghilang dari peredarannya, pemotretan di kolam renang aku akhiri dan dilanjutkan di kamar. Setelah beristirahat dan makan malam, Indah menawariku untuk sesi pemotretan lagi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mas, foto lagi yuk!”<br /><br />“Sip!”<br /><br />“Pakai baju apa nich?”, tanya Indah.<br /><br />“Ngapain pakai baju, tadi kan udah lima kostum. Bosan ah..”, ujarku menggoda.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Godaanku disambut serius oleh Indah. Indah dengan secepat kilat melucuti busana G string yang dari tadi menempel. Aku terperangah melihat kemolekan tubuh Indah yang memang indah, hampir saja kameraku terjatuh hanya karena memelototi tubuh putih mulus di hadapanku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Loh, kok bengong, ayo foto lagi apa nggak!”, ujar Indah membuyarkan imajinasiku.<br /><br />“Oo, ya.. ya!”, jawabku tergagap.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pemotretan di room makin seru saja, karena Indah adalah tipe model yang menuruti semua perintahku. Sehingga tanpa terasa 3 rol telah berlalu. Di saat aku mengarahkan gaya tidur Indah, secara tidak sengaja tangan Indah menyentuh ‘senjata pamungkas’ku yang dari tadi telah mengacung seperti anggota DPR yang melakukan interupsi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Loh, apaan nih Mas! Kok keras amat?”, tanya Indah sambil memegang rudalku yang kencang sekali. Akupun blingsatan mendapat reaksi sensitif dari Indah.<br /><br />“Iya nich. Aku juga nggak konsen motretnya, habisnya tubuh kamu indah banget. Baru kali ini aku melihat tubuh bagus seperti ini”, rayuku.<br /><br />“Ah, yang bener! Aku yakin Mas sering melihat tubuh lebih indah daripada tubuhku, kalau Mas Bilang tubuhku Indah, aku yakin Mas menghinaku”, katanya merajuk.<br /><br />“Aku ‘kan mesti motret dulu”, kataku sambil menelan ludah.<br /><br />“Buktinya Mas dari tadi, diem aja. Nyentuh tubuhku aja nggak, kalau memang tubuhku Indah, dari tadi Mas kan udah menyerangku”, kata Indah nakal.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tanpa dikomando lagi, aku menyerang Indah dengan ganas. Indah pun memberikan perlawanan lebih ganas. Indah langsung menncopoti celana dan bajuku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mas, kalau memang kepingin ngomong aja. Jangan ditahan, jadinya nggak baik Mas. Kayak gini, laharnya meleleh di celana, ‘kan cayang”, kata Indah sambil melahap senjataku dengan lahapnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Karena aku sudah horny dari siang, maka lahar panasku dengan cepat muncrat dengan kencangnya. Tanpa bisa menghindar, laharku pun ditelan Indah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Aduuh, Mas! Kok aku nelan lahar Mas sih, tapi asin-asin enak gitu”, katanya manja.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kemudian aku lunglai tak berdaya. Dengan sabar Indah menyeka seluruh daerah ‘senjata pamungkas’ku. Seusai menyeka, Indah mengocok-ngocok senjataku dengan nafsunya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Horee.. ‘Mas Boy kecil’ bangun..”, sambut Indah sambil menjilati ujung senjataku.<br /><br />“Ohh.. Kamu kok pinter say..”, ujarku dengan suara parau karena gairah seksku membara lagi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sedotan Indah semakin mantap dan lahap, imajinasiku kian melayang. Tanganku kemudian menyambar gunung kembar yang dari tadi belum sempat kuremas-remas. Begitu gunung kembarnya kuremas, Indah langsung terpancing.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mas, ciumi gunungku dong”, pinta Indah manja.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kemudian aku melahap dua gunung yang sangat ranum dan menantangku untuk meremas-remasnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Aakk, Mas! Aku nggak tahan nich”<br /><br />“Say, posisi 69 ya!”, pintaku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku langsung menindih tubuh Indah sehingga membentuk 69, aku tanpa diminta langsung menciumi gua nikmat yang akan membawaku ke sorga itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mas, kok uennak gini sich. Aku nggak tahan nich, mau.. kel.. aahh.. nah.. kan keluar”, ujar Indah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kemudian aku membalik badan, sehingga kami saling berhadapan. Indah langsung tersenyum dan langsung menyambar bibirku, kami pun kemudian berciuman dengan hangat.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mas, aku kepengin ‘disuntik’ sama senjata Mas, kayak apa sih rasanya”, kata Indah menggodaku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Senjataku, kuarahkan ke gua yang dari tadi menunggu disodok, biar laharku keluar kian deras.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Akk..!!” teriak Indah sambil mengigigit bibirnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sodokanku pelan-pelan kutekan semakin dalam hingga membuat mulutnya menganga dan memainkan lidahnya. Kemudian aku menyambar lidah Indah, dan goyangan demi goyangan terus kutingkatkan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mas, genjot yang keras lagi dong, ak.. ku mau kel.. uar lagi”.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Genjotan aku tingkatkan hingga membuat Indah sampai ke puncak kenikmatan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Aduuh.. Akk, Mas! Aku keluar lagi..”, Indah memang orgasme untuk kedua kalinya, sementara senjataku masing mengacung.<br /><br />“Lho, Mas belum keluar ya?”<br /><br />“Emang kamu nggak merasakannya Say?”<br /><br />“Habisnya, aku enak banget. Jadi nggak mikirin Mas Boy”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tanpa diminta, Indah langsung naik dengan posisi duduk dan mengarahkan lubang ‘gua’nya ke ‘senjata pamungkas’ku. Goyangan Indah kian liar, ketika ia berada di atas perutku. Ini membuat rasa nikmatku kian memuncak dan..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Ya.. Yaa.. Keluar lagi deh” kata Indah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Mendapat reaksi orgasme Indah, membuatku terpancing dan membalikan tubuh Indah sehingga posisinya di bawah. Dengan cepat aku memasukkan senjataku yang sudah memuntahkan lahar.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mas terus, terus.. Terus Mas.. Yang keras..”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Mendapat support dari Indah membuat sodokan kian kutingkatkan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Say, ak.. ku keluar”, kataku dengan nada tidak karuan.<br /><br />“Aku juga Mas.. Bareng ya..”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Selesai genjot-genjotan, aku dan Indah tidur terlelap hingga jam 6 pagi. Indah tersenyum melihatku bangun.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Pagi Mas..”<br /><br />“Pagi, kok kamu bangun pagi amat?”<br /><br />“Iya, kebiasaanku bangun subuh”, jawab Indah sambil menyedot rokok putih dalam-dalam.<br /><br />“Mas, boleh nggak aku mohon satu permintaan, sebelum kita pisah hari ini?”, kata Indah sambil tersenyum nakal.<br /><br />“Boleh! Paling kamu minta ongkos pulang ‘kan?”, Kataku enteng.<br /><br />“Buk.. Bukan itu!”<br /><br />“Lalu minta apa, kalau bukan minta uang?”<br /><br />“Minta ‘rudal’mu lagi, puasin aku lagi donk..”<br /><br />“Gimana yach..”, godaku.<br /><br />“Gimana apanya?” kata Indah lagi-lagi dengan nada manja.<br /><br />“Maksudku, gimana memulainya ha.. ha.. ha..”, kataku sambil melirik.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Indah langsung mengejarku dan kami pun kejar-kejaran seperti anak kecil rebutan mainan. Aku melompat ke tempat tidur dan Indah terus mengejarku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mas nakal deh”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kamipun kemudian berpagutan dan berciuman dengan saling serang. Tanganku langsung meremas-remas gunung kembarnya. Hal itu membuat Indah semakin ketagihan dan tangan Indah memegang tangan kananku dan menuntunnya untuk mengorek ‘gua selarong’nya yang sudah kebanjiran lahar. Jari tanganku langsung kuarahkan ke gua tersebut hingga..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Akk, nikmat Mas. Teruskan Mas, terus ach.. ach aku keluar.. Mas!”, ‘kicau’ Indah.<br /><br />“Mas, tuntaskan yuk”<br /><br />“Okelah”, kataku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Senjataku sebenarnya belum keras betul, sehingga aku malas-malasan untuk memasukannya ke ‘gua’ Indah. Bleezz..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mas, aku kepingin kenikmatan ini dari Mas Boy terus. Mau nggak?”<br /><br />“Siapa nolak” jawabku sambil terus memompa Indah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Indah menggoyangkan pantatnya dengan lincahnya hingga membuatku tidak tahan..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Say.. aahh.. aku mau.. keluar.. nich..”<br /><br />“Aku juga Mas.., aahh..”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Akhirnya kami berdua sampai ke puncak kenikmatan ‘pamungkas’. Jam telah menujukan jam 12.00, artinya kami harus check out.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mas, kalau tabloid yang memuat fotoku sudah keluar tolong kabarin ya, entar aku kasih hadiah deh”, pintanya dengan senyum menawan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dan seminggu kemudian foto Indah muncul di tabloidku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">E N D</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-24935798856250229332011-03-23T16:49:00.000-07:002011-03-23T16:57:35.930-07:00Nikmatnya Nina<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;"><strong>KisahMesum.Com</strong> : Hai, kenalin aku Deni, 23 tahun, aku tinggal di Mataram Nusa Tenggara Barat, masih kuliah di PTN di kotaku. Aku ingin berbagi pengalaman sex yang pernah aku alami selama ini. Oh ia aku gambarin sedikit tentnag diriku, tinggi badanku 180 berat Ideal dan lumayan keren.. Temen – temen cewekku sering mengakatan bahwa aku manis, aku memiliki mr. P yg dengan panjang 20 cm dan kepala Mr. P lumayan besar..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Awal kisahku pada saat aku masih kelas 1 SMA di Mataram, aku saat itu memiliki hobi main basket, bersama dengan tim kami sering sparing partner di sekolah – sekolah lain.. Selesai ujian smester 1 aku diajak ke SMPN yang sedang mengadakan pertandingan basket oleh temenku yang juga satu tim basket namanya Aryo. Di SMP tesebut aku bertemu dengan seorang siswi yang cantik, tinggi dan memiliki buah dada yang cukup besar dibanding teman – teman sebayanya.. Dy sedang nonton pertandingan basket yang sedang berlangsung. Kudekati dan berkenalan dengannya, namanya Nina dan kami saling tukeran no Hp..oh ia saat itu nina masih duduk di bangku kelas 1 SMP..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah perkenalan itu aku dan nina sering berhubungan melalui telpon.. Kadang kami janjian untuk main basket bareng di sekolahnya.. Setelah sebulan dekat dan sering keluar bareng, aku beranikan diri untuk mengatakan cinta dengannya.. Dan ternyata dia menerima aku sebagai pacarnya.. Seminggu setelah jadian aku jemput dy didepan sekolahnya dan aku ajak dy main kerumahku.. Aku hanya tinggal berdua dengan kakakku dirumah, namun pada saat itu kakaku belum pulang kerja..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kami berdua duduk saling berhadapan di ruang tamu.. Aku lihat dia yang sungguh sanagat manis dan polos, dengan menggunakan pakaian seragam putih biru.. Samar – samar terlihat dari dalam bajunya BH hitam yang menutupi kedua gunung kembar yang putih mulus.. yang membuat nasfsuku meninggi, dua kancing baju yang seragamnya terlepas dan memberikan pandangan yang sangat membuatku terangsang..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Untuk memecahkan kecanggungan diantara kami berdua, kemudian kutawarkan kepada nina untuk nonton film BF..<br /><br />“Nin, kamu pernah nonton Film gituan gak?”<br /><br />Dy menjawab dengan sedikit malu “Udah kak, nina sering nonton film gituan bareng siska, bunga dan ria kak”<br /><br />Aku sedikit kaget mendengar jawaban dari nina.. Aku semakin bernafsu dan gak sabar untuk mencium bibirx yang mungil dan meremas kedua gunung kembar yang masih terbungkus BH hitamnya..<br /><br />“Nin, qt nonton yang ini aja ya?” Sambil kutunjukan salah satu koleksi kaset BFku..<br /><br />“Iya kak, kayaknya bagus tu..” Jawabnya menyetujui..<br /><br />Sebelum film mulai, kututup pintu dan jendela rumahku karna takut nanti kalo kepergok ama orang.. Hehehe…</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Film yang kami tonton saat itu tetang three some.. Dimana cewenya dikerjai oleh dua orang cowok sekaligus..<br /><br />“Kak, nina mau tanya ama kakak ni.. Tapi kakak jawab yang jujur ya..”<br /><br />Di bertanya sambil tersenyum malu..<br /><br />Lalu kujawab “kakak belum pernah begituan nin.., emang napa? Nina pernah gak?” Aku bali tanya.. Di tidak menjawab, dia hanya menggelengkan kepalanya, yang menandakan dia tidak pernah gituan.. Lalu kutanyakan lagi kepada nina..<br /><br />“Nina mau gak gituan ama kakak?”<br /><br />Sambil menantapku dy menjawab “emang gak sakit ya loq qt gituan kak?” Dan sambil kupeluk dy, aku mengatakan “kayaknya sih nggak nin, liat aja film tu nin. Nampaknya mereka menikmati malah kesenengan.. Nina mau cobain gak?” Tanyaku lagi..<br /><br />Dia terdiam sambil menyaksikan adegan filem bf yang sedang mempertontonkan sang cewe mendapat rangsangan pada payudaranya.. Kuberanikan diri untuk mencium pipi nina, meudian mencium bibirnya.. Dy hanya diam saja tanpa reaksi, kemudian ku remas lembut payudara pacarku.. Dy mulai memberikan reaksi dengan membalas ciumanku pada bibirnya yang mungil.. Kami berciuman dan saling memainkan lidah kami.. Saat itu juga aku membuka kancing – kancing baju seragam SMP pacarku itu hingga terlepas semuanya dan akhirnya dy hanya menggunakan bh dan rok birunya saja.. Aku sangat terangsang.. Kontolku mulai bangun dan terasa sesak didalam celanaku.. Kami masih terus berciuman dan pelan – pelan aku membuka bkaitan BH hitam yang masih menempel pada payudara pacarku.. Dan akhirnya……. Waaaww sungguh pemandangan yang luar biasa.. Payudara yang putih, mulus, dengan puting kecil yang berwarna merah muda membuat toketnya semakin seksi dan menggemaskan… Kuraba pelan dan kumainkan puting susunya.. Dy mulai mendesah pelan dan ciumannya semakin liar.. Kemudian aku perlahan turun mencium dagu, leher dan akhirnya susunya yang montok dan kenyal… Ku mainkan puting susu yang kanan dengan menggunakan lidahku dan susunya yang kiri kuremas – remas dengan tanganku.. Kuliahat dy semakin terangsang dan mendesah.. “Ahh..ah..ah… Kak… Geli…ah..ah…” Alu semakin terangsng dan kusedot dengan ganas puting susunya bergantian..<br /><br />Kubuka seluruh pakaianku… Dy sedikit kaget melihat torpedoku yang cukup besar menantnag dengan gagahnya.. Kulanjutkan lagi permainanku di daerah susunya.. Dan terus turun keperut.. Kubuka rok dan sekalian bersama celana dalam yang dipakainya hinggannampak dengan jelas memeknya yang masih belum tumbuh bulu itu menyembul dan merekah dengan sedikit cairan bening yang mengalir.. Mungkin karena rangsangan yang aku berikan.. Kulanjutkan lagi ciumanku didaerah perutnya dan semakin menurun hingga sampai pada klitoris memek pacaraku itu.. Kucium aroma khas yang kemular dari memek pacarku itu.. Kemudian kujilat perlahan dan dia menggelinjang kegelian.. Dijambaknya rambutku dan kepalaku ditekan keras kearah memeknya yang mengakibatkan aku sedikit susah bernafas.. Sepertinya dia sangat bernafsu dan sangat menikmati permain lidahku dimemeknya.. Kurasakan semakin banyak cairan yang beraroma khas mengalir dan membasahi mulutku.. Kusedot cairan tersebut dan kutelan.. Rasanya aneh namun agak manis..<br /><br />Aku sudah gak tahan, kemudian ku buka kakinya dan kunaikan kedua kakinya dipundakku.. Kucoba untuk memasukan batang kontolku kedalam memeknya yang sudah basah.. Dy sedikit merintih saat kepala kontolku masuk sebagian kedalam memeknya yang memang sangat sempit.. Kugoyang maju mundur pelan – pelan berharap agar dia tidak kesakitan dan tidak kehilangan mod untuk bermain.. Pelan – pelan kugoyang dan dengan sekali sentakan keras aku berhasil membobol keperawanan pacarku.. Dia menjerit “Kak ssaaaakkkiiittt…….” Dan darah segar mengalir membasahi sofa tempat kami bergumul.. Kudiamkan sejenak kontolku didalam memek pacarku dan kulihat dia sudah mulai terbiasa.. Mulai ku goyang kontolku maju mundur didalam memeknya.. Dia mulai mendesah – desah, sepertinya dia juga udah menikmati permainanku.. Aku terus menggenjot memeknya.. Terasa kontolku seperti disedot oleh memeknya.. Kupercepat genjotanku , dy mendekapku dan mencakar punggungku.. Sejenak dy mengejang dan akhirnya melemas.. Sepertinya dia telah orgasme.. Kemudian kuminta dia memperaktekan adegan film yang sedang kami tonton yaitu dengan menggunakan doggi style.. Dy menuruti permintaanku.. Kemudian kumasukan pelan – pelan batang kontolku kedalam memeknya yang sudah mulai longgar.. Kemudian ku genjot dari belakang dengan menggunakan gaya doggi.. Dy mendesah tiapkali aku hentakan kontolku kedalam memeknya.. Kuraih kedua susunya dari belakang dan kuremas – remas.. Dia semakin mendesah dan mengikuti genjotanku.. Sekitar 15 menit kami menggunakan gaya tersebut kemudian aku maerasakan bagaikan ada yang akan melesat keluar dari dalam kontolku.. Cepat – cepat kucabut kontolku dari pepeknya dan kumasukan kontolku kedalam mulutnya.. Awalnya dy gak mau.. Tapi setelah sedikit kupaksa akhirnya dy membuka mulutnya dan Cccccrrroooottttt…. Ccrrooottt… Crrroooott… Air maniku memenuhi mulut nina.. Kusuruh dy agar menelan air maniku.. Dy sedikit tersedak karena air kejantananku yang keluar cukup banyak dan sebaian meluber keluar dari mulut mungilx..<br /><br />Setelah permainan itu kucium keningnya dan kukatakan “kakak cinta nina” di menjawab “nina juga cinta kakak..” Kemudian kami tidur – tiduran dalam keadaan sama – sama bugil sambil menonton film bf yang kami putar tadi hingga akhirnya kami terlelap.. Saat itu waktu menunjukan pukul 16.30 wita aku terbangun dan melihat dy masih tertidur kelelahan setelah aksi kami tadi.. Melihat dy telanjang bulat aku jadi terangsang, ku cium dan ku kenyot puting susunya.. Dy sedikit melenguh namun matanya tetap terpejam.. Sekitar 15 menit kumainkan susunya kemudian dy terbangun dan tersenyum.. Kubisikan padanya “nin, tolong emutin kontol kakak ya.. Biar kayak film td…” Tanpa menjawab dia langsung jongkok didepan kontolku dan langsung menjilat kepala kontolku.. Sssrrrr…. Rasanya bagaikan melayang – blayang diudara saat kontolku masuk kedalam mulutnnya..dia memainkan kontolku dengan lidahnya seperti difilm bf td.. Aku kemudian sudah gak tahan dengan perlakuan yang diberikan padaku.. Kemudian langsung saja aku angkat dy dan menyuruhnya jongkok tepat diatas kontolku.. Kumasukan kontolku kedalam memeknya dan blesss… Kontolku masuk seluruhnya kedalem memeknya.. Matanya merem melek merasakan nikmatnya kontolku didalam liang memeknya.. Sekarang giliran dy yang mengatur permainan, sungguh nikmat terasa saat dy menggoyangkan pinggulnya.. Dy trus bergoyang dan bermain diatasku.. Kuremas – remas kedua susunya yang menggantung indah didepanku.. Sungguh pemandangan yang sangat menggairahkan..<br /><br />Sekitar 30 menit kami bermain dengan gaya itu, keringat kami keluar bagaikan mandi sauna.. Dy tampak begitu cantik saat bergoyang dan mendesah.. Aku merasakan sudah akan keluar.. “Sayang, aku udhb mau keluar.. Keluarin dimana sayang…?” “Aku juga sayang… Aku udah mau keluar nih.. Aku pengen rasain sayang keluarin didalem..”<br /><br />“Ia sayang qt sama – sama keluarinnya ya..” Tak lama kemudian kami sama – sama menjerit “aaaahhhhhhhhhh…….”<br /><br />Kurasakan memeknya berkedut – kedut seperti memijat kontolku yang tertancap didalamnya.. “Sayang kamu hebat.. Memek kamu kok kayaknya nyedotin kontolku.. Gimana caranya say?” “Biasa aja kok kak, nina gk pake apa – apa, kan kita baru pertama kali gituan kak…”<br /><br />“Kamu hebat nin.. Aku sayang kamu” “nina juga sayang kakak”<br /><br />Setelah permainan itu kemudian kami merapikan diri kemudian kuantar nina pulang kerumahnya..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah kejadian tersebut kami sering melakukannya lagi bahkan setia hari kami melakukannya dirumahku, kadang dirumahnya juga.. Setelah lami pacaran selama 1 tahun, aku emncoba ide bagiku agak gila sih.. Kami berdua mencoba untul undang temen – temen sekolahnya kerumahku untuk nonton film BF.. Ya ternyata undangan kami mendapat respon dari temen – temennya yaitu Siska, Bunga, Mira, Ria dan Winda.. Mereka semua janjian untul bolos sekolah dan datang kerumahku untuk memenuhi undangan kami..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Waktu itu hari Sabtu tanggal 9 Oktober 2004 sekitar jam 9.00 wita, nina dan teman – temannya datang kerumahku dengan menggunakan taksi.. Aku memang menunggu mereka dari tadi dan langsung menyambut kedatangannya.. Setelah mereka kupersilahkan masuk, kemudian kututup pintu dan jendela rumahku.. Aku berusaha membuat kesan supaya rumahku nampak sepi tidak ada penghuni.. Hehehe..<br /><br />Kemudian langsung saja aku tunjukan pada mereka tumpukan kaset DVD BF koleksiku, ksuruh pilih salah satu untuk ditonton.. Kemudian mereka sepakat memilih salah satu film bf tersebut… Suasana sangat hening saat adegan film telah dimulai.. Kemudian aku dan nina yang mempunyai rencana, mulai beraksi.. Kami saling bercumbu, berciuman dengan liar dan penuh nafsu dihadapan teman – temannya.. Mereka kaget melihat aksi nekad kami.. Awalnya aku agak canggung sih tapi akhirnya aku cuek aja.. Kami menirukan adegan ciuman didalam film yang tengah kami saksikan.. Perlahan lahan aku buka pakean nina dan aku hanya menyisakan BH dan Cdnya.. Aku juga membuka seluruh pakeanku dan aku hanya menggunakan cd aja.. Teman – teman nina nampak kaget dan siska bertanya “hey, kalian sedang apa?” “Kami sedang mencari kenikmatan sis..” Jawabku seadanya.. “Kenikmatan apa kak??” Bunga bertanya penuh rasa ingin tahu.. “Kenikmatan yang hanya bisa kita dapet dengan cara ini aja dan tidak ada yang bisa mengalahkan nikmatnya ini.. Kalian udah pernah ngerasain lum??” Tanyaku menggoda.. “Ngerasain apa kak?” Siska kembali bertanya.. “Ngerasain nikmatnya ngentot sis..” Celetuk pacarku.. Mereka semua terdiam melihat aksi kami.. Kulucuti Bh dan cd yg dikenakan nina.. Kulepaskan juga cdku hingga terlihat kontolku yang tegak menantang.. Siska, Bunga, Mira, Ria dan Winda terkejut melihat kontolku.. Mereka tumben melihat kontol asli didepan matanya, karena biasanya mereka hanya melihat di film Bf saja.. Kemudian kuberi isyarat kepada nina untuk mengemut kontolku.. Nina nampak enjoy dan sengaja mengemut kontolku dengan penuh nafsu dengan tujuan untuk memrangsnag teman – temannya.. Dan benar saja, nina menawakan kepada siska untuk ngemut kontol ku.. “Sis, kamu mau nyobain ini gak? Enak lho sis..” Sambil mengacungkan kontolku kepada siska.. “Emang rasa apa nin? Ih gak jijik kamu nin?” Tanyanya geli.. “Makanya kamu cobain dah dulu baru nanti komentar..” Kemudian nina menarik tangan siska dan meletakkannya pada batang kontolku.. Kemudian nina mengajarkan pada siska cara mengocok kontolku.. Akhirnya dengan penuh rasa malu siska ngocokin kontolku.. “Di emut dong sis..” Mendengar perintah nina kemudian siska mulai memasukan kontolku ke dalam mulutnya danb mulai melakukan aksi emotnya.. Awalnya siska tersedak.. “Gini caranya sis..” Nina mengambil alih dan memasukan kontolku kedalam mulutnya sembari meririk siska.. “Nih kamu cobain lagi.. Enak kok..” Sambil memberikan kontolku pada siska.. Siska mencoba yang diajarkan nina dan akhirnya siska mulai mahir memainkan kontolku dengan lidahnya.. Sekitar 10 menit siska memainkan kontolku, kemudian nina menawarkan kontolku kepada bunga.. Bungapun mau melakukannya dan begitu juga dengan Mira, Ria dan Winda.. Mereka bergantian ngemutin kontolku.. Dan akhirnya aku merasakan bahwa kontolku akan menyemprotkan maninya.. Kemudian kusuruh nina menyedot kontolku yang akan mengeluarkan maninya.. Dan akhirnya….. Cccrrrooottt…..croottt… Maniku memenuhi mulut nina.. Nina pun menelan seluruh maniku yang keluar didalam mulutnya..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Saat itu waktu baru menunjukan pukul 12.30 wita kami ber enam masih menyaksikan adegan film bf yang masih diputar.. Kontolku mulai ngaceng lagi.. Aku dan nina masih dalam keadaan bugil, nina meminta memeknya untuk disedot.. Nina duduk sambil membuka lebar kakinya tepat didepan wajahku sehingga terlihat jelas memeknya.. Tanpa basa – basi langsung saja kujilati memeknya nina dan ku sodok – sodok lubang memeknya dengan menggunakan lidahku.. Dia mengelinjang dan mendesah – desah kegelian.. “Aah…. Ah.. Ah…. Khhaakk… Ahkhuu.. Udddaahhh gghhaaakk… Naahhaaannn…… Mhassukkiinn khhaaakkk… Aaahhhh….” Kulihat teman – teman nina serius mengamati perlakuan yang kuberikan pada nina.. “Hheeyy kalian mau rasain juga gak? Loq mau buka deh pakean kalian.. Cepet…” Seru pacarku pada temen – temannya.. Merekapun langsung menuruti kata – kata nina bagaikan dihipnotis… Siska mengambil tempat di sampingku dan mencari kontolku untuk di emut.. Bunga langsung menyedot nyedot payudara nina sebelah kiri, mira mengenyot payudara siska sebelah kanan, ria berdiri dihadapan nina dan mengarahkan memeknya kewajah nina dan winda ikut bersamaku menjilat memek nina.. Pemandangan saat itu sungguh sangat menggairahkan.. Aku gak tahan dengan emutan siska pada kontolku.. Langsung saja aku ambil posisi dan mengarahkan kontolku ke lubang memek nina.. Dan sekali doromg kontolku lenyap ditelan memeknya.. Ahh… Ah… Ah… Nikmat bgt..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Maaf gan.. Sekian dulu.. Aku masih ada kerjaan lain yang mesti diselesaikan.. Lain waktu aku lanjutkan kisahku dengan Nina dan kawan – kawan…<br /><br />Trims..</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-69215413920690736282011-03-23T16:45:00.000-07:002011-03-23T16:57:46.868-07:00Lagu Kehidupan 3<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;"><strong>KisahMesum.Com</strong> : Sambungan dari bagian 02</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sesaat kemudian kubaringkan tubuh Imel di sampingku, dan sekarang bibirku kembali bergerak merasakan asinnya keringat Imel di lehernya, terus menyusuri tepi belakang rambutnya.<br /><br />“Fran.. ach.. ach.. ugh.. hhmm,” desah birahi Imel yang kembali naik.<br /><br />Perlahan kucabut burungku, walaupun Imel masih berusaha menahannya, namun kubalikkan tubuh Imel dan sekarang dia tidur telungkup. Sementara itu jemariku kembali bergerilnya menyelusuri tubuh berkeringatnya, licin namun memberikan sensasi tersendiri. Bau khas parfum bercampur keringat seperti itu dapat terus mempertahan kejantananku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kemudian masih dalam posisi tidur telungkup itu kuselipkan burungku dari belakang.<br /><br />“Egh.. hhmm.. ach.. ach.. ach.. Fran.. enak.. ach..!” rintih Imel tertahan.<br /><br />Hanya dengus napas memburuku sebagai jawaban dari rintihan Imel, dan perlahan aku mulai mengocok lagi seraya menikmati betul gesekan leher burungku di sarangnya. Keluar masuk, keluar masuk, perlahan dan semakin lama semakin cepat seiring dengan lenguhan Imel yang semakin panjang.<br /><br />“Ach.. ugh.. ugh.. ugh.., Fran.., terus.. ach.. ach..!”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Hingga suatu saat, kucabut dan segera kubalikkan tubuh Imel menghadap ke arahku dan segera kupentangkan kakinya lebar-lebar dan kuraih betisnya untuk segera kunaikkan ke pundakku. Terbuka sudah hutan basah itu dengan bibirnya yang masih terpecah menganga dengan warna merah muda dominan di bagian dalamnya, sedangkan bibirnya berwarna lebih tua dan bengkak, nampak besar bibir itu tidak sebanding dengan panjangnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Namun pantat itu tidak dapat diam, terus menggeliat, mencari cengkraman yang hilang.<br /><br />“Fran.., cepet, gue.. ach.. ngga.. tahan.. ach..!” pinta Imel seraya terus mengangkat-angkat pantatnya berusaha menutupi kegelisahan dan kekosongan liangnya.<br /><br />Dengan gagah dan sedikit sentakan kuat segera kuhunjamkan batangan itu masuk dan menyentuh hingga ke dasarnya.<br /><br />“Aacchh..!” desah Imel terpuaskan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sementara aku segera memompa dengan kecepatan tinggi yang terus meninggi hingga batas tertentu yang kurasa pas untuk kupertahankan untuk beberapa saat. Hingga pada suatu kesempatan, kepala Imel terangkat dan segera menghisap kuat dadaku hampir bersamaan dengan hentakan kuat batanganku sebelum melepaskan pelurunya tepat di dasar vagina Imel.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Fran..,” rintihnya halus bersamaan dengan ambruknya tubuhku menindih tubuh Imel setelah sebelumnya kubiarkan kaki Imel turun dari pundakku.<br /><br />Lemas rasanya seluruh tubuhku, dan genggaman Imel di antara jemariku memberikan sensasi tersendiri. Kulit kami yang berkeringat juga memberikan rasa licin yang menambah kehangatan yang ada, dan tentunya juga bau khas keringat nafsu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Bab IV</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Gerakan daun pintu kamar sempat tertangkap oleh sudut mata Imel saat dia membuka matanya, sehingga secara reflek dia menoleh ke arah pintu kamarku yang tidak terkunci tersebut. Reflek aku juga ikut menoleh dan.., masih sempat terlihat Sandra ada di balik pintu itu sebelum dia tutup karena terkejut, tidak kalah terkejutnya dengan aku juga.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Segera aku bangun dan meraih celana pendek serta kaos yang kusampirkan di kursi belajar tadi, dan segera aku keluar kamar. Tidak ada. Bagai lari kesetanan aku meloncati 3 sampai 4 anak tangga sekaligus dan mencari keluar, namun ketika aku sampai di luar hanya ekor dari Honda Civic coklat susu model terbaru yang sempat kulihat.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Segera aku masuk dan menelpon, tentu ke HP Sandra yang kutuju, tapi tidak ada respon. Wah, pusing aku. Hancur lagi dech hidupku. Aku terduduk di kursi ruang tamu tanpa tahu apa yang harus kulakukan, bengong seperti orang bego habis ketangkap basah, mau apa lagi..?</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Siapa Fran..?” suara lembut dari belakang itu menyadarkanku bahwa masih ada orang lain di rumah ini.<br /><br />“Sandra.., cewe gue,” sahutku pendek.<br /><br />“Ooppss..,” ada nada sedih, “Fran, apa yang bisa gue bantu?” tanya Imel lirih.<br /><br />“It’s OK.., lo pulang aja dech..!”<br /><br />“Fran..?”<br /><br />“Gue ngga pa-pa kok..,” sahutku lirih seraya berusaha memberikan senyum untuk meyakinkannya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Yach.., ini juga salahku, dan aku tidak mungkin menyalahkan Imel oleh karena tadi aku juga mau melakukan itu. Kemudian memang kebiasaanku dari dulu, siapa saja yang cari aku di rumah ini berarti temen dekat, dan biasanya mereka akan langsung naik ke kamarku. aku juga tidak dapat menyalahkan Pak Prapto, tukang kebun, atau Bik Imah, pembantu rumah ini, karena sudah tahunan mereka bekerja dan semuanya tahu kebiasaanku, kalau teman-temanku yang tahu rumah ini biasanya langsung ke kamarku. Kalau bukan teman dekat mereka tidak akan tahu rumahku yang ini, jadi aku juga tidak dapat menyalahkan mereka.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Fran, gue sebenarnya mau ngucapin terimakasih lo udah bantu kesulitan keluarga gue,” kata Imelda perlahan.<br /><br />“Yach..,” sahutku pendek.<br /><br />“Sorry Fran, atas kejadian ini.., kalau lo butuh gue untuk jelasin ke Sandra nanti call gue yach..!” pinta Imel merasa bersalah.<br /><br />“Oke,” sahutku pendek.<br /><br />Dan setelah itu Imel pun segera pergi dan berlalu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Segera setelah Imel pulang, aku mencoba menghubungi Sandra lagi via HP, tapi tidak aktif. Akhirnya aku mandi dan segera pergi ke rumah Sandra.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Sore Tante,” sapaku ketika pintu rumahnya terbuka.<br /><br />“Sore.. wah Fran, Sandranya ngga ada di rumah nich, katanya mau ke rumah kamu?” jelas ibunya Sandra kebingungan melihat kedatanganku.<br /><br />“Eh.., anu Tante,” bingung aku mau bilang apa lagi, “Oh.., belum pulang Tante dari tadi?” tanyaku selanjutnya.<br /><br />“Belum tuch,”<br /><br />“Oh..ya udah Tante, biar Fran cari dulu.” sahutku seraya ingin segera berlalu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Ribut lagi, Fran?” penuh selidik beliau bertanya.<br /><br />“Eh.. ngga Tante.” sahutku menyangkal.<br /><br />Tapi senyum beliau yang memaklumi menyelamatkan perasaan kacauku yang sesungguhnya berkecamuk bagai badai di dalam dada. Ach.., memang aku yang salah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Beberapa tempat sudah kucari, mulai dari teman dekatnya Sandra hingga beberapa tempat yang biasa dia kunjungi, tapi batang hidungnya tetap tidak nampak. Sampai jam 12 malam lebih aku masih berusaha mencarinya. Sudah kuminta juga bantuan teman dekatku untuk menginformasikan keberadaan Sandra bila mereka melihatnya, tapi tetap tidak ada berita, seperti hilang di telan bumi, sementara di rumahnya tetap belum pulang.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Hingga pada jam 24.45, “Malam.. Fran..?” suara lembut di seberang sana memanggil namaku ketika telpon itu kuangkat.<br /><br />“Malam Tante, gimana sudah ada berita dari Sandra?” tanyaku cemas setelah aku dapat memastikan bahwa itu adalah telpon dari ibunya Sandra.<br /><br />“Baru saja Sandra telpon, katanya dia ngga pulang malam ini, tapi ngga mau bilang tuch dia ada dimana.” jelas beliau.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Oh.., tapi ngga kenapa-kenapa Tante?”<br /><br />“Ngga ngomong tuch, cuma tadi pesennya ngga pulang aja malam ini.”<br /><br />“Oh..”<br /><br />“Ya sudah.., kamu pulang istirahat sana..!” pesan beliau sebelum mengakhiri percakapan di telpon malam itu.<br /><br />“Baik Tante. Terimakasih dan selamat malam.” sahutku kecewa.<br /><br />“Malam.” sahut suara di ujung sana.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sampai 2 hari aku tetap tidak dapat menjumpai keberadaan Sandra, walaupun dia tetap telpon ke rumahnya, dan tentu saja hidupku semakin kacau. Gila.., satu urusanku belum dapat teratasi, perasaan salah itu kini bertambah lagi dengan kesalahan fatal yang kuperbuat sendiri. Semakin down rasanya, ingin menangis rasanya. Justru di saat aku susah gini, tidak ada teman yang dapat menghiburku. Tidak ada tempat aku dapat berkeluh kesah dan bermanja. Apakah semuanya salahku..? Memang aku sich yang salah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">4 hari setelah kejadian yang memalukan itu, ketika aku baru bangun tidur siang dan turun ke bawah untuk cari makan, “Den Fran.” panggil Bik Imah.<br /><br />“Ada apa Bik?”<br /><br />“Tadi Nak Sandra datang tapi ngga masuk, dia cuma titip ini sama Bibik, katanya minta disampaikan ke Den Fran.” sahutnya hati-hati.<br /><br />“Apa?” bagai disengat kalajengking aku terkejut.<br /><br />“Kok Bibik ngga bilang sich?” sahutku ketus menyalahkan seraya mengambil bungkusan kecil yang disodorkan oleh Bik Imah.<br /><br />“Nak Sandra bilang ngga perlu Den.” sahut Bik Imah takut.<br /><br />“Ya sudah.”<br /><br />Memang aku juga tidak dapat menyalahkannya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Ada apa yach Den, kok mata Nak Sandra juga bengkak begitu kaya abis nangis.” jelas Bik Imah selanjutnya.<br /><br />Mataku yang melotot sudah cukup untuk membungkam pertanyaan selanjutnya dari Bik Imah, dan tubuh ringkih itu segera pergi kembali ke dapur menuju habitatnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Isi dari bungkusan itu adalah selingkar cincin yang pernah kuberikan ke Sandra sebagai tanda cintaku saat pesta valentine tahun lalu. Aku beli cincin itu sepasang, satu buat Sandra dan satu lagi buat kupakai, yang sekarang sudah dikembalikan. Aku mengerti ini artinya Sandra sudah membuat keputusan untuk mengakhiri hubungan kami, tapi rasanya aku belum puas kalau aku belum bertemu langsung dan berbicara dengannya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sore-sore aku datang lagi ke rumahnya dan menunggu lama, hampir 1 jam sebelum akhirnya Sandra keluar dan menemuiku.<br /><br />“San..,” panggilku lirih.<br /><br />“Ngapain lo datang-datang lagi?” sahutnya ketus.<br /><br />“San.., gue mo minta maaf, gue bener-bener minta maaf dan gue mo jelaskan ke loe.”<br /><br />“Mo nyangkal?” sahutnya tetap ketus.<br /><br />“Ngga.. San, gue emang salah, tapi gue mo lo juga tau permasalahannya dan baru lo ambil keputusan.” pintaku memelas.<br /><br />“Ngga perlu, biar gimana hati gue udah terluka dan gue ngga mungkin jalan sama lo.”<br /><br />“San, tolong berikan kesempatan buat gue sekali lagi.” masih aku mencoba meminta.<br /><br />“Sudah selesai dan tak ada penyesalan.” senyum dingin menghias bibir Sandra kali ini.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ketegaran telah nampak di sikap Sandra, dan memang biasanya sulit sekali mengubah keputusannya. Aku sudah menceritakan semuanya ke Sandra tentang masalahku mulai dari kasus Irene yang selama ini kutanggung sendiri sampai juga ke soal Imelda yang akhirnya dipergokinya itu, namun semuanya tetap tidak mengubah pendiriannya untuk tetap mengakhiri hubungan kami. Aku juga sudah minta agar Sandra mau berpikir lagi 2 atau 3 hari lagi sebelum benar-benar mengambil keputusan, namun Sandra tetap menolak. Tegas sekali keputusannya dan tidak ada lagi langkah kompromi buatku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Rasanya seluruh dunia berputar saat itu, masa sich orang lain yang nyeleweng berkali-kali masih dapat tempat maaf, sementara aku baru sekali saja sudah tidak ada lagi tempat maaf. Sebenarnya aku masih berharap bahwa aku masih dapat menjumpainya 2 atau 3 hari setelah pertemuan sore itu, namun itu semua tinggal harapan karena besoknya Sandra sudah pergi ke pedalaman Sulawesi menemani junior kami yang akan melakukan kerja lapangan selama 3 minggu di sana, dan aku tahu pasti di sana sudah ada Andre.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Andre adalah orang yang dulu sempat digosipkan pernah jalan sama Sandra, tapi disangkal oleh Sandra. Yang kutahu sich memang Andre naksir berat ke Sandra, tapi waktu itu Sandra yang menolak. Tapi sekarang sejarah sudah berubah, aku sudah mengecewakan Sandra, dan bukan salahnya kalau dia sekarang beralih ke Andre yang senantiasa setia menanti dan tidak ada lagi tempat buatku di hati Sandra.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Nasi sudah menjadi bubur, sesal tidak berguna. Hidupku sudah hancur rasanya, namun roda kehidupan harus tetap berjalan. Dan semuanya harus kujalani. Aku harus tegar, dapat menegakkan kepala, aku lelaki bung. Demikian semangat yang selalu kubangkitkan dari dalam.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Rasa sesal di dalam hati<br /><br />Diam.. tak mau pergi<br /><br />Haruskah aku lari dari,<br /><br />kenyataan ini..<br /><br />Lelah kumencoba,<br /><br />‘tuk sembunyi..<br /><br />Namun senyummu.. terus mengikuti<br /><br />Lagu itu sayup-sayup terus bergayut dalam kalbu setiap malam menjelang tidur. Ach..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">TAMAT</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-13411217681622720082011-03-23T16:44:00.001-07:002011-03-23T16:58:07.491-07:00Lagu Kehidupan 1<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;"><strong>KisahMesum.Com</strong> : Bab I</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Deringan lembut handyphone di saku celana meminta perhatianku diantara kesibukan siang itu.”Selamat siang, dr. Fran di sini.” sahutku menghentikan sejenak kegiatan membuat resume pasien siang itu.<br /><br />“Siang dok, Ini Yuli, mau mengingatkan nanti sore ada meeting di pabrik dok.” sahut suara lembut di ujung sana.<br /><br />“Oh ya, terimakasih, nanti saya akan datang.” tegasku.<br /><br />“Terimakasih, selamat siang dok.”<br /><br />“Siang.”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Demikianlah percakapan singkat siang itu sedikit mengusik keasyikanku dan sambil menunggu berlalunya waktu. Pikiranku melayang ke rencanaku selanjutnya selepas tugas. Yach aku harus ke tempat papa, pabrik garment di sekitar Pasar Rebo sana, sebab jam 4 sore nanti ada management meeting katanya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Masih terngiang permintaan papa tadi pagi agar aku menyempatkan diri untuk dapat hadir dalam meeting tersebut. Yach, papa ingin aku mau terlibat dan meneruskan usaha yang telah papa rintis sejak dulu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Sore dok.” sapa Pak Budi satpam pabrik sopan ketika aku keluar dari mobil setibanya di pabrik sore hari itu.<br /><br />“Sore juga, sudah ngumpul Pak?” tanyaku kemudian.<br /><br />“Baru team Bandung, dok.” jelasnya seraya menutupkan pintu mobilku.<br /><br />“Oh..,”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sebagai informasi tambahan, saat ini group yang papa pimpin sudah punya 3 lokasi pabrik, satu di Pasar Rebo ini, satu di Bekasi dan satu lagi di Bandung. Kapasitas produksi yang paling besar adalah yang di Pasar Rebo ini. Masing-masing pabrik memiliki Factory Manager, tapi keseluruhan operasional ada di bawah management pusat yang berkedudukan di Pasar Rebo, Jakarta. Pabrik-pabrik ini semula adalah milik perusahaan lain yang kemudian diakuisisi oleh papa.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pabrik yang di Pasar Rebo ini cukup luas, tanahnya saja kira-kira 20 m X 100 m, sedangkan yang jadi bangunan hanya 12 m X 90 m saja, oleh karena bagian depan untuk tempat parkir sedangkan sisi samping kiri untuk jalan masuk mobil box ke belakang, ke gudang maksudnya untuk bongkar muat. Di bagian depan terdiri atas 2 lantai, yang bawah menjadi ruang receptionist sekaligus show room, dan sedikit ruangan untuk departement designer dan pola, sedangkan di lantai 2 semuanya jadi kantor.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dan seperti biasanya, begitu masuk aku langsung menuju ke kamar kecil. Kata orang, kamar kecil harus bersih dan itu mencerminkan bagaimana jalannya suatu perusahaan. Hal ini kucermati benar oleh karena pasar eksport kami juga sebagian ke negara-negara Asia yang memperhatikan benar masalah ini. Nampak semuanya baik-baik saja.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah itu aku naik ke atas dan langsung masuk ke ruang kerja papa, tapi tidak ada papa di ruangan itu. Ketika aku mau keluar, sempat terlihat seberkas buku yang menarik perhatianku, dimana di sampulnya tertulis cukup besar dan menyolok ‘PT. Adi Busana Tirta Mandiri’ dengan warna biru dan juga tertulis jelas ‘CONFIDENTIAL’ yang berwarna merah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Jadi aku masuk dan mengambil buku itu yang cukup tebal dan duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Kubaca-baca buku itu tanpa tahu apa maksudnya, tapi isinya ada profil perusahaan, susunan management, daftar list customer, pasar eksport, jatah quota tahun fiskal berjalan dan lain sebagainya, lengkap sekali. Yang menarik adalah pemilik dari perusahaan ini, yaitu Bapak Tedy Gunawan, yang punya anak perempuan Imelda Gunawan, Imel.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku pernah dekat dengan Imel, dua angkatan di bawahku dari FE dan waktu itu aku sudah di tingkat 4, dan aku kenal dia saat aku mulai aktif di senat. Waktu itu aku mulai coba-coba aktif di kampus, biar bergaul sedikit gitu. Terus kami berkenalan waktu sama-sama aktif di organisasi kampus, tepatnya saat membentuk kepanitiaan, dimana aku sebagai perwakilan dari Fakultas Kedokteran dan dia dari Fakultas Ekonomi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dari situ aku sempat dekat dengan Imel dan beberapa kali main ke rumahnya, namun suatu kali bukan Imel yang menemuiku tapi Bapak Tedy Gunawan beserta nyonya. Aku sempat dikuliahin panjang lebar dech, dimana disinggung juga mengenai masa depan yang masih jauh dan perlu dipikirkan matang-matang, bukan hanya sekedar emosi dan lain-lain. Tapi inti yang dapat kutangkap sich hubungan kami tidak direstui, mungkin Bapak Tedy Gunawan hanya melihat dari sisi penampilan fisikku yang hanya mengendarai GL Pro.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Jadi hubunganku dengan Imel rasanya tidak sampai 3 bulan, dan celakanya waktu kucoba menemui Imel setelah kejadian itu, dia nampaknya segan untuk melanjutkan hubungan. Tidak lama setelah itu aku sering melihat dia jalan dengan Ramli anak Fakultas Tehnik, dengan penampilan lebih yahud dariku (kendaraannya Civic model terbaru saat itu).</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Buat kusendiri yach tidak ada rasa sakit hati tuch, hanya kecewa saja. Gimana yach, namanya juga baru jadian, jadi belum membekas dan mendalam gitu, yach berlalu gitu saja tanpa kesan yang mendalam.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Eh.., sudah datang. Sudah lama?” suara khas itu sedikit mengagetkanku.<br /><br />“Baru Pa.., ini untuk apa?” tanyaku seraya menunjukkan buku yang sedang kubaca ini.<br /><br />“Oh.., mau dijual tuch.” tukas papa pendek.<br /><br />“Terus.. Papa berminat?”<br /><br />“Memangnya kenapa..?” tanya papa berbalik.<br /><br />“Gini dech.., biar Fran yang pelajari, oke..?” pintaku cepat.<br /><br />Papa mengerutkan kening, tanda heran sekaligus tidak setuju.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Gini Pa, saat ini kita memang punya 3 pabrik dan seluruhnya di bawah management kantor pusat ini. Fran kira kita punya tim management yang sangat solid, tapi perlu diingat hal ini sudah berlangsung cukup lama, dan kita perlu memikirkan peningkatan karier bagi para manager yang ada. Intinya Fran ingin mengembangkan mereka untuk masing-masing berkembang dan membentuk tim yang solid sekaligus membagi resiko.” jelasku menyakinkan.<br /><br />Tidak tahu apakah papa menangkap maksudku atau tidak, tapi yang pasti dengan isyarat papa mengangkat bahu, itu sudah cukup.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Segera aku pergi ke ruang Pak Ferdinand, yang kutahu benar dia jago di bidang accounting dan sangat berpengalaman, beliau sudah bekerja dengan papa sejak perusahaan ini berdiri. Setelah basa basi sejenak, kuungkapkan keinginanku agar beliau mempelajari proposal PT. Adi Busana Tirta Mandiri tersebut dan kuminta jawaban itu minggu depan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dalam meeting juga tidak ada yang istimewa, semuanya seperti biasa, hanyalah hal-hal rutin (laporan masing-masing pabrik mengenai produksi, rencana produksi, kemudian dari marketing mengenai program kerja yang dijalankan dan rencana kerja, yang tentunya juga berkaitan dengan divisi kuota dan lain sebagainya).</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Yang menarik justru issue yang dilemparkan oleh Bapak Yunus selaku personalia pabrik di Bandung yang mengungkapkan adanya rencana aksi buruh untuk menggoyang pabrik. Katanya gejala ini sudah melanda Bandung selatan dan mulai bergerak ke lokasi pabrik kami, provokatornya juga sudah menghubungi Pak Yunus dan mengungkapkan bahwa di pabrik kami ada tuntutan buruh, walaupun itu di luar normatif, namun mereka meminta agar kami mempertimbangkan masalah itu, bila tidak dipenuhi dapat terjadi demo.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kesannya ini memang serius bahwa ada usaha untuk menggoyang, tapi seberapa jauh merasuk ke lingkungan pabrik. Pak Yunus belum dapat memberikan prediksinya. Usulku dalam meeting itu agar Pak Yunus dapat langsung menghubungi Pak Asep yang diinformasikan sebagai provokatornya, tapi aku yakin pasti ada orang lain di belakang Pak Asep itu, dan hal ini sudah kupesankan ke Pak Yunus untuk mencari tahu siapa dalangnya, lalu kami beli saja dia, daripada repot-repot mengurusinya, asal jangan terlalu mahal.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Buatku ini adalah masalah yang cukup serius, sambil nanti kami menginstropeksi di bagian mana yang perlu kami benahi untuk meningkatkan kesejahteraan buruh, yang penting jangan sampai meledak dulu. Kalau sudah meledak akan sulit bagi kami untuk meredamnya, dan akan lebih mahal lagi kami membayarnya. Nampaknya semua setuju.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Bab II</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Sore Pak Ferdinan, ini Fran, saya sedang menuju ke sana dan tolong siapkan laporan analisa Bapak mengenai busana, kita diskusi sore ini.” demikian pintaku melalui telephone sore itu.<br /><br />“Baik dok.”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Demikianlah sore hari itu aku berdiskusi panjang lebar mengenai status financial dan prospektif dari perusahaan dengan Pak Ferdinan, serta beberapa kemungkinan pos-pos yang dicurigai, sehingga dapat menimbulkan neraca defisit demikian besar. Istilah kerennya sich studi kelayakan gitu, tapi dari sisi financial saja termasuk pos kuota yang terkenal pos basah untuk bermain dan korupsi. Selesai itu aku berdiskusi lagi masalah itu dengan papa dan juga mengenai visi dan misiku panjang lebar, dan akhirnya papa menyetujui dibentuknya tim sukses.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tim yang kuminta adalah Bapak Riandha selaku Project Officer, beliau saat ini menjabat sebagai Export Director dan aku yakin beliau memiliki kemampuan memimpin yang baik, dan dari bagian itu juga sudah ada calon penggantinya, sehingga kalau Bapak Riandha kuambil untuk posisi Managing Director di BUSANA, bagian export tidak akan terganggu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kemudian dari finance kuminta Bapak Hernadi, beliau adalah binaan Pak Ferdinan yang merupakan calon potensial, tapi tidak akan naik posisinya selama masih ada Pak Ferdinan. Jadi kuminta beliau untuk menangani BUSANA.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku juga punya keyakinan bahwa Pak Riandha dan Pak Hernadi dapat bekerja sama dengan baik dan aku juga yakin dengan komposisi ini ditambah nanti dengan pilihan mereka sendiri aku akan punya tim yang tangguh untuk mengatasi persoalan yang membelit BUSANA selama ini.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dua bulan setelah pembentukan tim itu, disimpulkan bahwa kami jadi untuk mengakuisisi PT. BUSANA ADI TIRTA MANDIRI dan pada keputusan akhir disepakati bahwa Bapak Tedy Gunawan masih menjadi board of Director, sedangkan aku sendiri sebagai Presdirnya. Itu juga atas rekomendasi Bapak Riandha yang menilai bahwa Bapak Tedy pada dasarnya memiliki kapabilitas untuk itu, hanya saja hampir seluruh director dan head departementnya dicopot, yang masih dipertahankan beberapa orang saja termasuk dari bagian marketing.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ini asli aku tidak ikut campur tangan terhadap analisa dan pembentukan kepengurusannya. Aku hanya menyetujui saja. Jadi benar-benar murni bisnis atas dasar kemampuan Bapak Riandha selaku Managing Director yang baru yang kuberikan wewenang penuh untuk pembentukan dan negosiasi dengan backup dari aku dan papa. Memang agak terbalik, tapi aku percaya dengan loyalitas dan kemampuan Bapak Riandha, tentunya di samping itu aku juga sebenarnya tidak mengerti sekali urusan garment ini.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Bapak Riandha sendiri juga tidak mengetahui adanya latar belakang atau ambisi pribadiku untuk mengakuisisi perusahaan itu. Yang selama ini kutunjukkan kepadanya adalah bahwa sudah saatnya Bapak Riandha berkembang dan menunjukkan kemampuannya dan lepas dari bayang-bayang kesuksesan papa selama ini untuk memimpin. PT. Busana Adi Tirta Mandiri ini juga berada di luar group papa, sehingga tidak ada nama papa di susunan kepemilikan perusahaan ini sekaligus untuk membagi resiko, demikian argumentasi yang kuajukan waktu itu dan nampaknya dapat dimengerti oleh papa.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Yang seru sebenarnya waktu penandatanganan berita acara pengalihan kepemilikan, waktu itu memang sudah agak terjepit posisi Bapak Tedy terhadap bunga hutang dan hutang pokok yang sudah jatuh tempo serta perjanjian-perjanjian lainnya dengan pihak lain. Sehingga bilamana waktu itu aku mundur dari rencana semula, maka habislah riwayat Bapak Tedy, mungkin rumah dan harta miliknya akan disita oleh Bank. Tapi bila aku masuk dengan fresh money dan pengambilalihan saham kepemilikan, maka beban biaya menjadi tanggunganku, sehingga Bapak Tedy dapat terhindar dari tuntutan hukum itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Selamat siang dok, ini Yuli.., mau mengingatkan siang ini dokter di tunggu di kantor Busana,” demikian pesan sekretaris papa.<br /><br />“Oh ya, sebentar saya menuju ke sana.” aku memberikan kepastian.<br /><br />“Dok.., Riandha nich..!” tidak lama setelah Yuli telpon, Bapak Riandha juga mencoba untuk mengingatkan aku bahwa siang itu aku harus menandatangani berita acara jual beli sekaligus serah terima kepemilikian perusahaan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kulirik jam tanganku, hehehe.., aku memang terlambat hampir 1 jam dari yang seharusnya. Yach, memang selain aku sengaja terlambat, sebenarnya aku juga tadi banyak pasien, sehingga aku baru selesai lebih siang dari biasanya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Bersambung ke bagian 02</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-77106273068761706422011-03-23T16:44:00.000-07:002011-03-23T16:58:17.063-07:00Lola Penjaga Apotik<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;"><strong>KisahMesum.Com</strong> : Kisah ini merupakan flashback semasa bujang. Terus terang saja, aku menikah di usia 30 tahun. Sewaktu awal dua puluhan rasanya tidak ada cewek yang berhasil kupikat. Tapi sejak usia 25 tahun hingga menikah, aku menyadari di dalam diriku tercipta suatu daya pikat alami. Tidak perlu susah-susah cari jimat atau pelet, ada gadis yang secara agresif mengejarku, ada pula yang pasang signal untuk kemudian menyerahkan diri. Salah satunya adalah Lola, pramuniaga apotik di dekat rumahku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sebenarnya ada lebih dari tiga apotik di sekitar rumahku. Apotik ‘XX’ adalah yang tertua di sini. Selain harga obatnya murah, terus terang yang bikin lengket adalah pramuniaga yang langsing, cantik nan murah senyum, yang kemudian kuketahui bernama Lola.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah berulang kali dilayani gadis kuning langsat dengan senyum menggoda ini, aku memberanikan diri mengajaknya berkenalan ketika apotiknya sedang sepi.<br /><br />“Boleh kenalan? Namaku Bandi,” ujarku sambil mengulurkan tangan.<br /><br />“Saya Lola,” jawabnya singkat sambil menyambut uluran tanganku dengan tangannya yang berkulit halus nan lembut.<br /><br />Matanya menatap tajam, penuh percaya diri mengiringi senyum manis yang selalu terpancar diwajahnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku berusaha mengarahkan pandangan mataku untuk tetap mengarah ke wajahnya. Padahal dorongan hati ini sebenarnya ingin melabuhkan pandanganku ke bukit kembarnya yang kutaksir berukuran 36B. Apalagi dia sedang memakai t-shirt ketat. Yahh, sekali-sekali tetap saja kucuri pandang juga keindahan tubuh gadis yang kutaksir berumur dua puluhan ini.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Sudah berapa lama kerja di sini?” ujarku memperpanjang perbincangan.<br /><br />“Mumpung cuma kami berdua di ruangan depan apotik ini,” pikirku.<br /><br />“Baru setahun.”<br /><br />“Dari daerah..?”<br /><br />“Iya, kok tahu..?”<br /><br />“Logatnya kan kelihatan dari Jawa.” Lalu kusambung dengan cepat, “Aku juga dari Jawa.”<br /><br />“Ah, nggak ada logat Jawanya.. Nggak percaya..”<br /><br />“Kalo lagi ngumpul sama temen-temen dari Jawa, logatku keluar.”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Lalu, untuk meyakinkan Lola, aku pun mengajaknya bicara dengan bahasa dan logat Jawa. Dari obrolan singkat yang membuat kami menjadi lebih akrab secepat kilat ini, kuketahui dia tinggal di lantai dua dari ruko yang dijadikan apotik tersebut. Usianya ternyata baru duapuluh satu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Malam itu juga kutelpon dia setelah apotik itu tutup.<br /><br />“Halo, apotik ‘XX’..?”<br /><br />“Ya betul.. tapi apotiknya sudah tutup Pak..,” kudengar suara Lola di ujung sana.<br /><br />“Oh nggak apa-apa. Saya cuma mau bicara sama Jeng Lola.”<br /><br />“Mmm.. dari siapa ya..?” terdengar nada keraguan.<br /><br />“Wahh, baru juga kenalan kok udah lupa..” aku mencoba menggoda.<br /><br />“Ohh, Mas Bandi. Ada apa Mas..? Kangen sama Lola..?” katanya menggoda balik setelah berpikir sejenak menebak suaraku.<br /><br />“Wah, berani juga ini cewek,” pikirku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Iya nih.. abis di sini cuma berdua sama pembantu.”<br /><br />“Asyik dong..!”<br /><br />“Wong pembantuku udah nenek-nenek..”<br /><br />“Masa sih..? Boong nihh..!”<br /><br />“Beneran.. Kapan-kapan main ke sini dong..! Biar tahu kalo pembantuku memang udah STW.”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah ngobrol sana-sini, akhirnya perbincangan di telpon ini kami tutup dengan janjian nonton di Studio 21 Sabtu malam.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Hari yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Keluar dari ruko tempat kerja sekaligus kost ini, Lola dengan mesra menggamit lenganku menuju mobil yang kuparkir di tepat depan apotik ‘XX’. Tanganku yang direngkuh Lola terasa menyentuh bagian tepi payudaranya yang menantang itu. Serr, gairahku terpancing walau hanya sebentar saja sentuhan daging kenyal yang menggoda itu kurasakan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Di dalam bioskop, Lola lebih berani lagi. Ia menyandarkan kepalanya ke lenganku. Tangannya pun segera diletakkan di atas selangkanganku, ketika tanganku mulai mengelus dan meremas lengannya dengan lembut. Tidak lama kemudian tangannya mengelus dan menggosok-gosok bagian luar celanaku. Tentu saja tongkat di bawah celanaku segera mengeras.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Hati-hati, nanti basah..,” aku berbisik kepada Lola.<br /><br />“Biarin,” Lola berbisik menggoda sambil mencubit pahaku.<br /><br />Ternyata Lola tidak bertindak lebih jauh. Ia hanya menikmati kerasnya kelelakianku dari sebelah luar celanaku. Aku pun tidak berani berbuat terlalu jauh, hanya meremas-remas lengannya, sambil sesekali mencium pipi dan lehernya yang jenjang di tengah kegelapan bioskop. Beruntung kami duduk di bagian paling belakang.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pulang dari bioskop, pikiranku mulai kacau. Beragam khayalan muncul menggoda. Apalagi Lola makin merapatkan badannya, seolah kami ini pasangan yang sudah pacaran lama saja.<br /><br />“Mau langsung pulang atau putar-putar dulu..?”<br /><br />“Mmm.. putar-putar juga boleh.”<br /><br />“Mau ke Ancol..?” aku coba memancing reaksinya.<br /><br />“Ayo aja..”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Mobil pun mengarah ke Ancol. Langsung kuparkir ke tepi laut, seperti mobil-mobil yang lainnya. Jantungku mulau berdegup kencang membayangkan hal-hal yang akan terjadi kalau Lola tidak menampiknya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kami mendorong sandaran kursi kami ke belakang, sehingga lebih santai. Aku mencoba mengambil inisiatif. Kudekatkan wajahku ke wajah Lola, kuarahkan bibirku ke bibirnya yang merah merekah. Aku pun segera mendaratkan bibirku, melumat bibirnya yang menggoda. Lola memejamkan matanya, menikmati rangsangan dan gejolak birahi yang timbul saat bibir kami saling melumat. Nafasnya terdengar mulai memburu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kuusapkan tanganku ke bra-nya sambil meremas lembut. Lola segera membantuku dengan membuka bra-nya, sehingga tanganku bergerak bebas merengkuh kedua bukit kembarnya yang menantang polos di balik blus tanpa lengan yang sudah tersingkap. Kuusap-usap putingnya dengan telapak tanganku. Sesekali aku memilinnya dengan telunjuk dan ibu jariku. Selebihnya aku lebih banyak meremas lembut payudara yang selama ini mengoda mataku saat main ke apotik tempatnya bekerja.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tidak lama kemudian kuarahkan bibirku ke puting susunya yang sudah mengeras.<br /><br />“Ahh.. Emhh..” erangan Lola makin membangkitkan gairah dan semangatku.<br /><br />Lola sangat menikmati setiap gejolak birahinya. Seperti inilah tipe wanita kesukaanku. Tidak terlalu agresif dan cenderung menikmati permainanku. Aku sangat menikmati ekspresi kenikmatan pasanganku. Aku kurang menyukai cewek yang berlaku aktif saat bercinta.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Emhh.. enak mass.. Teruss.. Teruss.. Ahh..!” desahnya lagi.<br /><br />Sambil kembali mencium bibirnya, aku mulai mengarahkan tanganku ke selangkangan Lola. Waktu CD-nya kusentuh, ternyata ia sudah basah. Ciuman bibirnya menjadi lebih liar.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tiba-tiba ia menarik bibirnya sambil berkata, “Mas Bandi, dilanjutkan di rumah Mas Bandi yuk..! Lola udah nggak tahan nih..!”<br /><br />“Di sini juga bisa kok,” aku mencoba meyakinkan Lola.<br /><br />“Nggak ah, malu. Ntar ada yang ngintip. Berabe kan.”<br /><br />“Katanya udah nggak tahan.., Mas juga udah nggak tahan nih..!”<br /><br />“Jangan di sini Mas.., pokoknya lebih enak di rumah Mas Bandi deh..”<br /><br />“Jangan kuatir, entar sepanjang jalan Lola usap-usap deh torpedonya.” Lola merajuk sambil mengusap lembut torpedoku yang sudah keras.<br /><br />Torpedoku memang sudah tidak terhalang celana dan CD lagi. Retsluiting sudah dibuka, CD sudah disingkapkan ke bawah buah pelir.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Terpaksa kuturuti permintaan Lola. Alhasil, sepanjang jalan aku menyetir sambil menggeliat nikmat karena usapan-usapan lembut Lola di bagian-bagian sensitif torpedoku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sampai di rumah, pembantuku ternyata sudah tidur. Kulihat jam tanganku menunjukkan jam 1 pagi. Aku pun perlahan membuka pintu garasi, memasukkan mobil, lalu membimbing Lola ke kamar tidur utama. Gejolak birahi yang tertahan sepanjang perjalanan membuatku langsung merengkuh tubuh semampai Lola, melumat bibirnya, sambil perlahan melepas pakaiannya satu per-satu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dalam sekejap kami sudah telanjang dan berada di atas ranjang. Sekali lagi aku menikmati tubuh menawan Lola, melumat puting susunya, sambil mengusap-usap belantara dan gua yang sudah basah. Terdengar bunyi berdecak ketika tanganku memainkan gua di selangkangannya sambil melumat payudaranya yang sintal.<br /><br />“Emhh.. enak Mass..! Teruss.. Teruss.. Ahh..!”<br /><br />Ia betul-betul gadis yang menikmati setiap denyut kenikmatan birahinya. Erangan dan ekspresi yang ditunjukkannya benar-benar nikmat didengar dan dipandang.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Terasa penisku semakin mengeras. Kulihat Lola meregangkan kedua kakinya, mengundang penisku untuk masuk.<br /><br />“Ahh.. Emhh..” kembali Lola mengerang nikmat, “Masukkan Mas.., udah nggak tahan nih..! Akkhh..!” bisiknya bercampur erangan nikmat.<br /><br />Aku pun segera memasukkan penisku ke dalam gua yang sudah basah. Karena sudah licin dengan cairan kenikmatan Lola, dengan mudah penisku yang sebenarnya termasuk besar itu dapat masuk sampai ke bagian terdalam vaginanya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Terasa denyutan dinding vaginanya pada batang penisku. Ahh, nikmat sekali. Aku mulai bergerak naik turun perlahan, sambil menikmati erangan khas Lola. Gerakanku makin lama makin liar, seiring makin liarnya erangan dan gerakan pinggul Lola.<br /><br />“Ahh, aku udah mau keluar..” bisikku kepada Lola.<br /><br />“Tahan dulu Mas.. sebentar lagi..!” rengek Lola.<br /><br />Aku pun mengatur nafas sambil melepas erangan untuk menahan ejakulasi. Aku menawarkan Lola untuk pindah ke posisi atas, supaya ia dapat mengatur gerakan yang sesuai dengan ritme orgasmenya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kami pun berguling, penisku tetap berada di dalam vaginanya saat kami berguling ganti posisi. Lola kini di sebelah atas. Ia bergerak naik turun.. naik turun.. Lama-lama berubah berputar-putar dan sesekali naik turun.. Erangan Lola berbaur dengan eranganku menahan ejakulasi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Ahh, enakk.. akk.. ku.. udah.. mmh.. mau keluar..!” Lola mengerang nikmat.<br /><br />Aku pun mulai bergerak mengatur ritme agar dapat ejakulasi bersamaan klimaks yang dicapai Lola.<br /><br />“Ahh, akk.. ku.. juga.. Mmmhh..!”<br /><br />Terasa tubuh kami mengejang bersama-sama.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Thanks.., Lola. Kamu luar biasa..” aku berbisik ke telinga Lola.<br /><br />“Mas Bandi juga luar biasa..” bisik Lola.<br /><br />Malam itu Lola menginap di rumahku. Kami tidur tanpa busana setelah mandi bersama.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">TAMAT</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-61910209309906183772011-03-23T16:43:00.000-07:002011-03-23T16:58:27.479-07:00Foto Aida Saskia Mandi Hanya Pakai BH<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhve4dgzCjyz0wQ0V1avhHI2rfGEh7dA2ozJ_dyFX_EYZtsc2LLTMa2olZeYt0VHypXWp8tTRxIxrreudKpZ2EqamV8PT9bINByynTSQ8MwrutFCr_OzwL3f8sv3d24KOIDbVQX3d-NojXu/s1600/aida-dlm.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; width: 270px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhve4dgzCjyz0wQ0V1avhHI2rfGEh7dA2ozJ_dyFX_EYZtsc2LLTMa2olZeYt0VHypXWp8tTRxIxrreudKpZ2EqamV8PT9bINByynTSQ8MwrutFCr_OzwL3f8sv3d24KOIDbVQX3d-NojXu/s320/aida-dlm.jpg" alt="" border="0" /></a>Ini dia foto panas awal tahun yang gak mungkin terlewatkan. Foto Aida Saskia yang lagi mandi lepas baju hingga terlihat hanya mengenakan BH aja. Aida Zaskia terlihat lebih seksi lantaran tubuhnya yang lagi basah sehingga terlihat jelas lekuk tubuh dari <a href="http://gadisg.blogspot.com/">gadis seksi</a> tersebut. Ada beberapa potongan gambar dari Aida Saskia mandi yang hanya mengenakan pakaian dalam alias bra tersebut. Ada yang dimabil dari samping, belakang bahkan dari depan sehingga tergambar dengan jelas bentuk <a href="http://gadisg.blogspot.com/2009/12/10-artis-indonesia-payudara-terindah.html">payudara</a> dari artis Indonesia pendatang baru ini<br /><br />Dari sumber yang ada ini adalah potongan adegan film yang akan dibintangi oleh artis yang baru saja bermasalah dengan kiai besar di Indonesia tersebut. Entah sengaja atau tidak namun Aida Saskia memang telah membenarkan bahwa gadis yang hanya mengenakan bra dan sedang terlihat mandi tersebut adalah dirinya. Lalu apa jadinya film tersebut ? Apakah ada adegan yang lebih panas dari cuplikan foto seksi tersebut ? Kita tunggu saja berita selanjutnya</div>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-67393754595093118432011-03-23T16:42:00.001-07:002011-03-23T16:58:37.232-07:00Tato Chantal de la Concetta<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjerHLp6JzC2B5uOuGt2rswrB-F0KrgjiY9Fgk2gDjfRIRC_Lf2uXYWy1vZs1FtmB5vOfJO_vcbob9qeVsw-_EWsCELCOqo1qtIQ0AVXQAR9hTpH9uRDQOnE32L9ulLgdl5TQYrCIVQ7TDS/s1600/chantal2547759.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjerHLp6JzC2B5uOuGt2rswrB-F0KrgjiY9Fgk2gDjfRIRC_Lf2uXYWy1vZs1FtmB5vOfJO_vcbob9qeVsw-_EWsCELCOqo1qtIQ0AVXQAR9hTpH9uRDQOnE32L9ulLgdl5TQYrCIVQ7TDS/s320/chantal2547759.jpg" alt="" border="0" /></a>Gambar tato Chantal de la Concetta yang terlihat di bagian tubuhnya ini memang sangat menarik. Dan kita pasti terkejut kalo gadis cantik yang sering kita lihat di sinetron, reality show atau bahkan menjadi model beberapa produk iklan tersebut teryata menyimpan tato rahasia didalam tubuhnya. Dengan tato tersebut Chantal de la Concetta terlihat semakin seksi dan menggoda</div>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-11663511899930358972011-03-23T16:42:00.000-07:002011-03-23T16:58:45.287-07:00Video Cewek Narsis<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivIn-MIOruuIJCH8r9dcyl2UROtCihhP5WPFu_81bVyNBBbyF4ZX23yZljQVIEQJ6Qem9mqScIfZCQk8Kr5OO5A3SbNSstyHw7VTZz330hNutxyCmhXQoDwvzMU4pS7l3XkcUl-0_iyWlV/s1600/narsis.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivIn-MIOruuIJCH8r9dcyl2UROtCihhP5WPFu_81bVyNBBbyF4ZX23yZljQVIEQJ6Qem9mqScIfZCQk8Kr5OO5A3SbNSstyHw7VTZz330hNutxyCmhXQoDwvzMU4pS7l3XkcUl-0_iyWlV/s320/narsis.jpg" alt="" border="0" /></a>Mau tau gimana kalo <span style="font-weight: bold;">cewek narsis</span> ? Gadis cantik yang masih SMU ini lagi narsis di depan kamera karena emang tau kalo dirinya cantik. Mereka dengan gaya narsis memamerkan gaya yang menggoda namun tetap identik sebagai <a href="http://gadisg.blogspot.com/2009/01/foto-cewek-smu-bugil.html">cewek SMU</a>. Tidak berlebihan namun ada juga yang kelewat batas. Kalau mau selengkapnya mengenai <span style="font-style: italic;">video cewek narsis</span>, kita lihat bersama saja karena ada beberapa video baru yang baru saja di upload dan dikirim</div>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-86306326930600855752011-03-23T16:41:00.000-07:002011-03-23T16:58:53.075-07:00Foto Bikini Aurel<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjihbKlb9b-_qdLvQpvFEcoBU6ar4QeM2BZLBDuLrWrcPwTCnSM85ppfXrKuYunSfdCEu0nbVheU0EhbnCf3M7npL4O7JJVhOfkRpqw9XdynXc0tpI4s67IYDCQDG6I9ZSjyv_TLwfAlM0/s1600/Foto+Bikini+Aurel+Dan+Angel+Lelga.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; width: 320px; height: 282px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjihbKlb9b-_qdLvQpvFEcoBU6ar4QeM2BZLBDuLrWrcPwTCnSM85ppfXrKuYunSfdCEu0nbVheU0EhbnCf3M7npL4O7JJVhOfkRpqw9XdynXc0tpI4s67IYDCQDG6I9ZSjyv_TLwfAlM0/s320/Foto+Bikini+Aurel+Dan+Angel+Lelga.jpg" alt="" border="0" /></a><span style="font-weight: bold;">Aurel</span> kedapatan sedang mengenakan bikini seksi dan bermain air dipantai Kuta. Ya, Aurel anak dari Anang dan Krisdayanti yang kini menapaki karir sebagai penyanyi tersebut nampak di foto bersama dengan Angel Elga, mantan istri Rhoma Irama sedang menikmati liburan di pulau Dewata. Kenapa bukan dengan <a href="http://portal-blue.blogspot.com/2010/03/video-hot-syahrini.html">Syahrini</a> ? Ah entahlah. Namun ada yang mengejutkan disana karena yang mengenakan bikini bukan hanya Angel Elga saja namun Aurel juga mengenakan bikini two pieces yang pastinya memperlihatkan tubuh gadis remaja yang mulai nampak seksi tersebut. Dan kontan saja <span style="font-style: italic;">foto bikini Aurel</span> langsung menyebar di dunia maya atau lewat hp ke hp<br /><br />Memang sebenarnya tidak ada yang salah dengan foto tersebut namun karena Aurel telah banyak dikenal oleh publik berkat penampilannya bersama dengan sang ayah, jadi setiap gerak geriknya menjadi sorotan media. Dengan mengenakan bikini warna hitam yang seksi, foto tersebut menampilkan juga keceriaan Aurel ketika bermain bersama dengan Angel Elga. Lalu apakah akan ada foto seksi Aurel yang lain setelah ini ? Kita tunggu saja bersama</div>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-81673939049152283062011-03-23T16:36:00.000-07:002011-03-23T16:59:04.441-07:005 Artis Panas Indonesia Paling Laris Tahun Ini<div style="text-align: justify;">Sepanjang tahun ini ada beberapa <span style="font-weight: bold;">artis panas Indonesia</span> yang membintangi film horor dengan beberapa adegan panas didalamnya. Artis tersebut berhasil meraih kepopuleran bersama dengan film yang mereka bintangi. Namun dari sederet bintang yang ada masih belum ada artis yang masih <a href="http://gadisg.blogspot.com/2009/10/video-bugil-abg.html">abg</a> yang mampu menandingi keberanian artis panas tersebut dalam beradegan. Untuk itu berikut <span style="font-style: italic;">foto 5 artis panas Indonesia paling laris tahun ini</span> dengan beberapa gambaran mengenai bintang tersebut<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWCF49GUtDXemrPG-xUDdG_dfGbLYEJS1X3_6cf5v7CebtlVnMKJwqrCaOjQy7qnFe4jV3iBJSCMPJj7AiX_hC5uQIqqFHe5tupPU5hHwBQBbXMsw115FRRe2799XuPeRdgOOgy0hlTgPs/s1600/Cut_Cynthiara_Alona.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; width: 320px; height: 219px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWCF49GUtDXemrPG-xUDdG_dfGbLYEJS1X3_6cf5v7CebtlVnMKJwqrCaOjQy7qnFe4jV3iBJSCMPJj7AiX_hC5uQIqqFHe5tupPU5hHwBQBbXMsw115FRRe2799XuPeRdgOOgy0hlTgPs/s320/Cut_Cynthiara_Alona.jpg" alt="" border="0" /></a><center>Cynthiara Alona</center><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiy97-aKuT6bFq_ENcfdK1OgoCxa44E895yEjYmSfCVwshQ4LPQqzaLLimNUaoLCZ2wjY8cDf5vUJHujEKBX09jvjly10rDfQtigAUjc3HXSFE8J0UYSmTCCUaa9id0mQfnbOuDrC1yXiMo/s1600/shinta_bachir.gif"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; width: 300px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiy97-aKuT6bFq_ENcfdK1OgoCxa44E895yEjYmSfCVwshQ4LPQqzaLLimNUaoLCZ2wjY8cDf5vUJHujEKBX09jvjly10rDfQtigAUjc3HXSFE8J0UYSmTCCUaa9id0mQfnbOuDrC1yXiMo/s320/shinta_bachir.gif" alt="" border="0" /></a><center>Shinta Bachir</center><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUDctApv-i19kQGw23lxHnaKaY5vLgoTzmuMEqpKhNHYQeSA_mhqJoiA1oTUqO32K06bXadJdVgzZ1bjxNb3DtatP-C8OQA74sZPTkVCHZYBNWtvN7C_TVtBtcbZr_3GlvpHA0CZhhOjo5/s1600/DebbyAyu9.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUDctApv-i19kQGw23lxHnaKaY5vLgoTzmuMEqpKhNHYQeSA_mhqJoiA1oTUqO32K06bXadJdVgzZ1bjxNb3DtatP-C8OQA74sZPTkVCHZYBNWtvN7C_TVtBtcbZr_3GlvpHA0CZhhOjo5/s320/DebbyAyu9.jpg" alt="" border="0" /></a><center>Debby Ayu</center><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiriqmO32mUYG-FQyMHF85htUO3CRPRneEOmjhyRgW-MtLZYn4Dwp_U1Manqfibi7yFRYtiVc4GOAfcbKZaEZsja-_OLHwaUFJYW8_da-SeSldhMheK2d1IEHxKJEj3Ue-KYDJBo5VX_Zue/s1600/julia_perez_04.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; width: 213px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiriqmO32mUYG-FQyMHF85htUO3CRPRneEOmjhyRgW-MtLZYn4Dwp_U1Manqfibi7yFRYtiVc4GOAfcbKZaEZsja-_OLHwaUFJYW8_da-SeSldhMheK2d1IEHxKJEj3Ue-KYDJBo5VX_Zue/s320/julia_perez_04.jpg" alt="" border="0" /></a><center><a href="http://gadisg.blogspot.com/2009/10/foto-striptis-julia-perez-seksi.html">Julia Perez</a></center><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiR9gswvoeNERvXwFvdVo5nT8LmnPbh5ghyphenhyphen59BhwD2WxAQcIYevyPouSd-3mlCa7nMLtBt23bVu68vGL5gk-I3rpRBi4tXbMA6lE22W4wYPtEU4uNV3NXDqp8fV42d1TQoxmi3-QVW7Sog/s1600/dewi+persik.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; width: 285px; height: 282px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiR9gswvoeNERvXwFvdVo5nT8LmnPbh5ghyphenhyphen59BhwD2WxAQcIYevyPouSd-3mlCa7nMLtBt23bVu68vGL5gk-I3rpRBi4tXbMA6lE22W4wYPtEU4uNV3NXDqp8fV42d1TQoxmi3-QVW7Sog/s320/dewi+persik.jpg" alt="" border="0" /></a><center><a href="http://gadisg.blogspot.com/2010/09/memek-dewi-persik.html">Dewi Persik</a></center></div>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-6498874155250654792011-03-23T16:35:00.000-07:002011-03-23T16:59:14.224-07:00Baby Niken Foto<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXHtXzdPe-YF7sDZDObFPnoKGp_qk7z4YUgJO2MORtiHcuTf4LV8wRs-aCoN0zn4KhI2DeZ1T_w6oPXJooUPhwZ0oqof6zjIuSYTFvAh1jRzC489fH0QxQ1EHxfVL4XecWYOBVq8UbEnYk/s1600/baby+niken.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; width: 285px; height: 213px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXHtXzdPe-YF7sDZDObFPnoKGp_qk7z4YUgJO2MORtiHcuTf4LV8wRs-aCoN0zn4KhI2DeZ1T_w6oPXJooUPhwZ0oqof6zjIuSYTFvAh1jRzC489fH0QxQ1EHxfVL4XecWYOBVq8UbEnYk/s320/baby+niken.jpg" alt="" border="0" /></a>Nama <span style="font-weight: bold;">Baby Niken</span> memang belum banyak dikenal namun sebentar lagi gadis seksi ini diprediksi akan berkibar di dunia hiburan khususnya sebagai penyanyi. Hal ini diperkuat dengan keterlibatan Ahmad Dhani sebagai bos RCM. Ya, Baby Niken telah masuk dalam jajaran artis seperti <a href="http://gadisg.blogspot.com/2010/09/memek-dewi-persik.html">Dewi Persik</a>, Alexa Key dll yang dinaungi oleh perusahaan milik pentolan grup Dewa tersebut, karena itu jangan heran jika ada antusiasme dalam diri gadis berusia 20 tahun ini tentang apa yang bisa ditampilkannya kelak. Dan dalam waktu singkat, <span style="font-style: italic;">foto Baby Niken</span> yang wajahnya mirip Mulan Jameela ini telah banyak hadir di dunia maya dengan beberapa aksi yang ia tampilkan saat manggung.<br /><br />Walaupun wajahnya mirip dengan Mulan namun cewek yang memiliki nama lengkap Desy Niken Ria tidak ingin diidentikkan dengan penyanyi seksi tersebut. Namun jika ada masyarakat yang menganggapnya sebagai The New Mulan, maka hal itu menjadi kehormatan tersendiri bagi cewek cantik tersebut. Dengan pengalamannya sejak usia 17 tahun sebagai model di sebuah majalah, maka Baby Niken mencoba peruntungannya di dunia tarik suara yang juga disukainya. Dan dengan sebuah single lagu yang berjudul Kamu Bisa, Aku Tak Bisa, ia ingin mennawarkan sesuatu yang baru di dunia industri musik tanah air. Karena itulah bersiaplah untuk menantikan kehadiran foto foto seksi Baby Niken di beberapa media internet maupun televisi<br /><br />Dan untuk anda yang sudah penasaran dengan penampilan Baby Niken, beriut beberapa foto Baby yang bisa kita lihat bersama. Kita harapkan saja agar Model majalah Aneka Yess 2005 itu mampu memberikan yang terbaik bagi penggemarnya di seluruh Indonesia</div>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-82474176546814798382011-03-23T02:14:00.000-07:002011-03-23T16:59:24.834-07:00Ngentot Spg Cantik<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ngentot Spg Cantik, Pulang kantor jalanan masih agak macet. Kantorku berada di daerah Harmoni. Pada jam-jam sibuk tentu saja macet total. Langit agak mendung, tapi dugaanku sore sampai malam ini tidak akan turun hujan. Dengan langkah sedang aku keluar kantor dan berjalan ke arah Juanda, rencana naik bis dari sana saja. Maklum karyawan baru, jadi masih naik Mercy dengan kapasitas besar.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sampai di Juanda aku cari bis kota tujuan ke Senen. Sebentar kemudian datang bis kota yang sudah miring ke kiri. Aku naik dan menyelinap ke dalam. Aroma di dalam bis sungguh rruarr biasa. Segala macam aroma ada di sana. Mulai dari parfum campur keringat sampai bau asap dan lain-lainnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tak lama aku sampai di Senen. Turun di Pasar Senen dan masuk ke dalamnya. Ada beberapa barang yang harus kucari. Putar sana putar sini nggak ketemu juga yang kucari. Malahan digodain sama kapster-kapster di salon lantai 2. Dengan kata-kata yang menjurus mereka merayuku untuk masuk ke salonnya. Kubalas saja godaan mereka, toh aku juga lagi nggak ada keperluan ke salon. Sekedar membalas dan menyenangkan mereka yang merayu untuk sekedar gunting, facial atau creambath. </p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Akhirnya kuputuskan untuk cari di Atrium saja. Aku nyeberang di dekat jembatan layang. Memang budaya tertib sangat kurang di negara ini. Senangnya potong kompas dengan mengambil resiko.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Baru saja kakiku melangkah masuk ke dalam Atrium, mataku tertuju pada seorang wanita setengah baya, kutaksir umurnya tiga puluh lima tahun. Ia mengenakan blazer hijau dengan blouse hitam. Pandangannya kesana kemari dan gelisah seolah-olah menunggu seseorang. Aku lewat saja di depannya tanpa ada suatu kesan khusus. Sampai di depannya dia menyapaku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Maaf Mas mengganggu sebentar. Jam berapa sekarang?” tanyanya halus. Dari logatnya kutebak dia orang Jawa Tengah, sekitar Solo.<br /><br />“Aduh, sorry juga Mbak, saya juga tidak pakai jam,” sambil kulihatkan pergelangan tanganku.”Mbak mau kemana, kok kelihatannya gelisah?” tanyaku lagi.<br /><br />“Lagi tunggu teman, janjian jam setengah lima kok sampai sekarang belum muncul juga” jawabnya.<br /><br />“Ooo..” komentarku sekedar menunjukkan sedikit perhatian.<br /><br />“Mas mau kemana, baru pulang kantor nih?” dia balik bertanya.<br /><br />“Iya, mau beli sesuatu, tadi cari di Proyek nggak ada, kali-kali aja ada di Atrium”.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Akhirnya meluncurlah dari mulut kami beberapa pertanyaan basa-basi standar.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Oh ya dari tadi kita bicara tapi belum tahu namanya, saya Vera,” katanya sambil mengulurkan tangan.<br /><br />“Anto,” sahutku pendek, “OK Vera, saya mau jalan dulu cari barang yang saya perlukan”.<br /><br />“Silakan, saya masih tunggu teman di sini, barangkali dia terjebak macet atau ada halangan lainnya”.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kami berpisah, saya masuk ke dalam dan langsung ke Gunung Agung. Kulihat Vera masih menunggu di pintu Atrium. Setengah jam keliling Gunung Agung ternyata tidak ada barang yang kucari. Kuputuskan pulang saja, besok coba cari di Gramedia atau Maruzen. Aku keluar dari pintu yang sama waktu masuk, arah ke Proyek. Kulihat Vera masih juga berdiri di sana. Kuhampiri dia dan kutanya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Masih ada disini, belum pulang?”.<br /><br />“Ini mau pulang, besok aja kutelpon dia ke kantor,” jawabnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Waktu itu, 1994, HP masih menjadi barang mewah yang tidak setiap orang dapat memilikinya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mbak naik apa?”<br /><br />“Oh, saya bawa mobil sendiri, meskipun butut”.<br /><br />“OK, kalau begitu saya pulang, saya naik Mercy besar ke Kampung Melayu”.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dia kelihatan agak berpikir. Baru pada saat ini aku mengamati dia dengan lebih teliti. Tingginya kutaksir 158 cm, kulitnya kuning kecoklatan, khas wanita Jawa dengan perawakan seimbang. Rambutnya berombak sebahu, matanya agak lebar dan dadanya standar, 34.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Kenapa, something wrong?” kataku.<br /><br />“Nggak, nggak aku juga mau jalan lagi suntuk. Rumah saya di Cinere, jam segini juga lagi full macet” sambil memandangku dengan tatapan yang sulit kutafsirkan.<br /><br />“Boleh saya temani,” sahutku asal saja. Jujur aku hanya asal berkata saja tanpa mengharap apapun. Dia menatapku sejenak dan akhirnya..<br /><br />“Boleh saja, kalau nggak mengganggu” jawabnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kami menuju basement tempat parkir mobilnya. Dia memberikan kunci mobilnya padaku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Bisa bawa mobil kan?” tanyanya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku terkejut, karena aku memang bisa nyetir mobil tapi masih belum lancar sekali dan tidak punyai SIM.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Aduh, so.. Sorry, jangan aku yang bawa. Aku nggak punya SIM,” kataku mengelak.<br /><br />“Baiklah kalau begitu, biar aku sendiri yang bawa,” katanya sambil tersenyum.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Vera naik mobil dan membukakan pintu sebelah kiri depan dari dalam. Mobilnya Suzuki Carry warna merah maron. Kulihat di atas jok tengah berserakan map dan kertas.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Kemana kita?” katanya.<br /><br />“Terserah ibu sopir saja, asal jangan ke Bogor, jauh” sahutku bercanda.<br /><br />“Kita ke Monas saja deh” katanya sambil terus tetap menyetir.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Karena dia mengenakan rok span selutut, jadinya waktu duduk menyetir agak ketarik ke atas, pahanya terlihat sedikit. Aku menelan ludah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Monas terlihat sepi sore ini, jam di dashboard menunjukkan 17.55. Hanya ada beberapa mobil yang parkir di pelataran parkir. Vera memarkir mobilnya agak jauh dari mobil lainnya. Ia mematikan kontak dan membuka jendela. Kami tetap duduk di dalam mobil.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Uffh, hari yang melelahkan”. Vera menyandarkan tubuh dan kepalanya pada jok mobil. Blazernya tidak dikancingkan sehingga dadanya kelihatan menonjol.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Ngomong-ngomong Mas Anto ini kerja di mana?”<br /><br />“Karyawan swasta, kantornya di Harmoni, Mbak Vera sendiri di mana?” balasku.<br /><br />“Saya agen sebuah Asuransi BUMN, rencananya tadi dengan teman saya, Dewi, akan prospek di sebuah kantor di Kramat, makanya janjian di Atrium. Eh, dianya nggak datang. Eh, bagaimana kalau kita masing-masing panggil dengan nama saja tanpa sebutan basa-basi supaya lebih akrab. Toh umur kita nggak jauh berbeda. Aku tiga puluh lima, kutaksir kamu paling-paling tiga puluh”.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ternyata taksiranku tepat, taksirannya meleset. Waktu itu umurku sendiri baru dua puluh lima. Mungkin karena warna kulitku agak gelap dan berkumis maka wajahku kelihatan lebih tua. Tapi menurut teman-temanku baik perempuan ataupun laki-laki, dengan wajah cukup ganteng, tinggi 170 cm, perawakan tegap, berkumis dan dada berbulu aku termasuk idaman wanita.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Vera ternyata seorang janda dengan satu anak. Ketika kutanya kenapa dia bercerai, air mukanya berubah dan ia menghela napas panjang.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Sudahlah, itu kenangan buruk dari masa laluku, tak usah dibicarakan lagi” katanya.<br /><br />“Baiklah, maaf kalau sudah menyinggung perasaanmu,” kataku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Senja semakin merambat, lampu jalan sudah mulai dinyalakan mengalahkan temaram senja. Di bawah lampu merkuri wajah Vera terlihat pucat. Tiba-tiba saja kami bertatapan. Vera terlihat sangat lelah, tapi bibirnya dipaksakan tersenyum. Entah bagaimana mulanya tiba-tiba saja tangan kananku sudah kulingkarkan di lehernya dan kurengkuh ia ke dalam pelukanku. Kucium bibir tipisnya dan ia membalasnya dengan melumat bibirku lembut. Kami saling memandang dan tersenyum.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Anto, maukah kamu menemaniku ngobrol?”<br /><br />“Lho, bukankah sekarang ini kita lagi ngobrol”.<br /><br />“Maksudku, kita cari.. Nggh.. Tempat yang tenang”.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kucium bibirnya lagi dan ia membalas lebih panas dari ciuman yang pertama tadi. Tanpa kujawab mestinya ia sudah tahu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Ayo kita berangkat,” ajaknya sambil menghidupkan mesin mobil.<br /><br />“Baiklah kita ke arah Tanah Abang saja yuk,” jawabku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dari Monas kami menuju ke Tanah Abang. Kami sempat terjebak kemacetan di sekitar Stasiun Tanah Abang. Akhirnya kuarahkan dia ke Petamburan. Kulihat dia ragu-ragu untuk masuk ke halaman sebuah hotel.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Ayolah masuk saja, nggak apa-apa kok. Hotelnya cukup bersih dan murah” kataku meyakinkannya.<br /><br />“Bukan apa-apa. Aku hanya tidak ingin mobilku terlihat secara mencolok di halaman hotel” sahutnya. Akhirnya kami mendapatkan tempat parkir yang cukup terlindung dari jalan umum.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah membereskan urusan di front office, kami masuk ke dalam kamar. Kuamati sejenak keadaan di dalam kamar. Di dinding sejajar dengan arah ranjang dipasang cermin selebar 80 cm memanjang sepanjang dinding. Aku tersenyum dan membatin rupanya hotel ini memang dipersiapkan khusus untuk pasangan yang mau kencan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Kamu sering masuk ke sini, To? Kelihatannya sudah familiar sekali” tanyanya.<br /><br />“Nggak juga. Namanya nginap di hotel kan tahapannya standar aja. Lapor ke front office, serahkan ID, bayar bill untuk semalam lalu ambil kunci kamar. Beres kan?”<br /><br />“Kalau lagi prospek, bagaimana pengalamanmu. Sering dijahili klien nggak” tanyaku memancing.<br /><br />“Yahh, ada juga yang iseng. Tapi kalau orangnya oke, boleh juga sih. Sudah dapat komisi plus tip plus enak gila”.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ternyata beginilah salah satu sisi dunia asuransi. Saya nggak menghakimi, tetapi semua itu kembali tergantung pada orangnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Aduh, kalau begitu saya nggak bisa kasih tip. Kita pulang saja yuk” kataku pura-pura serius.<br /><br />“Huussh.. Kamu kok nganggap saya begitu sih”.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kami berbaring berjejer di ranjang yang empuk. Vera tengkurap di sebelahku dan menatapku sejenak, lalu ia mendekatkan mukanya ke mukaku dan mencium bibirku. Aku membalas dengan perlahan. Vera terus menciumiku sambil melepas blazernya. Kaki kirinya membelit kakiku. Tangannya merayap di atas kemejaku dan mulai melepas kancing serta menariknya sehingga dadaku terbuka. Vera semakin terangsang melihat dadaku yang berbulu. Ia membelai-belai dadaku dan sekali-sekali menarik perlahan bulu dadaku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Simbarmu iku lho To, bikin aku.. Serr” bisiknya. Simbar adalah sebutan bulu dada dalam bahasa Jawa.<br /><br />“Mandi dulu yuk” kataku.<br /><br />“Nggak usah, nanti aja. Bau tubuhmu lebih merangsang daripada bau sabun bahkan parfum” katanya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Bibirnya bergeser ke bawah dan kini ia menciumi leherku. Aku menggelinjang kegelian sekaligus nikmat. Napas kami mulai berat dan memburu. Sambil terus menciumi dadaku, Vera melepaskan blousenya. Kulihat buah dadanya yang masih kenyal dan padat terbungkus bra warna merah jambu. Seksi sekali. Tangannya bergerak ke bawah, membuka kepala ikat pinggangku, melepas kancing celana dan menarik ritsluitingku dan langsung menariknya ke bawah. Aku sedikit mengangkat pantatku membantu gerakan tangannya membuka celanaku. Kini tangannya bergerak ke belakangnya, tidak lama kemudian roknya sudah merosot dan hanya dengan gerakan kakinya rok tersebut sudah terlepas dan terlempar ke lantai.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tangan kananku bergerak ke punggungnya dan terdengar suara “tikk” kancing pengait branya sudah terlepas. Aku melepas branya dengan sangat perlahan sambil mengusap-usap bahu dan lengannya. Vera mengangkat tangannya dari tubuhku dan akhirnya terlepaslah bra merah jambu yang dipakainya. Buah dadanya berukuran sedang, taksiranku 34 saja, terlihat kenyal dan padat. Urat-uratnya yang membiru di bawah kulit terlihat sangat menarik seperti alur sungai di pegunungan. Putingnya yang merah kecoklatan menantangku untuk segera mengulumnya. Payudara sebelah kanan kuisap dan kukulum, sementara sebelah kirinya kuremas dengan tangan kananku, demikian berganti-ganti. Tangan kiriku mengusap-usap punggungnya dengan lembut.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Vera mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit kecil dan kujilat-jilat.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Ououououhh.. Nghgghh, Anto teruskan.. Ouuhh.. Anto”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Payudaranya kukulum habis sampai ke pangkalnya. Vera menghentakkan kepalanya dan menjilati telingaku. Akupun sudah merangsang hebat. Senjataku sudah mengeras dan kepalanya sudah nongol di balik celana dalamku. Vera melepaskan diri dari pelukanku dan kini ia yang aktif menjilati dan menciumi tubuhku bagian atas. Dari leher bibirnya menyusuri dadaku, menjilati bulu dadaku dan..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Oukhh, Vera.. Yachh.” aku mengerang ketika mulutnya menjilati puting kiriku. Kini bibirnya pindah ke puting kananku. Aku mendorong tubuhnya, tak tahan dengan rangsangan pada puting kananku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Vera semakin ke bawah, ke perut dan terus ke bawah. Digigitnya meriamku yang masih terbungkus celana dalam. Tangannya juga bergerak ke bawah, menarik celanaku sampai ke lutut dan akhirnya menariknya ke bawah dengan kakinya. Aku tinggal memakai kemeja saja yang kancingnya juga terbuka semua.</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-14542248938611801162011-03-23T02:12:00.000-07:002011-03-23T16:59:33.495-07:00Perawanku Direnggut Guru Privatku<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Perawanku Direnggut Guru Privatku, Sebut saja namaku Etty (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan.<br /><br />Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengetahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang. <span></span><br /><br />Suatu hari setelah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.<br /><br />Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Freddy (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang, “Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.<br /><br />“Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.<br /><br />Aku menjawab, “Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”. “Iya, nanti jam setengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”.<br /><br />Aku dan teman-teman mengajak, “Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia setuju.<br /><br />“OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”!<br /><br />Aku dan teman-teman bilang, “Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naa..aa, betuu..uul. Setujuu..”.<br /><br />Ketika Pak Freddy mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.<br /><br />“Alaa.., Etty, langsung deh, deket-deket, jangan mau Pak”.<br /><br />Pak Freddy menjawab, “Ah! Ya, ndak apa-apa”.<br /><br />Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Freddy tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.<br /><br />“Sorry, ya Pak”.<br /><br />Dia menjawab, “That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Freddy.<br /><br />Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang Hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.<br /><br />“Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”.<br /><br />Aku menjawab, “Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.<br /><br />Lalu dia mengajak masuk ke dalam, “Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya paké baju dulu”. Memang tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan, “Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya”.<br /><br />Dia tersenyum, “Saya kost di sini. Sendirian.”<br /><br />Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya, “Udah laper, Et?”.<br /><br />Aku jawab, “Lumayan, Pak”.<br /><br />Lalu dia berdiri dari duduknya, “Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”.<br /><br />Langsung kujawab, “Ok-ok aja, Pak.”.<br /><br />Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis cowok yang besar, panjang dan kekar.<br /><br />Tidak disangka-sangka suara Pak Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku, “Lho!! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.<br /><br />Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap, “Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”.<br /><br />Pak Freddy hanya tersenyum saja, “Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.<br /><br />Syukurlah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.<br /><br />Pada saat makan aku bertanya, “Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”.<br /><br />Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, “Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”.<br /><br />Lalu aku memancing, “Kok, tadi ada yang begituan”.<br /><br />Dia bertanya lagi, “Yang begituan yang mana”.<br /><br />Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, “Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”.<br /><br />Kemudian dia tertawa, “Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.<br /><br />Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya.<br /><br />Lalu dia menawarkan diri, “Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”.<br /><br />Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.<br /><br />Begitu tiba di dalam kamar, Pak Freddy bertanya lagi, “Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih tetapi kutahan.<br /><br />Pak Freddy bertanya lagi, “Sakit, Et”. Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.<br /><br />Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya.<br /><br />“Enak, Et?”<br /><br />“Lumayan, Pak”.<br /><br />Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Freddy berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.<br /><br />“Boleh saya seperti ini, Et?”.<br /><br />Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan vaginaku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku.<br /><br />Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan penisnya ke dalam vaginaku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar vaginaku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan, “Tahan sakitnya, ya, Et”. Aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan, “Akhh.., bukan main perihnya ketika batang penis Pak Freddy sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus penisnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku.<br /><br />Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan penis Pak Freddy mengocok vaginaku. Aku terengah-engah, “Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan penis Pak Freddy semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam vaginaku menggeliat-geliat dan berputar-putar.<br /><br />Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Freddy semakin memperkuat dan mempercepat kocokan penisnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam vaginaku. Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan penisnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.<br /><br />Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, “Gimana, Et? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”.<br /><br />Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih, “tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”.<br /><br />Dia berkata lagi, “Sama, saya juga”.<br /><br />Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur.<br /><br />Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Freddy hanya menggunakan handuk dan berkata, “Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.<br /><br />Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Freddy menyabuni vaginaku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan penisnya yang perkasa itu.<br /><br />Setelah semua selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.<br /><br />Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Freddy walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan penis guru bahasa Inggrisku itu.</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-37991454874710080052011-03-23T02:11:00.001-07:002011-03-23T17:00:30.629-07:00Cerita Seru Saat Dugem<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Cerita Seru Saat Dugem, Kami adalah suami istri yang bahagia dalam perkawinan kami dan saling cinta, tetapi dalam kehidupan sex kami pasangan yang open-minded, dan suka mengexplor sexual kita. Aku seorang istri dengan dua anak yang masih kecil. Umurku 28 tahun, namun diusiaku ini bodyku masih termasuk kategori sexy ( menurut pria2 lain dan suamiku). Suamiku umur 30 thn (lumayang lah, tapi buat saya ganteng dia), belakangan ini kami telah melakukan swinging dengan pasang lain, dengan hasil yang merangsang selera libido sex kami. Pada saat aku disetubuhi oleh pria lain aku sengaja memperlihatkan penisnya lelaki itu masuk dalam lubang kenikmatanku, dan itu membuatnya on dan terangsang sekali, dan juga pada saat kuoral penis dengan nafsu dan menyemprot spermanya di mulutku / dimuka. Tapi sebaliknya aku juga nikmat melihat dia di oral cewek.<br /><br />Pada hari sabtu teman business suamiku Teddy ulang tahun yang ke 29, dia tergolong pria muda yang cepat melejit menjalankan usahanya. Mengadakan pesta ulang tahunnya di club X, dia mengundang kami dan beberapa teman dekatnya, juga rekan businessnya. Ada beberapa dari mereka yang kami kenal, ketemu beberapakali, pada saat saya menemani suami saya kerja. Mereka masih ter golong muda yang paling tua umur 33, seperti Joko 25 thn tampan tubuh atletik juga di undang.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Hari sabtu aku mempersiakan diriku agak sexy untuk dugem nanti malam, dengan mengunakan rok mini berwarna merah muda, dan bh dan cd G-string yang matching, kucukur bulu V ku sampai halus agar tidak kelihatan keluar dari G-stringku dan memakai minyak wangi agar badan berbau wangi dan exotic aku siap untuk dugem. Begitu suami melihat aku berhenti sejenak dengan expresi terpesona, wah wah sayang kamu kelihatan sexy sekali. Aku senyum sambil mengoda dia dengan bungkuk dan mengoyangkan pantatku yang sexy kekanan kekiri, dan berkata “mau” hi..hi… </p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kamipun berangkat dan tiba di lokasi, dan kamipun segera menuju keruangan yang telah dibooking Teddy. Saat kami masuk ruang yang exclusive, dengan sofa yang kelihatannya nyaman, dan para tamu sudah datang termasuk Joko yang membawa pasangan dia Yanti berumur 20 tahunan, sexy badannya ramping dengan dada yang menonjol (mungkin 36 b kali) dan muka yang manis (cantik sekali), Yanti memakai rok mini coklat dengan sepatu hak tinggi coklat. Tapi aneh aku merasah semua laki laki di situ memandang kesaya, dan aku merasa dilihat dari ujung kaki sampai ujung dada (mungkin perasaanku saja), kami di perkenalkan sama Teddy kepada teman2 nya, Tony umur 24 thn tampang ABG banget cukup ganteng, Bobby umur 30 thn dengan penampilam rapih, dan tentu Joko yang sudah aku kenal (kita pernah dugem bersama Teddy dan Joko), dia merangkul dan mencium pipiku, sambil membuatku terkejut tangan kanan dia meraba dan meremas pantatku tanpa suamiku lihat, itu membuatku malu, terangsang dan pipiku memerah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tak lama kemudian cewek masuk dengan pakaian sangat sexy sepatu boot hitam yang tinggi selutut, dada membusung kedepan, dan berjalan dengan PD sekali bernama Indah (menurut saya Indah liar, cantik dan centil), kata suamiku itu cewek stripper untuk mebuat malam lebih asik. Setelah semua duduk di sofa yang telah tersedia botol miniman dan gelas yang sudah penuh minuman. Joko bediri dan mengambil minuman yg dimeja dan bersulang untuk ulang tahunnya Teddy, semua bertepuk tangan dan mengambil minuman, dengan lampu di padamkan sedikit agar remang remang, dan kami semua minum, Teddy bilang “Habis yaaa” minumannya sangat terasa sekali alkoholnya. Dan setelah kami semua minum habis Joko tertawa sambil berkata “nikmati malam ini karena minuman itu telah dicampur Inek hadiah dari Teddy” kami semua berseru ASIK!!!. Saat itu juga lagu house music dimainkan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Gak lama badanku merasa ringan tangan mulai dingin, dan perasaan enak dan horny mulai terasa (aku kalau di kasih inek membuat aku horny). Dan kamipun berdiri sambil berpelukan dan bergoyang dalam irama denyutan music yang ada. Baru terasa dada suami saya bergesekan dengan dada saya, membuatnya putingku berdiri tegak dan seirama dengan dadaku menyeterum ke memiawku mulai terasa basah. Tiba2 suami melepaskanku untuk mengambil minum di meja. Sendiri aku bergoyang didepan dan serasa semua mata laki2 disitu melihat saya Joko, Tony, Bobby, dan Teddy, akupun mulai bergoyang lebih erotis dan memeluk org didekatku, tanpa sadar Indah sang stripper lndah yang bergoyang dan merangkul saya, karena aku asik aja, kita berdua bergoyang erotis berdempetan dan tangan Indah berada didadaku yg berdiri on. Aku melihat suamiku lagi asik dengan Yanti meraba raba pantatnya sambil bergoyang diantara selangkangan Yanti dan Yantipun memegang kepala suami saya didepan dadanya yang montok sambil digoyangkan. Akupun tak perdulikan aku lagi didunia enak banget.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tak sadar kalau Teddy mendekat dan gabung ama kita berpelukan sambil tangan kanannya berada di dalam rok mini Indah. Dan yang kiri memelukku dari pundak dan tangannya meremas remas dadaku dan kunikmatinya .(membuatku horny banget). Teddy meninggalkan kita dan tanpa aku sadar memberi aba aba ke Indah untuk mulai melepaskan pakaiannya (striptease), Indah mulai bergoyang lebih erotis didepanku dan mengunakan tubuhku seakan akan aku cowok, dia melekuk lekuk sambil meraba tubuhku dari leher, ke dada, dan ke pantatku berulangkali dia lakukan itu. (membuatku semangkin horny aja hmmm….), Indah memintaku untuk membuka kancing rok mini yang dia kenakan, dengan kondisi horny dan fly aku turuti, dan terdengar suara siul2 dari cowok cowok, sampai kancing terahir rok mini Indah kubuka dan sekarang kelihatan jelas BH berwarna hitam dan CD tembus pandang berwarna hitam yang memperlihatkan vaginanya yang tanpa rambut sehelaipun. Dengan gaya erotis Indah menjilat, dan memilin dadaku dan putinku dari luar rokku sambil bergoyang goyang erotis, sedangkan tangannya meraba raba pantatku sambil menaikan rok miniku sampai terlihat CDku seirama denyutan music yang ada, dan sekali kali meraba vaginaku dengan jarinya secara lembut dan erotis dari luar CDku (hal itu membuat vaginaku on dan basah). Aku merasa sudah didunia nikmat dan gak perduli yang melihaku. Aku berbalik untuk melihat suasana dan suamiku yang masih dengan Yanti, dia sedang meraba raba dada yanti dari dalam BHnya dan tangan satunya berada diselangkangan Yanti sedang memainkan vaginanya, kulihat suamiku sedang on berat dan horny.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kembali aku menikmati goyangan serta rabaan Indah kepada tubuhku. ternyata Indah telah melepaskan BH dan CDnya dan bergoyang telanjang bulat, siulan kembali ku dengar dan membuatku lebih liar dan berani. Indah mulai melepaskan rokku dengan pelan dan lembut dan berhenti pada kancing yang didepan perutku, membuat BHku kelihatan bagi yang mau lihat dadaku, dengan cepat dan lembut Indah telah melepaskan kaitan belakang BHku dan BHku jatuh kelantai memperlihatkan dadaku yang indah dengan putin yg sedang berdiri menunjukan betapa hornynya aku, dengan gerakan erotisnya Indah bergoyang dengan memainkan dada dan memilin putinku yang telanjang sambil diisep, dan dijilat dengan lembut, dengan tangannya bergerak untuk melepaskan rokku dari pundakku, dengan kenikmatan yang ku rasakan aku tidak memperdulikan rok miniku jatuh ke lantai, membuat saya topless dan bergoyang hanya dengan G-stringku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Gerakan Indah tambah hot dan erotis melekuk lekuk dan mengerakan pinggangnya seolah olah dia lagi fishing aku, dan tambah ganas Indah mengisep isep dadaku dan tangannya mengelus elus vaginaku sambil jarinya keluar masuk, dia tahu betapa basahnya vaginaku, yang sudah keluar lendir menembus G-stringku. Aku buka mataku aku melihat Joko berada di belakang Indah dengan tangan yang bergerilia ke dada dan vaginanya, dan mencium Indah dengan lidah dijulurkan kemulutnya yg disambut juga dengan lidah indah didepan mataku. Aku termenung melihat mereka sampai aku tak sadar kalau Indah melepaskan G-Stringku, yang membuatku telanjang bulat dan bergoyang, aku segera melihat reaksi suamiku yang ternyata dia lagi sibuk sendiri dengan Yanti yang sekarang juga tidak memakai sehelai pakaianpun, dan lagi mengoral suamiku sambil mengocok penisnya, dan Tony menunggu dioral.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tiba tiba aku terkejut dengan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh vaginaku, aku berbalik dan melihat kepala Indah berada diselangkanganku dan menjilatin vaginaku sedangkan Joko memelukku dari belakang sambil meremas dadaku. Indah dan Joko mengiring aku ke sofa dan sampai di sofa mereka melanjutkan menjilatin vaginaku dan Joko mengisap dan menjilat dadaku, kenikmatan menerpa tubuhku, tiba tiba aku merasa ada org duduk di sebelah kanan dan kiriku,</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ternyata Teddy dan Bobby. Bobby melihat sambil meraba raba dadaku yg satu lagi, aku malu, terangsang. dikelilingin tiga cowok sambil diisepin vaginaku oleh Indah, aaahhh..aaahhh…oohhh… aku mendesah keenakan. Posissi Indah digantikan oleh Teddy yang sekarang menjilatin clitorisku ooooohhh……oooohh……aaaahhhh…. Rangsangan yang hebat saya rasakan dari dada yg diisep 2 cowok dan vaginaku yang basah dan horny dilahap Teddy. Desahanku membuat para cowok memperlakukan aku lebih liar. Indah pindah ke sebelah Bobby dan melepaskan pakaiannya sambil mengoral penisnya sampai tegak, dan berikutnya Joko dan Teddy, sampai mereka semua tenlanjang bulat, ku lirik penisnya Joko begitu tebal dan panjang 17 cm, Teddy 19 cm dengan ketebalan yg sama, lalu aku meraba punya Bobby karena aku tidak dapat melihatnya, ternyata lebih besar dari semuanya dan tebal sekali sampai jariku tidak dapat melingkari penisnya, Teddy memasukan jarinya kedalam vaginaku sambil clitorisku diisep dan dijilat membuat badanku bergetar dengan maut aku keluaaaaa….rrr …..Arrrrgg……. Arrrrg…..feeww… feww….ooohh… cairan hangatku mengalir keluar dari vaginaku terasa tak henti hentinya mengalir keluar, semua terkena mulut Teddy yang melahap dan menjilatin semua cairanku yang keluar. Teddy memberi aku waktu untuk menikmati orgasmeku sebelum dia mengarahkan penisnya ke vaginaku dengan pelan dia masukan penisnya, sampai penisnya masuk semua baru dia maju mundurkan penisnya membuat aku mengikuti irama yang nikmat dia buat.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Teddy mendorong pinggangnya kedepan agar penisnya masuk semua ke vaginaku. Dengan tak sabar Joko berdiri dan mekangkangi mukaku sampai penisnya didepan mulutku, dan kuraih dengan nafsu dan kumasukan penisnya kedalam mulutku, kulirik ke kiriku untuk melihat Bobby, entah kemana Bobby tetapi sudah tidak berada di sampingku lagi, Indah memainkan dadaku dengan tangan dan mulutnya. sambil penis Joko kuoral dan ku jilat bolanya sampai ujung penisnya, sambil penis Teddy dalam vaginaku yang membuatku terangsang, seirama dengan jilatan Indah yg lembut di dadaku membuat aku mendesah aaaahhh….aaaahh…aaahh…, dan mebuatku lepas kendali, fuuuu..ckk…meee…fuuuuck…me.. Teeeddy… dengan aku mengerang membuat Teddy nafsu dan menyodok vaginaku dengan keras dan badanku mulai bergetar lagi dan Arrrrrggg….. Arrrrrgg… aaahhhh….aaahhhh… kupegang pantat Teddy dan kutarik kedalam agar penisnya masuk lebih dalam lagi ke vaginaku…..oooohh…oooohhhh…Arrrrrgggg…. aaaah…..aaahhh…uuuhhhh… badanku bergetar getar dengan hebat. Melihat aku keluar Teddy meyusul aku tahu dari denyutan penisnya dalam diriku…tak lama Oooooo….. Oooohhhh.. akkk…uuu.. keeee…luaaa…rrr. Dia mencabut keluar penisnya dan ternyata Indah telah menunggu dan Teddy masukan penisnya kedalam mulut Indah untuk menyemprotkan air maninya Aaaaa……hhh….aahhh….ahhh.. ooo… oooohhhh. ..banyaknya air mani yang keluar di mulut Indah sampai keluar kepipinya dan sisanya ditelan habis. Kebanyang olehku kenapa Teddy tidak mengeluarkan dimulut saya (padahal aku belum pernah), Tapi minuman dan inek itu mebuat aku berbuat hal yang belum pernah saya inginkan sebelumnya dan sekarang aku sangat menginginkan. Sambil melamunkan tentang air mani Teddy, tak sadar penis Joko yang sedang ku oral dengan nafsu, sedang berdenyut denyut siap menyemburkan air maninya, aku terkejut tiba tiba Aaaa…hhhh….. Ooohhhh….ooohhh… giiiii…lllee… aku keluuuuuuuaarrr…..croooot…..crooot… mulutku dibanjirin air mani Joko, menyembur dengan keras ketongorokanku membuat aku batuk batuk, dan Joko mendorong penisnya lebih dalam sambil memegang kepalaku sampai habis air maninya didalam kemulutku semua, banyak air maninya sampai sebagian tumpah ke sofa dan dadaku. Lemas lah Joko bersandar disebelahku. Kenikmatan pertamaku merasakan air mani keluar dimulutku membuat aku lupa sesaat akan suamiku, ternyata dia sedang duduk asik telanjang di oral oleh Indah dan penis Tony dari belakang menyodok vaginanya Indah dengan irama yang cepat celaaap…. ceeeeplok… celaaap…. Ceeeplok…. Terdengar suaranya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku mengambil minumku dan menuguk minumanku, lalu aku dengan setengah sempoyongan kekamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai aku kembali ke sofa dan minum sedikit lagi mereka santai asik minum2. sambil bergoyang telanjang. Akupun bergabung dengan mereka di lantai bergoyang. Sambil menikmati denyutan lagu house music, aku masuk ke dunia kenikmatanku sendiri, Dan rasanya pada saat itu ingin memeluk semua orang yang hadir. Aku mengenali wajah-wajah yang ada namun pikiranku kosong. Aku pindah bergoyang di atas meja, dan aku bergoyang erotis seolah aku stripper yang hot. Dengan menyambut tangan tangan yang meraba raba setiap lekukan tubuhku yang membuatku sangat horny lagi. dengan jari, lidah di vaginaku dan dadaku tubuhku merasa nikmat.<br /><br />Yanti naik keatas meja dan bergoyang bersamaku, goyangan kami seperti sepasang lesbi yang sedang terangsang. Yanti memasukan jarinya ke vaginaku dan lidahnya menjilatin dadaku dengan erotis sekali, tak lama Indah bergabug diatas meja dan kami bertiga kelihatan wanita lesbi yang hot dan heboh dikelilingi Joko, Bobby, Teddy, Tony, dan suamiku. Indah mengajak turun ke sofa dan aku terlentang diatas sofa dengan kaki dibuka lebar membuat akses yang mudah bagi Indah melahap vaginaku dan clitorisku, Teddy menyuruh Yanti menduduki mukaku dengan aku ahirnya merasakan rasa vagina wanita untuk pertama kali.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Vagina Yanti yang basah terasa asin, gurih, sedikit amis tapi tak tahu kenapa aku menikmatinya dan melahap vaginanya dengan nafsu. Keahlian Indah menjilain clitorisku membuat aku mendesah. Aaaahhh…aaa…aaaaa…. Aaaahhh.. dan memegang kepala Indah dan mendorongnya ke vaginaku yang berdenyut denyut. Lidahnya dimasukan dalam memiawku membuat tubuhku bergetar keenakan AAaarrrrrggg…..Aarrrgggg… oooooo… ooooohhhh… shiiiiii…tt.. tubuhku bergoyang maut merasakan Orgasme dari Indah Aaa…rrr….gggg Arrrrrggg….. aaahhhh…aaahhh.. aaahh.. keluarlah cairanku kemulut Indah yang mungil, dan bersamaan Yanti mendesah Arrrrrggg….. Arrrggggg…… ooooooo…. oooohhh.. oohh.. cairan Yanti keluar dimulutku dan Yanti menekan vaginanya kemukaku sampai hampir aku gak bisa bernafas, memaksakan aku menelan semua cairannya yang keluar dari vaginanya, dan aku menelan dan mejilat vaginanya sampai habis.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku merasa sangat happy, horny, dan nikmat. Aku melihat para cowok (termasuk suamiku) memandangku sambil berbisik bisik. Kemudian Tony dan Bobby menghampiri aku yang sedang terlentang telanjang bulat dapat mereka melakukan semau mereka dan aku akan menikmatinya. Bobby dengan penisnya yang besar dan panjang berhenti didepan mukaku, Tony menyusul dan juga berhenti depan mukaku dengan penis yang setengan berdiri. Suamiku meraih kedua tanganku dan menaruhnya dikedua penis didepanku sambil mengedipkan matanya seolah aku harus melayani mereka. Dalam kondisi horny aku kocok sambil kutarik penis mereka lebih dekat mulutku, ku oral secara bergantian, hanya penis Bobby lebih aku perhatikan, karena tak sabar aku mau merasakannya dalam vaginaku. Aku melihat suamiku, Yanti, Teddy, Joko, dan Indah duduk mengelilingi aku, Tony dan Bobby seolah menonton film porno, dan aku akan menyajikan tayangan yang seru bagi mereka. sambil bermain oral satu sama lain, tetapi pandangan mata mereka tertuju kepadaku melayani 2 cowok. Ku jilat bola Bobby dan kusedot masuk kemulutku berulangkali hingga Bobby mendesah Oooo… oooohh….. Aaaah…, dan kujilat batang penisnya hingga ujung lobang baru kumasukan kemulutku, panjangnya penis Bobby hanya bisa setengah yang masuk ke mulutku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Penis Tony kuperlakukan sama dan diapun mendesah aaaa… Aaaahhh…. u uuuu…. Uuuuhhh.. tepuk tangan dari penoton claap….claapp… Hebat…Hebat.. membuat aku malu dan sangat terangsang secara bersamaan. Dadaku diremas remas dan putinku dipilin pilin oleh mereka berdua, yang memberiku sensai dan nafsu mengkulum penis mereka. Jari Bobby meraba sambil memasukan jarinya kedalam vaginaku yang hangat membuat aku mendesah ooooo…. Uuuuu….. aaaahhhh…., aku baru sadar kenapa lampu dalam terang sekali hanya dimana aku bermain dengan Bobby dan Tony, seolah aku di atas panggung teater dan dikelilingi penonton. Mukaku memerah sebentar karena malu, tapi tubuhku yang horny banget mengalahkan maluku. Tony pindah duduk di dadaku sambil kuoral, dan Bobby diselangkaanku memainkan mengisap vaginaku sambil jarinya masuk keluar. Aaaaahh… aaaa.. laaaa.giiii… laaaagiii.. desahanku yang keluar dari birahiku dengan tak sadar aku mendesah. Lagi2 tepukan tangan dari penonton bersuara dengan keras. Jilatan Bobby membuatku meram melek dalam kenikmatan yang aku salurkan kepenisnya Tony yang sedang kusepong sepong dengan ganas. Aku merasa ujung penis Bobby berada didepan lubang vaginaku siap memasukannya, dengan pelan kepala penisnya memasuki liang vaginaku, dan terasa amat besar bleeeeesss…… masuk kepala penisnya terasa sedikit sakit dan penuh vaginaku diisi penisnya keluar suara dariku saat itu Aaaaa…. Aaaa…hh… dengan pelan dia masukan semua sampai mentok dalam vaginaku yang merasa sangaaat penuh sekali.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku berhenti mengoral penis Tony dan merasakan kenikmatan penis Bobby yang sedang keluar masuk vaginaku dengan lembut dan pelan. Kenikmatan yang luar biasa kurasakan dalam liang vaginaku, dengan penuh nafsu kupegangang pantatnya Bobby dank ku atur tempo keluar masuk penisnya lebih cepat. Aaaaahhhhhh…. Aaaaaaaaa…… Oooooohhhh…… uuuuuu… feuuuu…..huuuuhh…huuuh.. Ooo… Fuuuuuucckk…Meeeee…. Fuuuuuckkk…. Meeee… pleaaaaseee.. desahan dan keliaranku keluar tanpa kusadari, dan tepuk tangan serta kata “fish dia Bobby ent*tin dia yang kencang” dari penonton yang bergairah melihat aku di genjot oleh ****** Bobby.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Yanti menghampiriku dan aku dibalik dan diminta untuk nungging doggie style dengan Yanti dibawahku menjilat clitorisku yang sangat sensitive, dan Tony duduk di sofa depanku sambil kuoral, Bobby kembali masukan penisnya ke dalam vaginaku dari belakang. Kenikmatan yang belum aku merasakan melanda tubuhku aaa….aaaa….ooohhh…..ooohh… ooohhh ….eeeghh…eeeeghh… ooohh.. yaaa…ooohh… yaaa… kenikmatan penis dimulutku, vaginaku, clitorisku dijilatin sambil penis yang besar keluar masuk vaginaku keliaranku mengambil alih Fuuuck…Fuuuuckkk… meeee. Boooobbyyyy… Fuuuuck… meee.. masukin Penismu yang lebih dalam Booooo….bbbyyyy… dengan irama yang cepat membuatku Orgasme yang luar biasa dan tak bisa kutahan lagi AAAAaaRRRRGGGG……… AAARRRRGGGG…. OOOOOOHHHH… Oooohhh… uuuuu….uuuu.. uu.. uu.. bergetar, dan mengejang kejang, tubuhku sampai harus di pegangi Bobby sambil dia menyodok dengan keras memasukan semua penisnya ke dalam vaginaku, dan dia tahu aku sedang orgasme dia berhentikan agar aku dapat menikmatin orgasmeku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">begitu penis Bobby dicabutnya, keluarlah cairanku dengan deras sekali ke mulut Yanti yang sedang menunggu, karena tubuhku bergetar sebagian masuk mulutnya, pipinya, hidungnya. Dan yanti membersihkan semuanya sampai habis. Desahanku masih tak dapat ku kontrol karena lidah Yanti yang hangat dan lembut menyentuh clitorisku berkali kali … oooo…. Oooo…hhhh.. ooohhhhh… Giiiiilleeeee… aaaaa……aahh. Penis Tony dimulutku kulumat habis, kusedot sedot dengan irama yang cepat keluar masuk mulutku. Sambil aku menikmati orgasmeku, Selesainya Yanti membersihkan vaginaku, Yanti berdiri disampingku menjilat dadaku sambil memijat bola Bobby yang sedang kembali mengenjotku vaginaku kembali dengan irama yang sama cepatnya, sambil penis Tony yang ku kelum dengan biji pelirnya Tony berayun ayun mengenai daguku. Dan suara biji pelir Bobby yang menghantam memiawku ceelllakkk….ceeeeplloook… kenikmatan dalam tubuhku yang tiada habisnya membuatku tak tahan lama. Tubuhku mulai menegang sensai kenikmatan melanda tubuhku vaginaku terasa tersetrum, mulutku terasa penuh dengan penis Tony, dadaku terasa geli nikmat dengan sekali kali gigitan sensai diputinku yang di lakukan Yanti, bergetarlah tubuhku lagi ARRRGGgg…..ARRRggg…..OOOhhh…. Fuuuuuckk…meeeee.. please fishkkk….meee… aaaahhh…. Tak lama Orgasmeku terulang lagi tapi yang ini lebih lama dan panjang AAAAAAaaaahhhh….. OOooooooo….. OOo….ooo.. OOOhhhhhh.. uuuuenak…… aaaa… aaa… aaaa… Fuuuuuuuuuuck…… fuuuucckkk… Akuuuuu…… keeeeeeluar…. Shiiiiiiiiiiii…….tt. oh.. oh.. oh.. nafasku tersendat sendat. Ku rasakan Bobby menyodok yodok aku dengan irama lebih cepat Aaakuuu… Keeeeeluar… UuuRRGGgg… UUuuuuu… Uuuu…. Oooo.. uuuuu.. crooooot… crooottt.. dia keluarkan air maninya di pinggangku dan meleleh kebawah sampai lubang pantatku terasa hangat. Penis Tony ku kocok kocok dengan irama cepat sambil kubuka mulutku menanti yang air mani keluar dari ****** Tony. melihat mulutku menunggu membuat tony sangat terangsang dan Aaaaa……hhhh. Aaaahhhh… Ahhhh….. croooooot… croooootttt… menyembur air mani Tony mengisi mulutku yang menunggu. Sambil dia kocok kocok sendiri penisnya dia masukan kembali kemulutku dengan berkata …“TELEN SEMUA” …perintahnya kepadaku, dia masukan dalam sekali kemulutku semuanya ****** kutelan habis, membuatku tersedak sedak. sentakan keras yang disertai semburan cairan hangat gurih di tenggorokan ketika 2-3 menit dia mengosongkan penisnya di mulutku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Entah karena pengaruh minuman atau memang aku menikmati sensasi seks dengan pria lain, membuat rasa spermanya begitu enak sekali ketika kutelan. Lemaslah kita berempat dan akupun istirahat disofa terlentang. Suamiku membantu mengenakan pakaianku karena tak terasa sudah jam 4 pagi dan pesta sudah mau berahir. Teddy menghampiriku dan berkata “ kamu sexy dan hot banget gak salah aku memilih kamu sebagai hadiahku malam ini ” thank you sambil mencium aku dengan mesera dan lidahnya bergelut dengan lidahku. Lalu dia masukan jarinya kedalam vaginaku untuk terahir kalinya dan memasukan kedalam mulutnya untuk merasakan air maniku sambil tersenyum puas. Kami ahirnya beranjak dari tempat malam yang takan ku lupakan kepuasan yang aku alami malam ini digilir semalaman</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-73841737157036978532011-03-23T02:09:00.000-07:002011-03-23T17:01:03.822-07:00Kejantanan Sopir Pribadiku<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kejantanan Sopir Pribadiku, Pak warso adalah sopir bribadiku yang sudah lama kerja di rumahku. Sore itu pak Warso mengantarku ke kantor notaris, karena ada urusan yang harus aku selesai kan. Aku duduk di jok belakang, tiba2 saja aku mengamati pak warso yang selama ini menjadi sopir keluargaku.”hhmmmm…ternyata dia boleh juga, badan dia kekar dan berotot, palagi itu nya yah…pasti nyummi” pikiran pikiran kotor mulai mempermainkan otakku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“pak Warso…dah berapa lama sih menikah kok belum punya anak” pancingku<br /><br />” 16 tahun Bu” jawab nya singkat<br /><br />” kok lom punya anak…pasti Pak Warso kurang genjotan nya” kataku mulai menjuru<br /><br />” siapa bilang bu…orang saya paling jago di ranjang…istri saya saja kadang minta ampun nangis nangis” jawab nya</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku dan pak warso memang dari dulu suka bicara blak blakan tapi baru kali ini menjurus ke sola ranjang.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” aahh…G percaya aku pak” jawabku<br /><br />“apa ibu mau saya kelonin…biar percaya” jawab nya sambil masih menyetir mobil.<br /><br />pikiranku semkain tidak menentun membayangkan tangan tangan Pak warso menyusuri tiap inchi kulit tubuhku. </p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">”nggak ah pak laki laki mah besar di mulut doank…kek tamu tak di undang…belum juga di suruh masuk udah keluar duluan’ jawab ku sedikit menantang.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">”Bu…andai saja Ibu bukan majikan saya, dah dari dulu ibu saya perkosa” jawab nya mengaget kan aku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sepulang dari kantor notaris pikiranku masih saja memikirkan kata kata pak Warso<br /><br />ingin rasanya menikmatin benjolan di balik seleting celana itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“pak, tolong belikan ini ya…pake uang bapak dulu deh nanti aku ganti” kataku sambil menyerahkan secarik kertas yang sebenar nya bukan lah catatan belanja melain kan tulisanku menantang dia.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” PAK…AKU TUNGGU SAMPAI DIMANA KAMU BERANI SAMA AKU….KALO MEMANG JANTAN BUKTIKAN”<br /><br />tulisku di kertas itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku menuju meja makan setelah memberikan note kecil pada pak warso, aku duduk di meja makan, yang arah nya membelakangi ruang tamu. Rumah ku selalu rame maklum keponakan dan orang tuaku juga tinggal denganku. Tiba tiba saja aku merasakan tangan kekar mencengkeram susuku, meremas nya dengan gemas nya, dan nafas memburu terdengar jelas di telingaku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” aaahhhh…kamu mau aku entot dimana…katakan…hhhhmmmmm….” katanya sambil terus melumat kupingku dan meremas remas payudaraku yang montok .</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” ssshhhh…..aaahhhh pak…terusin pak….nikmat sekali” jawabku sambil mulai meraih bibir nya, aku semakin bernafsu ketika tangan pak warso turun keselakanganku. aku semain gila menerima rangsangan itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“ooohhhh….hhhhmmmm….terusin pak….ayo pak terusin” ketika tiba tiba aku merasa remasan remasan dia mengendor bersamaan lenyap nya dia dari belakangku. Aku kecewa bukan kepalang, aku masuk kamar dan menutup pintu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Keesok hari nya aku sengaja nggak ngomong apa apa ke pak warso , aku masih marah akibat semalem. dalam perjalanan ke kantor ku aku hanya membisu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” maafin aku bu, habis situasi nya seperti itu” tiba tiba dia membuka pembicaraan.<br /><br />” sudah lah pak, kalo memang nggak bisa muasin orang nggak usah banyak bicara” jawabku ketus</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tapi tiba tiba laju mobil memutar ke arah menjauh dariarah ke kantorku, menuju pinggiran kota.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” mau kemana sih pak, aku bisa telat loh ” protesku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Mobil terus melaju cepat menuju arah utara mendekati area pantai. sepuluh menit kemudian pak warso membelok kan mobil menuju sebuah Hotel. dalam hati aku tersenyum sendiri. Setelah pesan kamar Pak warso membawa mobil masuk kedalam, dan parkir di depan salah satu kamar. Hotel ini memang bagus karena memiliki kamar sweet yang indah dengan harga yang tak seberapa mahal.<br /><br />Pak warso membuka pintu mobil, aku pura pura diam tak menghiraukan dia. Lalu pak warso menarik tanganku masuk ke kamar hotel. sesampai nya di kamar belum sempat aku berbicara, pak warso telah memelukku erat dan menciumiku dengan penuh nafsu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” aaahhh…pak….ooohhhh…” desah ku sambil membalas kecupan kecupan nya, lidah pakwarso bermain main di rongga mulutku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” sekarang kau boleh minta apapun yang kamu mau, aaaaahhh…aku sudah lama ingin mencumbu mu” kata pak warso di sela sela ciuman nya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tangan pak warso dengan kasar meremas kedua bukit kembarku, remasan yang kasar semakin membuat aku gila, tubuhku meliuk bagai kan penari yang gemulai.<br /><br />Tangan pak warso mulai turun menyusuri berut ku …meraba pantat ku yang padat berisi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” Bu….aaaahhh…aku sudah lama menanti saat saat seperti ini…ssshhh….aaahhhh….aku akan puas kan kamu ” ceracau pak warso sambil etrus menciumiku. ciuman itu turun ke bagian dadaku, sementara tangan kanan pak warso mulai menyelinap di balik rok spanku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Ooohhh….pak …ssshhhh…terus pak..puas kan aku hari ini” ceracauku<br /><br />” hari ini aku milik mu pak…aaahhh….terus pak…terus…” kata kata yang tak terkontrol keluar begitu saja.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pak warso membuka satu persatu kemeja kerja ku, dan melepas rokku dan melempar nya begitu saja. aku di dorong nya ke dinding.<br /><br />masih dengan beringas nya pak warso menciumi, menciumi payudaraku, yang masih terbungkus bra, aku mengeliat geliat tak karuan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” Bu…kamu begitu cantik, tubuh mu begitu indah…aku ingin menikmati tubuh indah mu ini” celoteh pakwarso, sambil tangan nya membuka pengait braku, seketika itu payudaraku yang montok menjadi sasaran lidah pak warso.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“terus pak…isep pak…isep terus…gigit…gigit puting nya pak” cercau ku<br /><br />” OOohhh…indah nya….aaahhh…nikmat nya susu kamu bu”<br /><br />” ayo pak …cepet pak nikmatin tubuhku ini…isep susuku yang montok ini”<br /><br />“aahhhkk….oooohhhh….” aku memekik ketika pak warso tiba tiba sajamenyentuh bagian yang paling sensitif itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tangan pak warso mengelus elus memekku yang sudah basah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” pak…terus ..aaahhh…masukin jari nya pak ..ayo pak..” aku memohon padanya</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pak warso jongko di depanku, menarik pahaku kananku dan menaruh nya di pundak nya, kemudian pak warso menjilati memekku dengan rakus nya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” ooohhh…pak…oh yah…ahhhh…terus pak…terus pak masukin lidah nya yang dalam pak”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” hhmmm….enak nya memek mu Bu…ahhh…ini itil nya ya bu…aku isepin ya sayang” kata pak warso.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” iya pak…isep pak..isep pak…terus pak ”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” ooohhhhhh……….aaaaaahhhhhhh….aaaaahhh….ahhhh…pak aku…aku…oohh…paaaak ..aku…” dengan menghentak hentak kan pinggulku tanganku menekan kua kuat kepala pak warso, tubuhku kejang kakiku gemetar, bagaikan mengeluarkan bongkahan batu yang teramat berat dri dalam rahimku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">aku mencapai orgasm yang pertama, kaki ku masih gemetar, pak warso tau aku tak bisa berdiri, dia membopongku keranjang. Kemudian dia menelpon room service memesan juice oranges kesukaanku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pak warso kembali menciumiku, melumat bibirku,kembali aku di permainkan nafsuku,kali ini aku lebih agresif, kubalas ciuman pak warso dan tanganku mengelus pundak pak warso.<br /><br />ciumanku merambat ketelinga pak warso, kusapu habis telinga pak warso dengan lidah ku, kemudian ciumanku turun ke leher pak warso. Pak warso mendesah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” aaahh…terusin sayang ciumi aku sampai kau puas” ceracau nya</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">tangan pak warso mempermainkan payudaraku, meremas dan memilin putingnya yang mulai mengeras.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tanganku mulai pindah ke ikat pinggang pak warso, segera saja aku buka ikan pinggang itu dan menurun kan celana panjang pak warso. terlihat jelas benjolan di balik celana dalam itu. Aku berjongkong di depan pak warso, perlahan ku turun kan celana dalam itu dan….wow besar nya, gumam ku.aku mengulum batang pak warso yang keras bak gada besi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” ooohhhh….terus isep sayang…yah …yah…ohhh…aaahhhh ” pak warso mengerang</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” aaaahhh…..terus sayang kulum habis kontol ku…aaahhhh ”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">aku mengulum terus memain kan lidah ku di ujung nya yang merah mengkilat, dan menusuk nusuk kan lidah ku ke lubang yang imut itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” eeemmmm….pak …aaahhh kontol bapak nyumi sekali” desahku, sambil terus mengocok batang pak warso dengan bibirku, ku isep dan ku mainkan buah pelir yang menggelantung itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” aaaahhhh…..aaahhhh….” pak warso mendesah desah ketika aku menghisap buah peler nya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pak warso menarik bahuku, dan mendorong tubuhku ke ranjang, aku telungkup di ranjang , dengan posisi setengah badan di ranjang dan kaki ku menjuntai ke lantai.<br /><br />Pak warso menarik ke duah kakiku agar melebar pak warso kemudian sedikit menurun kan badan nya, memukul mukul kan batang itu ke bongkohan pantat ku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” aaahhh…pak ….ayo pak …aku sudah tidak tahan jangan permain kan aku pak” kata ku menghiba.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">pak warso membalik kan badanku , kemudian pak warso mennusuk kan gada yang merah itu ke lubang vaginaku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” aaahhhkkkk….pak sakit pak…sakit…” teriak ku saat kontol bear tu mencoba menyeruak masuk, aku mendorong kaki pak warso dengan kaki ku agar menjauh.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">pak warso lalu jongkok di depan vaginaku, dan menyapu bibir vagina itu dengan lidah nya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” aaahhh…pak …oooohhhh….terus pak…terusin pak…”<br /><br />” aku masukin lagi ya sayang” kata pak warso<br /><br />aku tidak menjawab aku hanya menanti batang itu masuk ke memekku yang sudah lapar dan haus akan kenikmatan itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” aaaahhhhkkkk….pelan pelan pak…ouch…sakit pak…sakit…” rintihku</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">pakwarso dengan perlahan dan pasti menusukkan kontol besar itu ke memekku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” ooohhh sayang…sempit sekali…seperti punya perawan…aaahhh ”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kontol itu masuk keseluruhan pak warso diam sejenak , menunggu agar memek basahku bisa menerima kontol yang besar itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” yah pak…iyah…iyah…terus pak ..terus…masukin yang dalam pak terus…ooohhh”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” sayang memek kamu nikmat sekali….memek kamu sungguh nikmat…aku akan entot kamu sayang…aku akan memuaskan kamu” oceh pak warso</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” ooohhh pak terusin pak…kontol bapak besar dan nikmat….oh ya…yah..yah…” ceracauku diantara sodokan sodokan kontol pak warso.<br /><br />pak warso menarik kontol nya dan memintaku turun ke lantai yang beralaskan selimut, dia memintaku nungging. pak warso membungkukkan bandan nya dan menciumi pantat ku, kemudian dia melebarkan bongkohan pantatku. lidah pak warso menyapu anusku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” aahhkkk…pak…ooohhh….terus kan pak…iyah…jilati pak..ayo jilati terus anusku pak”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” eemmm…nikmat nya sayang…aku amat suka anus kamu yang indah ini” kata pak warso</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kemudian pak warso berdiri dan mulai menusuk nusuk kan kontol nya, kenikmatan tiada tara membawa aku meliuk dan bergoyang mengikuti sodokan demi sodokan dari kontol pak warso.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">‘ ayo pak…yang keras pak..yang keras…ooohhh …aaahhh”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” pak aku mau keluar pak…aaahhh…ayo pak cepetan pak…yang kenceng pak terus pak sodok memek aku pak…entot yang kuat pak …ayo pak.” ceracau ku</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” iya sayang aku juga mau keluar…aaahhh…”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” pak…oooohhhh….aaahhhh aku kelu…ak..aku…akukeluar paaak” dengan hentakan keras ke belakangdan pak warso dengan hentakan keras kedepan aku merasakan seakan akan kontol itu menembus anusku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” aaahhhhhh……..sayang….ooooohhhhh….oooohhhhhh” erang pak warso yang di iringi semburan hanggat di vaginaku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">kami berdua ambruk di lantai…menikmati sisa sisa kenikmatan sorga dunia itu.</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-78479073479118050422011-03-23T02:08:00.000-07:002011-03-23T17:01:33.801-07:00Gairah Tante Girang<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Gairah Tante Girang, Menikah Pada usia belia tak membuatku mendapat Kepuasan seks. Cerita Dewasa ini pun kemudian berawal dari pertemuanku dengan Ronald. Ceritanya begini : Aku menikah pada usia sangat belia, yakni 22 tahun. Aku tak sempat melanjutkan kuliah, karena aku pada usia tersebut sudah dinikahkan olah orang tua, karena ayah memiliki hutang judi yang banyak dengan seorang laki-laki playboy “kampungan”. Aku menikah dengan sang playboy, usianya sangat renta sekali, 65 tahun pada saat aku dinikahinya. Setahun aku hidup sekasur dengan dia, selama itu pula aku tidak pernah merasakan apa yang dinamakan nikmat seksual.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Padahal, kata teman-teman, malam pertama malam yang paling indah. Sedangkan untuk aku, malam pertama adalah malam neraka !!!. Ternyata, Burhan, suamiku itu mengidap penyakit diabetes (kadar gula darah yg tinggi), yang sangat parah, hingga mengganggu kejantanannya diatas ranjang. Selama lima tahun kami menikah, selama itu pula aku digaulinya hanya dengan mencumbu, mencium, dan meng-elus-elus saja, selebihnya hanya keluhan-keluhan kekecewaan saja. Burhan sering merangsang dirinya dengan memutar film-film porno yang kami saksikan berdua sebelum melakukan aktifitas seksual. Tapi apa yang terjadi ? Burhan tetap saja loyo, tak mampu merangsang penisnya agar bisa ereksi, tapi justru aku yang sangat amat terangsang, konyol sekali. Aku mendapat pelajaran seksual dari film-film yang diputar Burhan. Aku sering berkhayal, aku disetubuhi laki-laki jantan. Aku sering melakukan masturbasi ringan untuk melampiaskan hasrat seksualku, dengan berbagai cara yang kudapat dari khayalan-khayalanku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pada suatu hari, Burhan harus terbaring di rumah sakit yang disebabkan oleh penyakitnya itu. Selama hampir satu bulan dia dirawat di RS, aku semakin terasa kesepian selama itu pula. Pada suatu hari aku harus pergi menebus obat di sebuah apotek besar, dan harus antre lama. Selama antre aku jenuh sekali. Tiba-tiba aku ingin keluar dari apotek itu dan mencari suasana segar. Aku pergi ke sebuah Mall dan makan dan minum disebuah restauran. Disitu aku duduk sendiri disebuah pojok. Karena begitu ramainya restauran itu, sehingga aku mendapat tempat yang belakang dan pojok. Setelah beberapa saat aku makan, ada seorang anak muda ganteng minta ijin untuk bisa duduk dihadapan aku. </p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Karena mungkin hanya bangku itu yang satu-satunya masih tersisa. Dia ramah sekali dan sopan, penuh senyum. Singkat cerita, kami berkenalan, dan ngobrol ngalor-ngidul, hingga suatu waktu, dia membuka identitas dirinya. Dia masih bujang, orang tuanya tinggal di luar negeri. Di Jakarta dia tinggal bersama adik perempuannya yang masih di bangku SMU. Hampir satu jam kami ngobrol. Dalam saat obrolan itu, aku memberikan kartu namaku lengkap dengan nomor teleponnya. Cowok itu namanya Ronald, badannya tegap tinggi, kulitnya sawo matang, macho tampaknya. Sebelum kami berpisah, kami salaman dan janji akan saling menelpo kemudian. Sewaktu salaman, Ronald lama menggenggap jemariku seraya menatap dalam-dalam mataku diiringi dengan sebuah senyum manis penuh arti. Aku membalasnya, tak kalah manis senyumku. Kemudian kami berpisah untuk kembali kekesibukan masing-masing. Dalam perjalanan pulang, aku kesasar sudah tiga kali.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sewaktu aku nyetir mobil, pikiranku kok selalu ke anak muda itu ? kenapa hanya untuk jalan pulang ke kawasan perumahanku aku nyasar kok ke Ciputat, lalu balik kok ke blok M lagi, lantas terus jalan sambil mengkhayal, eh…..kok aku sudah dikawasan Thamrin. Sial banget !!! Tapi Ok lho ?! Sudah satu minggu usia perkenalanku dengan Ronald, setiap hari aku merasa rindu dengan dia. Suamiku Burhan masih terbaring di rumah sakit, tapi kewajibanku mengurusi Burhan tak pernah absen. Aku memberanikan diri menelpon Ronald ke HP nya. Ku katakan bahwa aku kanget banget dengan dia, demikian pula dia, sama kangen juga dengan aku. Kami janjian dan ketemu ditempat dulu kami bertemu. Ronald mengajak aku jalan-jalan, aku menolak, takut dilihat orang yang kenal dengan aku. Akhirnya kami sepakat untuk ngobrol di tempat yang aman dan sepi, yaitu; ” Hotel”. Ronald membawa aku ke sebuah hotel berbintang. Kami pergi dengan mobilnya dia. Sementara mobilku ku parkir di Mall itu, demi keamanan privacy. Di hotel itu kami mendapat kamat di lantai VII, sepi memang, tapi suasananya hening, syahdu, dan romantis sekali. ” Kamu sering kemari ?” tanyaku, dia menggeleng dan tersenyum. ” Baru kali ini Tante ” sambungnya. ” Jangan panggil aku tante terus dong ?! ” pintaku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Lagi-lagi dia tersenyum. ” Baik Yulia ” katanya. Kami saling memandang, kami masih berdiri berhadapan di depan jendela kamar hotel itu. Kami saling tatap, tak sepatahpun ada kata-kata yang keluar. Jantungku semakin berdebar keras, logikaku mati total, dan perasaanku semakin tak karuan, bercampur antara bahagia, haru, nikmat, romantis, takut, ah…..macam-macamlah!!!. Tiba-tiba saja, entah karena apa, kami secara berbarengan saling merangkul, memeluk erat-erat. Ku benamkan kepalaku di dada Ronald, semakin erat aku dipeluknya. Kedua lenganku melingkar dipinggangnya. Kami masih diam membisu. Tak lama kemudian aku menangis tanpa diketahui Ronald, air mataku hangat membasahi dadanya. ” Kamu menangis Yulia ? ” Tanyanya. Aku diam, isak tangisku semakin serius. ” kanapa ? ” tanyanya lagi. Ronals menghapus air mataku dengan lembutnya. ” Kamu menyesal kemari Yulia ?” tanya Ronald lagi. Lagi-lagi aku membisu. Akhirnya aku menggeleng. Dia menuntunku ketempat tidur. Aku berbarin di bagian pinggir ranjang itu. Ronald duduk disebelahku sambil membelai-belai rambutku. Wah….rasanya selangit banget !.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku menarik tangan Ronald untuk mendekapku, dia menurut saja. Aku memeluknya erat-erat, lalu dia mencium keningku. Tampaknya dia sayang padaku. Ku kecup pula pipinya. Gairah sex ku semakin membara, maklum sekian tahun aku hanya bisa menyaksikan dan menyaksikan saja apa yang dinamakan ” penis” semnatar belum pernah aku merasakan nikmatnya. Ronald membuka kancing bajunya satu persatu. Kutarik tangannya untuk memberi isyarat agat dia membuka kancing busananku satu persatu. Dia menurut. Semakin dia membuka kancing busanaku semakin terangsang aku. Dalam sekejap aku sudah bugil total ! Ronal memandangi tubuhku yang putih mulus, tak henti-hentinya dia memuji dan menggelengkan kepalanya tanda kekagumannya. Lantas diapun dalam sekejap sudah menjadi bugil. Aduh……jantan sekali dia. Penisnya besar dan ereksinya begitu keras tampaknya. Nafasku semakin tak beraturan lagi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ronald mengelus payudaraku, lalu……mengisapnya. Oh…..nikmat dan aku terangsang sekali. Dia menciumi bagian dadaku, leherku. Aku tak kalah kreatif, ku pegang dan ku elus-elus penisnya Ronald. Aku terbayang semua adegan yang pernah ku saksikan di film porno. Aku merunduk tanpa sadar, dan menghisap penisnya Ronald. Masih kaku memang gayaku, tapi lumayanlah buat pemula. Dia menggelaih setiap kujilati kepala penisnya. Jari jemari Ronald mengelus-elus kemaluanku, bulu memekku di elus-elus, sesekali manarik-nariknya. Semakin terangsang aku. Basah tak karuan sudah vaginaku, disebabkan oleh emosi sex yang meluap-luap.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku lupa segalanya. Akhirnya, kami sama-sama mengambil posisi ditengah-tengah ranjang. Aku berbarimng dan membuka selangkanganku, siap posisi, siap digempur. Ronald memasukkan penisnya kedalam vaginanku, oh….kok sakit, perih ?, aku diam saja, tapi makin lama makin nikmat. Dia terus menggoyang-goyang, aku sesekali meladeninya. Hingga….cret…cret…cret…air mani Ronald tumpah muncrat di dalam vaginaku. Sebenarnya aku sama seperti dia, kayaknya ada yang keluar dari vaginaku, tapi aku sudah duluan, bahkan sudah dua kali aku keluar. Astaga, setelah kami bangkit dari ranjang, kami lihat darah segar menodai seprei putih itu. Aku masih perawan !!! Ronald bingung, aku bingung. Akhirnya aku teringat, dan kujelaskan bahwa selama aku menikah, aku belum pernah disetubuhi suamiku, karena dia impoten yang disebabkan oleh sakit kencing manis. ” Jadi kamu masih perawan ?! ” Tanyanya heran. Aku menjelaskannya lagi, dan dia memeluk aku penuh rasa sayang dan kemesraan yang dalam sekali. Kami masih bugil, saling berangkulan, tubuh kami saling merapat. Aku mencium bibir nya, tanda sayangku pula. Seharusnya kegadisanku ini milik suamiku, kenapa harus Ronald yang mendapatkannya? Ah….bodo amat ! aku juga bingung ! Hampit satu hari kami di kamar hotel itu, sudah tiga kali aku melakukan hubungan sex dengan anak muda ini.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tidak semua gaya bisa ku praktekkan di kamar itu. Aku belum berpengalaman ! Tampaknya dia juga begitu, selalu tak tahan lama !! Tapi lumayan buat pemula . Setelah istirahat makan, kami tudur-tiduran sambil ngobrol, posisi masig dengan busana seadanya. Menjelang sore aku bergegas ke kamar mandi. membrsihkan tubuh. Ronald juga ikut mandi. Kami mandi bersama, trkadang saling memeluk, saling mencium, tertawa, bahkan sedikit bercanda dengan mengelus-elus penisnya. Dia tak kalah kreatif, dimainkannya puting payudaraku, aku terangsang……dan…….oh,….kami melakukannya lagi dengan posisi berdiri. Tubuh kami masih basah dan penuh dengan sabun mandi. Oh nikmatnya, aku melakukan persetubuhan dalam keadaan bugil basah di kamar mandi. Ronal agak lama melakukan senggama ini, maklum sudah berapa ronde dia malakukannya,. kini dia tampak tampak sedikit kerja keras. Dirangsangnya aku, diciuminya bagian luar vaginaku, dijilatinya tepinya, dalamnya, dan oh….aku menggeliat kenikmatan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Akupun tak mau kalah usaha, ku kocok-kocok penis Ronald yang sudah tegang membesar itu, ku tempelkan ditengah-tengah kedua payudaraku, kumainkan dengan kedua tetekku meniru adegan di blue film VCD. Tak kusangka, dengan adegan begitu, Ronald mampu memuncratkan air maninya, dan menyemprot ke arah wajahku. Aneh sekali, aku tak jijik, bahkan aku melulurkannya kebagian muka dan kurasakan nikmat yang dalam sekali. ” Kamu curang ! Belum apa-apa sudah keluar !” Seruku. ” Sorry, enggak tahan….” Jawabnya. Kutarik dia dan kutuntun ****** ronal masuk ke memekku, kudekap dia dalam-dalam, kuciumi bibirnya, dan kugoyang-goyang pinggulku sejadinya. Ronald diam saja, tampak dia agak ngilu, tapi tetap kugoyang, dan ah….aku yang puas kali ini, hingga tak sadar aku mmencubit perutnya keras-keras dan aku setengah berteriak kenikmatan, terasaada sesuatu yang keluar di vaginaku, aku sudah sampai klimaks yang paling nikmat.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah selesai mandi, berdandan, baru terasa alat vitalku perih. Mungkin karena aku terlalu bernafsu sekali. Setelah semuanya beres, sebelum kami meninggalkan kamar itu untuk pulang, kami sempat saling berpelukan di depan cermin. Tak banyak kata-kata yang kami bisa keluarkan. Kami membisu, saling memeluk. ” Aku sayang kamu Yulia ” Terdenga suara Ronald setengah berbisik, seraya dia menatap wajahku dalam-dalam. Aku masih bisu, entah kenapa bisa begitu. Diulanginya kata-kata itu hingga tiga kali. Aku masih diam. Tak kuduga sama sekali, aku meneteskan airmata, terharu sekali. ” Aku juga sayang kamu Ron ” Kataku lirih.” Sayang itu bisa abadi, tapi cinta sifatnya bisa sementara ” Sambungku lagi. Ronald menyeka air mataku dengan jemarinya. Aku tampak bodoh dan cengeng, kenapa aku bisa tunduk dan pasrah dengan anka muda ini ? Setelah puas dengan adegan perpisahan itu, lantas kami melangkah keluar kamar, setelah check out, kami menuju Blok M dan kami berpisah di pelataran parkir. Aku sempat mengecup pipinya, dia juga membalasnya dengan mencium tanganku. Ronald kembali kerumahnya, dan aku pulang dengan gejolak jiwa yang sangat amat berkecamuk tak karua.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Rasa sedih, bahagia, puas, cinta, sayang dan sebaginya dan sebagainya. Ketika memasuki halaman rumahku, aku terkejut sekali, banyak orang berkumpul disana. Astaga ada bendera kuning dipasang disana. Aku mulai gugup, ketika aku kemuar dari mobil, kudapati keluarga mas Burhan sudah berkumpul, ada yang menangis. Ya ampun, mas Burhan suamiku sudah dipanggil Yang Kuasa. Aku sempat dicerca pihak keluarganya, kata mereka aku sulit dihubungi. Karuan saja, HP ku dari sejak di Hotel kumatikan hingga aku dirumah belum kuhidupkan. Kulihat mas Burhan sudah terbujur kaku ditempat tidur. Dia pergi untuk selamanya, meninggalkan aku, meninggalkan seluruh kekayaannya yang melimpah ruah. Kini aku jadi janda kaya yang kesepian dalam arti yang sebenarnya. Tiga hari kemudian aku menghubungi Ronald via HP, yang menjawab seorang perempuan dengan suara lembut. Aku sempat panas, tapi aku berusaha tak cemburu. Aku mendapat penjelasan dari wanita itu, bahwa dia adik kandungnya Ronald. Dan dijelaskan pula bahwa Ronald sudah berangkat ke Amerika secara mendadak, karena dipanggil Papa Mamanya untuk urusan penting.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kini aku telah kehilangan kontak dengan Ronald, sekaligus akan kehilangan dia. Aku kehilangan dua orang laki-laki yang pernah mengisi hidupku. Sejak saat itu sampai kini, aku selalu merindukan laki-laki macho seperti Ronald. Sudah tiga tahun aku tak ada kontak lagi dengan Ronald, dan selama itu pula aku mengisi hidupku hanya untuk shopping, jalan-jalan, nonton, ah…macam-macamlah. Yang paling konyol, aku menjadi pemburu anak-anak muda ganteng. Banyak sudah yang kudapat, mulai dari Gigolo profesional hingga anak-anak sekolah amatiran. Tapi kesanku, Ronald tetap yang terbaik !!! Dalam kesendirianku ini . . . Segalanya bisa berubah .. . Kecuali, Cinta dan kasihku pada Ronad, Aku tetap menunggu, sekalipun kulitku sampai kendur, mataku lamur, usiaku uzur, ubanku bertabur, dan sampai masuk kubur, Oh….Ronald, kuharap engkau membaca kisah kita ini. Ketahuilah, bahwa aku kini menjadi maniak seks yang luar biasa, hanya engkau yang bisa memuaskan aku Ron ?</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-58376830468013124332011-03-23T02:06:00.000-07:002011-03-23T17:01:43.106-07:00Menikmati Wisata Seks<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Menikmati Wisata Seks, Perkenalkan dulu namaku Tony pegawai Bank swasta di kota Malang. aku mengikuti tour jasa wisata umum di kotaku untuk menuju ke pulau Bali. Bis direncanakan berangkat pukul 17.00 dari tempat jasa wisata tersebut. Peserta berkumpul dan mulai masuk bis yang disediakan dengan nomor kursi yang telah ditetapkan. Peserta kebanyakan kaum muda yang sedang lelah bekerja dan ingin santai menikmati suasana lain di luar kantor.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Permisi, di sini tempat duduk Nomor 6B?”, tanyaku pada seorang wanita yang duduk di sebelah jendela dengan kaca mata hitam yang tetap terpasang di matanya.<br /><br />“Oh iya benar, mari silakan”, jawabnya seraya melepas kacamata serta mengemasi barang-barangnya yang menempati tempat dudukku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku taksir, dia berusia sekitar 26 tahun dengan tinggi badan berkisar 165, cukup tinggi tentunya, rambut hitam pekat, kulit putih mulus serta memakai baju yang cukup ketat dengan kancing terbuka sebiji dan warna kontras dengan kulitnya yang putih, alis matanya cukup tebal dan.., ukuran dadanya kuperkirakan 34 dengan cup B seolah akan menyembul keluar, aku menarik nafas dalam-dalam. Aku duduk dengan sedikit basa-basi menanyakan sudah berapa kali dia mengikuti acara seperti ini, dia jawab sering tetapi melalui biro jasa ini masih sekali. </p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Bis berjalan perlahan meninggalkan kota Malang, kami masih asyik berbincang sambil sesekali aku melirik bagian dada yang cukup menantang tersebut, kubayangkan seandainya dada tersebut dapat kuraih, ahh.., Gaya bicaranya yang lugas dan tanpa ditutup-tutupi membuatku betah untuk terus bercakap mulai masalah ringan sampai masalah yang spesifik. Dia bernama Eni.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“En.., Sorry ya kamu udah married ya”, tanyaku seenaknya.<br /><br />“Lho kog nanyanya ke situ, emangnya kenapa sih Mas Ton”, rengeknya manja.<br /><br />“Terus kalo aku udah merried kenapa dan kalo belum kenapa kog serius banget sih”, sambungnya sambil tersenyum.<br /><br />“Eh nggak kog cuman nanya aja biar aku tahu siapa kamu, ntar kalo kita akrab aku takut ada yang marah”, jawabku pura-pura bingung.<br /><br />“Aku cerita ya, nanti ganti kamu ya”, aku cuma mengangguk mendengarkan.<br /><br />“Aku kawin muda 18 tahun karena kecelakaan Ton, dan setelah anakku lahir suamiku tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, akhirnya aku bercerai dan melanjutkan kuliah sampai selesai dan berusaha sendiri dengan modal yang diberikan orang tuaku, aku bergerak dibidang percetakan, anakku berusia 7 tahun tinggal bersama orang tuaku hanya sesekali saja aku menjenguknya jika rindu, ah.., udah ah jangan diterusin, aku ke sini ini bukan untuk bagi cerita lho, aku pengin santai abis kerja gitu aja.., nah akupun juga demikian nggak pengin tahu kamu lebih jauh yang pentingsaat ini kita satu bis bersama kan”, jawabnya lugas.<br /><br />“Iya deh sorry aku nggak nanya lagi”, sambil kutoleh wajahnya dan tak lupa kucuri pandang ke arah dada yang montok itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Malam semakin larut aku semakin akrab saja sama Eni, kusodorkan jaketku melihat dia merasa kedinginan karena AC di bis cukup kencang, sedangkan dia memakai pakaian yang cukup minim. Dia menerima dan menutupkan pada bagian depan dadanya. Eni kelihatan mulai mengantuk. Tanpa terasa Eni mulai terlelap dan bersandar di bahuku. Terasa hangat, dengan sedikit keberanian kujulurkan tanganku untuk memeluknya, aku beruntung karena dia tidak menghindariku bahkan semakin menempatkan diri dalam rengkuhanku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Bis sudah memasuki kota Situbondo dan Eni semakin terlelap dalam tidurnya. Sebagai lelaki normal melihat hal seperti ini timbul rasa isengku setelah menyadari bahwa benda lunak di dada Eni menempel pada kulitku, lunak dan lembut apalagi pada waktu bis melewati jalan berliku dan bergelombang gesekan dadanya semakin kuat terasa, aku mulai merasakan ada yang bergerak di dalam celanaku, semakin keras dan keras.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Lampu bis dipadamkan dan kulihat bangku disebelah kiriku sudah terlelap juga. Aku mulai mengadakan kegiatan gerilya, dengan perlahan namun pasti kujulurkan tangan kananku yang sedang memeluk ke arah bawah ketiaknya, kusentuh dengan lembut gumpalan daging yang sejak tadi kuincar. Ah.., kenyal dan lembut, Eni menggeliat namun tetap diam, aksiku makin berani melihat kondisi ini, kusingkap perlahan kaosnya dari bawah melalui pinggangnya yang ramping, dengan berani kuraih payudaranya sebelah kanan dengan menyingkap BH-nya, kurasakan ujung payudaranya mengeras, kuusap lembut dan semakin mengeras, dia menggeliat terbangun sedikit mengerang dan berbisik, “Mas.., kamu nakal.., Jangan ah”, pintanya tanpa berusaha melarang lebih lanjut. Kenakalanku semakin menjadi, kucium wajahnya sekilas dia malu dan merunduk, menempelkan wajahnya di dadaku dan merunduk, kulanjutkan usahaku mengusap terus payudaranya yang kenyal.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Batang kemaluanku semakin mengeras tampaknya dan dia mengetahui, perlahan dia sentuhkan tangannya ke kemaluanku dan dia menatapku. “Aku.., Aku..”, belum sempat dia bicara, kusorongkan bibirku dan disahutnya dengan mesra. Kulihat sekelilingku masih tetap terlelap dan aku terus meremas payudaranya sambil mempermainkan puting susunya yang semakin mengeras tersebut. Aku semakin menjadi dan merasa aman saja karena bagian dada Eni tertutup dengan jaket hangatku, dan tangan Eni juga tidak diam dengan cekatan dan terampil tanpa komando dielusnya penisku dari luar yang semakin mengeras itu dan aku semakin tak tahan karena geli.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Waktu menunjukkan pukul 04.00 sat bis memasuki hotel di Bali, sesuai dengan kamar yang dipersiapkan aku bersebehan dengan kamar Eni, kubantu dia menurunkan barang-barangnya untuk dimasukkan dalam kamarnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pada pengangkatan barang yang terakhir dipersilakannya aku duduk dulu, tapi aku sudah tidak sabar lagi, pintu kututup dan kuraih pinggang rampingnya, kusorongkan bibirku dan diraihnya dengan ganas. Aku dan dia saling melumat, tanganku mulai bergerak menangkap gumpalan di dadanya, sambil berjalan kududukkan dia di spring bed sambil kupeluk dan kuraba punggungnya, kini sampailah pada pengait BH, kutarik pengaitnya dan lepas, aku semakin bebas memegang buah dadanya dan dia menggeliat liar sambil mendesis, kancing T-shirt yang dikenakan kutarik sampai lepas dan dengan segera kulepas T-shirtnya. Aku terkagum, kulihat pemandangan yang sungguh menakjubkan gadis berbody bagus dengan dada terbuka tergolek indah, seperti gunung kecil yang mencuat dengan puncak coklat kemerahan manantang, kulit putih mulus dengan memakai celana panjang dia terpejam, mulutku mulai menyusuri wajah turun ke leher dan akhirnya menancap pada ujung payudaranya.., Kuhisap.., terus sambil tak henti-hentinya tanganku meraba pada bagian lain.<br /><br />“Oh.., Mas.., Maass”, erangnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tanganku mulai turun ke bawah, kubuka kancing celananya dan perlahan kumasukkan tanganku pada bagian lunak berbulu lebat dan mulai basah. Kuusap dengan lembut, dia tidak menolak bahkan memegang tanganku untuk lebih lama tinggal di tempat basah tersebut. Kumasukkan perlahan jari tanganku.., basah dan semakin basah, dia semakin liar bergerak dan kulihat wajahnya memerah. Tanganku berhenti pada benda kecil yang ada diantara bukit berbulu tersebut, dengan lincahnya kuputar-putar benda kecil yang bernama clitoris dan kudapatkan vaginanya semakin berair.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” Aku nggak tahan Mas.., ah.., aahh”, dipeluknya aku erat-erat dan mulutku masih tetap menghisap ujung buah dadanya. Dengan gerak gemulai dia menurunkan seluruh kain yang menempel di tubuhnya, kini semuanya nyata, gadis dengan kulit mulus tanpa cela tergolek mesra di ranjang. Dengan ada bagian hitam legam penuh bulu menarik sekali nampaknya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ditariknya dengan keras tanganku untuk menjauh dari kemaluannya, dan dengan tiba-tiba dia terbangun, didorongnya perlahan tubuhku sampai telentang dan dia mulai merabaku dengan ganas, ditariknya kancing bajuku, celanaku, semuanya terlepas tinggal celana dalamku saja, kami tersenyum dan dengan perlahan Eni mulai melakukan aksinya, dihisapnya dadaku dan dikecupnya perlahan, dia meraba celana dalamku dari luar pelan dan terasa nikmat, tangannya yang lentik mulai merambah ke dalam celana dalamku dan “Breet”, ditariknya keluar batang kemaluanku yang sudah tegak berdiri. “Woow”, serunya berdesah, “Belum pernah aku melihat benda yang seperti ini”.<br /><br />Kulirik kemaluaku dengan ujung yang membonggol memerah dan berdenyut keras.<br /><br />“Ini punya manusia apa kuda?”, tanyanya manja.<br /><br />“Punya manusia dengan ukuran kuda”, jawabku terpejam dan pada saat itu pula kulihat ujung kemaluanku sudah masuk dalam mulut Eni. Memang kabarnya sih (nggak GR lho, pada waktu luang aku mencoba mengukur kemaluanku ternyata memiliki panjang 17,5 cm dan lingkarnya cukup segenggaman tangan normal) disedotnya kemaluanku sampai pipinya kelihatan cekung. Mataku terpejam merasakan nikmatnya sedotan Eni. Tanganku meremas rambutnya sambil sesekali kutarik rambutnya. Tidak berhenti sampai di situ saja biji kemaluanku tidak luput dari keganasan mulut Eni, terasa bergerinjal dan licin.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku mengerang dan Eni semakin gila memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya yang mungil dengan cepat keluar masuk sampai terlihat otot kemaluanku semakin memerah dan tanganku juga tidak mau diam dengan meraih kemaluan Eni, kukucek dengan jemariku memelintir clitorisnya. Dia mulai memuncak, dipegangnya gagang kemaluanku dan ditutunnya ke dalam liang vaginanya, dia mendudukiku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">” Sekarang ya Maass aku nggak kuat.., hoo”, erangnya.<br /><br />Aku diam saja dan, “Brreess”, ditekannya kuat-kuat vaginanya menutupi kemaluanku. Aku geli bukan kepalang, tapi kulirik masih kepala kemaluanku saja yang tenggelam dalam vaginanya, digoyangnya lagi vaginanya perlahan, centi demi centi kemaluanku amblas dilahap vaginanya. Dia menjerit dan mengerang begitu merasakan vaginanya penuh dengan kemaluanku, sesak rasanya kemaluanku tidak dapat bergerak di dalam vaginanya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kami diam sejenak, aku rasakan kemaluanku seperti dipijat-pijat dan berdenyut, “aahh”, erangku. Eni mulai bergerak maju mundur dan naik turun. Semakin lama semakin cepat disertai erangan manja yang membuat aku semakin terangsang. Kupegang pinggangnya untuk membantu lancarnya gerak kemaluanku mengucek kemaluannya. Dan, “Ooohh.., dengan kuat sekali dia memelukku dengan kaku sambil berteriak histeris.<br /><br />“Ampuun aku nggak kuat mau keluar Ton”, erangnya. Kurasakan semakin licin kemaluanku mengocek kemaluannya. Dipeluknya aku erat-erat dan kurasakan adanya kuku yang menancap di punggungku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Jangan gerak dulu Ton aku nggaak kuat..”, pintanya.<br /><br />Kudiamkan kemaluanku tetap bersembunyi di vaginanya. Tidak lama kemudian dia lemas dan telentang, kulihat kemaluanku masih tegak berdiri dan siap menghunjam. Kuambil handuk dan kuusapkan pada vaginanya yang basah. Setelah kering kucoba memberikan rangsangan dengan membiarkan mulutku menjilatinya. Dan ajaib, Eni mulai terangsang lagi, Eni menggeliat begitu lidahku mempermainkan clitorisnya, kugigit kecil dan kudengarkan suara teriakannya semakin menjadi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Disorongkan pantatnya dan hidungku ambles ke lubangnya, tercium bau segar vaginanya dan batang kemlauanku semakin keras memerah. Aku berdiri dengan memegang batang kemaluanku, kusibak rambut di seputar kemaluan Eni dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku menyodok clitorisnya, dia semakin menggila. Kutuntun pelan-pelan dan tidak seperti pertama tadi, batang kemaluanku lebih mudah menerobos vagina Eni yang sudah mulai membanjir itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dengan lancar mulai kugerakkan keluar masuk ke vaginanya, Eni menggoyangkan pantatnya mengimbangi permainanku sembari tangannya menggapai punggungku dan sesekali desisan suaranya menambah rangsanganku.<br /><br />“Teruus.., Toon,.. aahh”.<br /><br />“Yaahh.<br /><br />“Ahh.<br /><br />Semakin lama semakin kurasakan mudah menggoyang kemaluanku dan terasa berkecipak suara beradunya vagina Eni dan kemaluanku. Kepalaku mulai hangat dan kemaluanku mulai meregang.<br /><br />“Enn.., aahh.<br /><br />“Apa Ton.<br /><br />“Aku nggak kuat En.., Mau keluar.<br /><br />“Aku sudah tiga kali Ton.., Tapi sebentar Ton.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tiba-tiba ditariknya batang kemaluanku dan dikocok sambil mulutnya menghisap ujung kemaluanku, dengan rakusnya ditarik dan dimasukkan secara cepat kemaluanku pada mulutnya yang mungil dan tak henti-hentinya dia berguman, aku semakin geli dan geli, “aahh”, sesaat kemudian, “Srreett”, kurasakan ada sesuatu zat yang keluar dari kemaluanku dan tidak disia-siakan oleh mulut Eni, dihisap dan hisap terus, tak terasa mulut Eni penuh dengan tumpahan air maniku bahkan ada beberapa yang sampai ke pipinya. Dia tersenyum, dibersihkannya kemaluanku dengan mulutnya sambil terus diciumi tanpa henti dan pecah rasanya kepalaku menahan geli yang tidak terkira.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku tergeletak tak berdaya dengan keringat mengucur dari setiap centi tubuhku. Dipeluk, dikecupnya tubuhku oleh Eni. Dipegangnya kemaluanku yang mulai mengecil dan diciumnya kembali.<br /><br />“Aahh.., sudah dulu ah.., aku masih payah”, pintaku manja.<br /><br />“Enggak kog aku cuma membersiin yang tadi saja, ini masih ada sisanya kog”, sambil terus melumat kemaluanku dan menghisapnya hingga bersih.<br /><br />“Terima kasih ya Ton.., kamu hebat”.<br /><br />Kuusap rambut dan tubuhnya yang polos, “Ah.., sama saja, aku belum pernah merasakan hal yang heboh seperti ini”.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Paginya rombongan melanjutkan perjalanan ke obyek wisata dan aku tidak lepas-lepas mengamit lengan Eni dan dia bergelayut dengan manja.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sepulang dari wisata Bali petualangan seks-ku dengan Eni terus berlanjut sampai Eni melangsungkan pernikahan. Sejak menikah kami tidak pernah lagi bertemu, karena Eni sekarang tidak lagi ada di kotaku.</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-88717182541266528722011-03-23T02:05:00.001-07:002011-03-23T17:01:52.553-07:00Memek Basah Tetanggaku<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Memek Basah Tetanggaku, Namaku Iful..umur 29 taon, tinggi 168 paras badanku tegap, rambutku lurus dan ukuran vitalku biasa saja normal org Indonesia lah…panjangnya kira2 16 cm dan diameternya aku ggak pernah ukur…</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku tinggal di rumah kost2 an istilahnya rumah berdempet2an neh…ada tetanggaku yg bernama Ibu Tiara, berjilbab umurnya sekitar 33 taon, anaknya dah 3 boo…yang paling besar masih sekolah kelas 5 SD otomatis yg palg kecil umur 1,8 bln, sedangkan suaminya kerjanya di kontraktor (perusahaan) sebagai karyawan saja.<br /><br />Setiap hari Ibu tiara ini wanita yang memakai jilbab panjang2 sampai ke lengan2nya boleh dikatakan aku melihatnya terlalu sempurna utk ukuran seorang wanita yag sdh berumah tangga dan tentunya aku sangatlah segan dan hormat padanya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Suatu ketika suaminya sdh pergi ke kantor utk kerja dan aku sendiri masih di rumah rencananya agak siangan baru aku ke kantor…<br /><br />“Iful…”ibu tiara memanggil dari sebelah…karena aku msh malas2 hari ini so aku tidur2an aja di t4 tidurku…”Iful…Iful….” Ibu minta tolong bisa..?? ujar Ibu Tiara dari luar..aku sbenarnya dah mendengar namun rasanya badanku lagi malas bangun …<br /><br />karena mungkin aku yang di panggil tdk segera keluar, maka ibu tiara dng hati2 membuka pintu rumahku dan masuk pelan2 mencari aku…seketika itu juga aku pura2 tutup mataku..dia mencari2 aku dan akhirnya dia melihat aku tidur di kamar…<br /><br />“ohh….” Ujarnya…spontan dia kaget…karena kebiasaan kalo aku tidur tidak pernah pake baju dan hny celana dalam saja…dan pagi itu kontolku sebnarnya lagi tegang…biasa penyakit di pagi hari…(heheheh)<br /><br />seketika itu dia langsung balik melangkah dan menjauh dari kmarku….aku coba mengintip dengan sbelah mataku…oo dia sudah tidak ada “ujarku dalm hati…tapi kira2 tak lama kemudian dia balik lagi dan mengendap2 mengintip kamarku…smbl tersenyum penuh arti…cukup lama dia perhatikan aku dan stlh itu ibu tiara lngsung balik ke rmhnya.<br /><br />Besok pagi stlah semuanya tlah tidak ada di rumhnya ibu tiara, tinggal anaknya yg plg kecil dah tidur aku …sayup2 aku dengar di smpg rmhku yg ada di belkang, spertinya ada yg mencuci pakaian…aku intip di blkang…Ohh ibu tiara sdng mencuci pakaian…namun dia hny memakai daster terusan panjang dan jilbab …krn dasternya yg panjang, maka dasternya basah sampai ke paha…saat aku sdg intip..ibu tiara lgsg berdiri dan mengangkat dasternya serta merta mencopot celana dalamnya dan langsung dicuci sekalian…otomatis…saat itu aku melihat ooooohhh….memeknya yg merah dan pahanya yg putih di tumbuhi bulu2 halus…aku langsung berputar otak2 ku ingin rasanya mencicipi memek yg indah dari ibu tiara yg berjilbab ini…<br /><br />“Maaf ibu tiara…kemarin ibu ada perlu saya “ tanyaku ..mengagetkan ibu tiara dan semerta2 dia lngsung merapikan dasternya tersingkap smpai ke paha…<br /><br />Iya nih mas Iful..Ibu kemarin mo minta tolong pasangin lampu di kmar mandi “katanya.<br /><br />Kalo gitu sekarang aja bu…soalnya sbentar lagi saya mo kerja “sambil mataku melihat dasternya…membayangkan apa yang didalamnya.<br /><br />Oh iya ..lewat sini saja…Ujarnya..karena memang tipe rmh kost yg aku tempati di belkangnya Cuma di palang kayu dan seng otomatis kegiatan tetangga2 kelihatan di belakang.<br /><br />Aku lngsung membuka kayu dan sengnya dan masuk ke dalam dan ibu tiara membawaku di depan…aku mengikuti di belakang…oohhh…seandainya aku bisa merasakan memek dan pantat ini sekarang” gumamku dlm hati.<br /><br />“ini lampunya dan kursinya…hati2 yah jng sampe ribut soalnya anaku lg tidur”kata Ibu Tiara..<br /><br />Aku lngsung memasang dan ibu tiara melanjutkan mencuci nya, setelah selesai aku lngsg blng “ibu sdh selesai “kataku… kemudian ibu tiara lngsung berdiri..tapi saat itu dia terpeleset ke arahku…seketika itu aku menangkapnya..ups…oh tanganku mengenai payudaranya yg montok dan tanganku satu lagi mengenai lngsung pantatnya yg tidak pake celana dalam dan hny ditutupi daster saja…”maaf Dik Iful…agak licin lantainya”ujarnya tersipu-sipu..Iful tunggu yah ibu bikinin Teh “ujarnya lagi…Dia ke dapur dan dari belakang aku mengikutinya scr pelan2..saat teh lagi di putar di dlm gelas..langsung aku memeluknya dr blkng…<br /><br />Iful…apaan2 neh…sentak Ibu Tiara…maaf bu…saya melihat ibu sangatlah cantik dan seksi..”ujarku…Jangan Iful…aku dah punya suami ..”tapi ttp ibu tiara tdk melepaskan pegangan tanganku yang mampir di pinggangnya dan dadanya…Iful…jangaann.. langsung aku menciumi dari belakang menyikapi jilbabnya…sluurrp…oh..betapa putihnya leher ibu tiara ‘ujarku dlm hati…okhh…iful…hmmm…ibu tiara menggeliat..langsung dia membalik badannya menghadapku..Iful…aku udah bers…saat dia mo ucapin sesuatu..langsung aku cium bibirnya…mmmprh…tak lama dia lngsung meresponku dan lngsung memeluk leherku .mmmmhprpp….bunyi mulutnya dan aku beradu…aku singkapi jilbabnya sedikit saja…sambil tanganku mencoba menggerayangi dadanya…aku melihat dasternya memakai kancing 2 saja diatas dadanya…aku membukanya..dan tersembullah buah dadanya yg putih mulusss…slurp…kujilat dan isap pentilnya….<br /><br />Iful….ooohhh….ufhhh….”lirihnya …slurrpp….slurp..saa t aku jilat…sepertinya msh ada sedikit air susunya…hmmmm…tambah nikmatnya..slurp..slurp…<br /><br />Sambil menjilat dan menyedot susunya..aku tetap tidak membuka jilbab maupun dasternya…tapi tanganku tetap menarik dasternya keatas…karena dari tadi dia tidk pake celana dalam…maka dengan gampang itilnya ku usap-usap dengan tanganku…Ohhh…oh…sssshhhh…guma m ibu tiara..kepalaku ku dekatkan ke memeknya dan kakinya kurenggangkan…sluruupp….pelan2 kujilati itil dan memeknya…oh iful…eennakkh…oghu…mmmpphhff…t eriaknya pelan…kulihat kepalanya telah goyang ke kanan dan kekiri…pelan2 sambil lidahku bermain di memeknya …kubuka celana pendekku dan terpampanglah kontolku yang telah tegang …namun ibu tiara masih tidak menyadari akan hal itu…pelan2 ku mengangkat dasternya…namun tidak sampai terbuka semuanya..hanya sampai di perutnya saja…dan mulutku mulai beradu dengan bibirnya yang ranum…mmmppghh…iful…aku…”ujar ibu tiara..kuhisap dalam-dalam lidahnya…slurp…caup…oh ibu sungguh indah bibirmu, memekmu dan semuanya…lirihku..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sambil menjilat seluruh rongga mulutnya …kubawa ia ke atas meja makannya dan kusandarkan ibu tiara di pinggiran meja…tanganku ku mainkan kembali ke itil dan sekitaran memeknya…ahhh…ufh…oh…Ifulll….i bu udah nggak kuaatttttt…lirih Ibu tiara.<br /><br />Pelan2 ku pegang kontolku…ku arahkan ke memeknya yang sudah basah dan licin….dan bleeesssssssssshh….ohhhhh…ufgh hh….Ifulll….Teriak Ibu tiara…sleepep…slepp…. Kontolku ku diamkan sebentar ….Ibu Tiara sepontan melihat ke wajahku..dan langsung ia menunduk lagi…kududukkan di atas meja makan dan kuangkat kakinya…mulailah aku memompanya..slep…slep..selp…be lssss….oh memeknya ibu sangat enak….Iful…kontolmu juga sangat besar….rupanya ibu tiara udah tidak memikirkan lagi norma2..yang ada hanya lah nafsu birahinya yang harus dituntaskan….berulang-ulang ku pompa memeknya dengan kontolku….oohh..akhh…Ifull….ku balikkan lagi badannya dan tangannya memegang pinggiran meja…ku tusuk memeknya dari belakang bleesssssssss… Ohhhhh….teriak Ibu Tiara…kuhujam sekeras-kerasnya kontolku…tanganku remas2 susunya ….aku liat dari belakang sangat bagus gaya ibu tiara nungging ini, tanpa melepas daster dan jilbabnya..kutusuk terus …sleeeepp….sleeps<br /><br />Hingga kurang lebih setengah jam ibu tiara bilang…Iful….ibu udah nggak tahan…..sabar bu bentar lagi saya juga……Ujarku…Oh…ohhhh…ufmpghhh …Iful…ibu mau keluarrrr…achhhh……semakin kencang dan terasa memeknya menjepit kontolku dan oohhhhh…ku rasakan ada semacam cairan panas yang menyirami kontolku di dalam memeknya….semakin kupercepat gerakan menusukku…slep….slurp…bleeppp… . oh Ibu aku juga dah mo sampai neh…..cepat Iful…ibu bantu….oho….uhhhhh….ibu tiara menggoyangnya lagi…dan akhirnya Ibu….aku mo keluararrrrr…..sama2 yang Iful….ibu juga mo keluar lagi…teriaknya…dan….Ohhh…ack…. .ahhhhh..aku dan ibu tiara sama –sama keluar…dan sejenak kulihat di memeknya terlihat becek dan banjir…</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah hening sejenak…ku cabut kontolku dan kupakai celana pendek setelah itu ibu tiara merapikan Daster dan jilbabnya…langsung aku minta maaf kepadanya…<br /><br />Bu..mohon maaf ..Iful khilaf.’kataku.<br /><br />Tidak apa2 kok iFul…ibu juga yang salah…yang menggoda Iful “ujarnya…<br /><br />Aku langsung pamitan kembali ke rumahku sebelah dan mandi siap2 kerja…setelah mandi kulihat ibu tiara sedang menjemur pakaian…tapi jelas didalam daster ibu tiara tidak memakai celana dalam karena terlihat tercetak lewat sinar matahari pagi yang meninggi mulai mendekati jam 10 pagi..<br /><br />Sebelum aku pergi ku sempatkan pamitan ke ibu tiara dan dia tersenyum …tidak tau apakah ada artinya atau tidak.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sejak kejadian itu, aku sering menyelinap masuk ke kamar Ibu Tiara untuk meminta jatah yang jelas tanpa sepengetahuan suaminya.</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-38503426229423825342011-03-23T02:05:00.000-07:002011-03-23T17:02:27.343-07:00Gairah Cinta Terlarang<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Gairah Cinta Terlarang, Nama saya Benard, usia saya kini 29 tahun. Istri saya (yang saya nikahi tiga tahun yang lalu) bernama Dina. Kami bertemu saat kuliah, dia lebih muda dua tahun dari saya. Manis menurut saya dengan tinggi 160 cm. Saya sangat mencintai istri saya karena sangat pengertian. Kami sudah mempunyai anak (laki-laki) berumur 1,5 tahun, lucunya anak saya ini, saya bisa tahan bermain dengannya sampai berjam-jam. Itulah sebabnya saya sering berkata kepada teman-teman saya bahwa kebahagiaan abadi adalah jika kamu pulang dari kantor kemudian bermain bersama anakmu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Namanya Jason, sengaja saya namakan demikian karena saya sangat suka dengan point guard Phoenix Sun yaitu Jason Kidd. Untungnya dia juga sudah mulai suka memantul-mantulkan bola ke tanah, sebuah dasar permainan basket.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Saya bekerja disebuah perusahaan multinasional yang bermarkas di Jerman. Penghasilan saya lumayan, lebih dari cukup malah, sehingga saya bisa tinggal di perumahan elite di pinggir kota Jakarta. Namun saya lebih suka hidup sederhana, mobilpun hanya punya satu. </p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Saya punya sobat kental yang bernama Irvan. Persahabatan saya dengan Irvan sudah terbina sejak kami masih sama-sama TK. Usianya sama dengan saya, kami hanya berbeda satu bulan (saya lebih tua). Perkenalan saya dengan Irvan terjadi karena kami saling berebut kue ulang tahun yang dibawa oleh teman kami. Saat itu, seperti layaknya anak kecil kami bertengkar yang kemudian berkembang menjadi perkelahian ala anak kecil. Irvan sempat terjengkang saat itu, demikian juga saya yang terjatuh karena kaki saya ditendangnya setelah ia terjatuh kena pukulan saya. Dilerai oleh guru, kamipun akhirnya berkenalan. Hukuman yang diberikan Ibu Yanti adalah selama satu bulan selama di sekolah, kami harus bersama terus. Ternyata hukuman seperti ini sangat efektif karena sejak saat itu pula kami selalu bersama. (Hukuman dari Ibu Yanti ini sepertinya bisa dicontoh oleh guru-guru lain…..).</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kebersamaan kami tidak hanya di TK. Ketika masuk SD, kami ingin sekali untuk tetap bersama. Kebetulan niat kami ini menjadi kenyataan. Kami masuk ke sebuah SD swasta yang terkenal amat disiplin. Seingat saya, kami hanya sekali terpisah selama SD, SMP dan SMA, yaitu kelas empat SD. Sisanya kami selalu sekelas. Hingga SMA kami selalu mempunyai prestasi di sekolah yang hampir sama. Jika Irvan dapat ranking tiga maka saya dipastikan akan berada di peringkat dua atau empat. Terhitung saya unggul lima kali dan Irvan tujuh kali.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kedekatan saya dengan Irvan juga mengimbas ke kedua orangtua kami. Saya sudah seperti anak sendiri di depan orangtuanya demikian pula sebaliknya. Ketika kecil, kami sering bergantian menginap. Ini memang memudahkan kedua orangtua kami untuk mengontrol kami. Kalau saya menginap di rumah Irvan, maka ibunya segera menelepon ibu saya dan mengatakan bahwa saya menginap dirumahnya. Hal serupa juga terjadi pada Irvan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Satu-satunya yang berbeda pada kami hanya sifat. Saya orang yang mudah sekali bergaul. Setiap ada pertemuan, hampir dapat dipastikan saya menjadi centre of attention karena kemampuan saya untuk berbicara. Irvan sebetulnya bukannya tidak baik berkomunikasi, ia hanya lebih pendiam, itu pula yang membuatnya tampak lebih berwibawa dibanding saya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Hobi kamipun sama yaitu main sepakbola dan basket. Jika main sepakbola, Irvan biasa menempati posisi wingback kanan, sedang saya gelandang bertahan. Karena wibawanyalah, Irvan selalu menjadi kapten saat bermain sepakbola. Di basket, posisi yang sering di tempatinya adalah posisi small forward. Saya sendiri biasa diposisi shooting guard.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kami memang ditakdirkan untuk bersahabat. Selain hobi dan tetek bengek lain yang sama, kami sama-sama bungsu dari empat bersaudara. Jumlah kakak perempuan dan laki-laki pun sama, hanya berbeda urutan. Keluarga Irvan, laki-laki-perempuan -perempuan- laki-laki sedang saya, perempuan-laki- laki-perempuan- laki-laki.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tinggi kami berdua tidak berbeda jauh yaitu sekitar 180 cm, hanya saja Irvan lebih tinggi dari saya sekitar satu cm. Penampilan fisik kami, kalau boleh saya sedikit sombong, sangat OK. Banyak teman-teman wanita kami yang tertarik kepada kami.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ketika kuliah (tempatnya juga sama di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung, jurusan manajemen), kami tetap satu kost. Tapi karena namanya juga kost-kostan, kami tidak bisa memilih untuk bersebelahan kamar. Irvan mendapat kamar di lantai dua sedang saya dilantai satu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Prestasi kami saat kuliah juga hampir mirip dengan prestasi kami di TK-SD-SMP-SMA, hanya saja kali ini karena kuliah kami tidak mungkin sekelas terus. IP kami yang selalu mirip, kisarannya sekitar 2,7-2,8. Yang ajaib, saat sebelum sidang sarjana, IPK kami sama persis yaitu 2,76. Karena malam sebelum sidang (kami sidang berbarengan) saya sibuk menjadi mentor bagi Irvan, akhirnya saat sidang sesungguhnya saya hanya mendapat nilai B dan Irvan justru A. Akan tetapi, hal ini bukanlah masalah bagi saya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dua tahun terakhir sebelum lulus, Irvan tertarik dengan gadis sekampus kami yang berada di angkatan dua tahun lebih muda. Nama gadis tersebut Sheila. Rupanya sangat cantik, berhidung mancung, berkulit putih mulus, berdarah bule sedikit (ayahnya indo-belanda) . Tingginya sekitar 175 cm dengan berat badan yang sangat proporsional. Yang kurang proporsional menurut saya hanyalah dadanya yang sedikit kebesaran. Singkat kata Sheila sangat seksi. Jujur saja, saya sempat suka dengannya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Awal-awal pendekatan, Irvan selalu mengajak saya bila apel ke rumah Sheila. Alasannya singkat saja “Loe khan pinter ngomong…”. Karena saat itu saya juga belum punya pacar, kami sering sekali jalan bertiga. Tak heran jika Sheila kemudian dekat juga dengan saya. Kedekatan saya dengan Sheila bahkan sudah melebihi kedekatannya dengan Irvan. Ini saya anggap sudah sangat berbahaya, jadi akhirnya saya memutuskan untuk tidak lagi menemani Irvan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pendekatan Irvan untuk mencairkan hati Sheila berlangsung cukup lama, kurang lebih 1,5 tahun. Malah akhirnya saya yang lebih dahulu mendapat pacar, yaitu Dina yang saya dekati selama kurang lebih enam bulan. Dan tak lama (kurang lebih satu bulan) setelah saya dan Dina resmi pacaran, merekapun menyusul resmi berpacaran. Bahagianya hati kami saat itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sheila juga yang mempunyai usul agar kami mengontrak rumah bersama (maksudnya saya dan Irvan). Dan usulan ini kami anggap sangat bagus dan enam bulan sebelum lulus, kami pindah kerumah kontrakan kecil berkamar dua. Sheila dan Dina sering datang dan mengurusi segala kebutuhan kami, dari mulai makan hingga keperluan kami sehari-hari. Saat itu kami merasa sebagai dua cowoq paling beruntung di dunia.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kebiasaan kami untuk menjaga keamanan adalah sistem bawa kunci sendiri-sendiri. Setiap saat pagar rumah di gembok dan pintu rumah dikunci, ada atau tidak ada orang. Kebiasaan Irvan jika pulang kerumah adalah teriakannya yang khas “Permisi…! “, saya tidak mempunyai kebiasaan itu. Ini pula akhirnya yang menjadi tanda siapa yang pulang.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">—–</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah lulus, kami sibuk mencari kerja kesana kemari. Irvan lah yang paling beruntung diantara kami. Baru sebulan lulus, dia sudah menerima panggilan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, sedang saya juga sudah sering terima surat balasan, tapi isinya kerap berisi penolakan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sebulan setelah dipanggil, Irvan dinyatakan diterima di perusahaan tersebut. Inilah yang membuatnya menjadi sering bolak balik Jakarta-Bandung. Saya menjadi sering sendirian di rumah, walaupun Dina masih sering datang dan menemani saya. Saya dan Irvan walaupun mempunyai pacar yang sering berkunjung ke rumah, sangat menjaga pergaulan. Saya dan Dina kerap hanya berciuman dan berpelukan jika dirumah, demikian pula dengan Irvan dan Sheila. Kami juga menjunjung sopan santun yang menjadi dasar budaya suku kami.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Suatu hari, saat saya sedang sendirian dirumah, Sheila menelepon. Saya katakan bahwa Irvan belum pulang dari Jakarta. Namun, rupanya Sheila justru ingin berbicara dengan saya. Mulanya saya pikir hanya akan berbicara di telepon, paling nanya soal Irvan, pikir saya. Rupanya Sheila ingin berbicara langsung dengan saya dan meminta ijin untuk datang. Saya ijinkan, kebetulan Dina kuliah sampai malam dan baru besok datang ke rumah kontrakan ini.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kira-kira pukul satu, dengan mukanya yang ceria Sheila datang. Setelah mengunci pagar dan pintu kami duduk di ruang tamu (kebetulan, ruangan dirumah ini selain dua kamar tidur, hanya ruang tamu ini). Sheila saat itu mengenakan pakaian yang sudah menjadi ciri khasnya, jeans ketat, kaus juga ketat dengan rompi diluarnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kami berbincang-bincang dan bercanda cukup lama. Kami memang sangat nyambung jika ngobrol, jadi obrolan seakan mengalir tanpa diatur. Sampai tiba-tiba Sheila menundukan kepalanya dan ketika kepalanya terangkat lagi, saya llihat butiran airmata mengambang disudut matanya. “Sel, kenapa…?” aku segera bertanya sambil berjalan mendekatinya. Dengan mata merah dan airmata yang siap meleleh, Sheila berkata bahwa suasana seperti ini sudah lama ia harapkan. Saya jadi bingung akan maksudnya berkata seperti itu. “Gue sangat mengharapkan bisa ngobrol berdua sama loe sudah sejak lama Nard,” ucap Sheila sambil menyeka airmatanya. Saya berlutut didepannya sambil bertanya lagi maksudnya apa. Ia mengulangi perkataannya dan menambahkan bahwa maksudnya adalah ngobrol berdua dengan saya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Saya masih kebingungan dan tak bisa berbicara ketika dari mulut Sheila keluar pernyataan yang mengagetkan, “Gue sebetulnya suka sama loe, Nard”. Hah? Saya terlonjak kaget dan tetap tak mampu berkata-kata. Kemudian Sheila menambahkan bahwa dirinya sangat terpukul ketika tahu bahwa saya dan Dina resmi pacaran. Harapannya musnah, impiannya melayang, angannya terbang yang berakibat ia akhir luluh didepan Irvan. Bersedianya ia menjadi pacar Irvan rupanya terdorong rasa kecewanya gagal mendapatkan saya. Atas dasar itu juga Sheila memberikan usul agar saya dan Irvan tinggal dirumah kontrakan ini, maksudnya agar ia bisa setiap hari melihat saya, sekedar melihat saya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Semakin lama berpacaran dengan Irvan, hatinya justru semakin kuat melekat pada diri saya. Ia tahan berada di rumah ini hanya untuk melihat segala aktivitas saya seharian, walaupun itu dilakukannya dalam pelukan dan belaian Irvan. Tak dipungkirinya, Irvan sangat ia sayangi, tapi cintanya tetaplah pada saya. Ia membutuhkan orang yang mampu menjadi tempat bertanya, Irvan tidak memiliki itu. Sifat dasar kamilah yang akhirnya menjadi penentu bagi Sheila.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Nard, maukah kamu peluk Sheila?” Saya terdiam sejenak, sungguh tak mampu berkata-kata. Memeluk Sheila? Bagi laki-laki lain kesempatan ini tidak akan dibiarkan hilang, tapi bagi saya, memeluk Sheila dengan kehangatan cinta adalah pengkhianatan terhadap Dina dan Irvan. Akhirnya segala perdebatan di kepala saya perlahan-perlahan saya singkirkan. Pelan-pelan tangan saya mencari pinggang Sheila dan mendekatkan tubuh saya kepadanya. Sejenak saya merasakan dada saya menabrak segumpal benda kenyal di dada Sheila. Tangan Sheila kemudian melingkar dipundak saya dan segera menarik saya agar lebih menempel pada tubuhnya. Seketika saya merasakan himpitan kekenyalan dadanya di dada saya. Sheila memeluk saya dengan kuat dan mulai mencium leher saya sambil berkata pelan dikuping saya,”Thanks Nard, I love you,”.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Saya hanya tercenung mendengar ucapannya. Kemudian sambil tetap berpelukan ia mengatakan bahwa jika ia menjadi istri Irvan, mungkin ia tidak akan pernah merasakan keindahan seperti ini. Seumur hidup ia mencari cowoq ideal buatnya dan baru kali ini menemukannya dalam diri saya. Sheila memang baru sekali pacaran yaitu dengan Irvan. Sangatlah menyesal jika apa yang menjadi impiannya harus lepas walaupun sudah berada di depan mata. Mendengar penuturannya, saya hanya berkata bahwa saya juga amat sayang dengannya, tapi kata-kata saya terhenti oleh sebab yang hingga saat ini saya tidak tahu apa, dan dengan lembut saya mencium pipinya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sheila tertunduk dipundakku sambil tersenyum dan membalas ciuman itu pada pipi kiriku. Mungkin karena terbawa suasana, Sheila dengan gerak refleksnya langsung mencium bibir saya dan menahannya lama. Ketika dilepaskannya ciuman itu, ia tertunduk malu atas kelakuannya, tapi wajahnya terlihat tersenyum. “Maaf Nard, mudah-mudahan kamu ngga marah,” ujarnya singkat. Saya hanya diam dan baru sadar ketika Sheila menarik tubuh saya dan tubuhnya direbahkan di karpet. Saya merasakan desiran hangat di sekitar kemaluan saya dan menyadari bahwa milik saya itu sudah menegang menekan perut bagian bawah Sheila.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tanpa pikir panjang, saya mencium bibir Sheila dan dibalas dengan sangat panas olehnya. Sambil terus berciuman, saya melepaskan pelukan dan mulai meraba tubuh Sheila yang putih mulus itu. Tidak ada dalam pikiran saya untuk berbuat lebih. Jemarinya juga tidak tinggal diam mulai menjelajahi dan mengusap-usap punggung saya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Lama kami bergumul dikarpet ruang tamu itu, berciuman, menciumi leher masing-masing dan menjilatinya. Kurang lebih sekitar 45 menit kami bercumbu sampai akhirnya saya berinisiatif menghentikannya. Dengan nafas tersengal-sengal, Sheila memandangi saya dengan wajah sedikit kesal. “Kenapa Nard?” tanya Sheila. “Jangan Sel, nanti keterusan,” jawab saya. Saya duduk di sofa dan sesaat kemudian Sheila duduk disebelah saya dengan merapatkan tubuh dan menggelendot manja. Kata-kata terimakasih mengalir dari bibir ranum yang baru saja saya kulum itu. Ia merebahkan kepalanya di dada saya dan memeluk saya erat.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">—–</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sejak itu, selama sebulan, kami mengulangi perbuatan yang sama setiap Irvan harus ke Jakarta. Jadwal kuliah Dina bisa dengan mudah diketahui Sheila karena mereka sekampus dan setiap hari Sheila dan Dina kebagian jadwal yang berbeda.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sikap kami didepan Irvan juga tidak berubah. Sehari-hari kami berusaha menjaga kewajaran. Semua ini dengan tujuan agar tidak diketahui oleh masing-masing pasangan kami. Didepan saya, Sheila tetap manja dengan Irvan dan saya tetap mesra didepan Dina.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dan kami mengulang lagi apa yang sudah sering kami lakukan saat Irvan ke Jakarta. Dina sudah pulang saat Sheila datang. Karena saya ingin mandi dahulu, tidak saya ketahui ketika Sheila sudah bertukar pakaian. Yang saya ketahui, ia sudah mengenakan bicycle pant pendek dan kaus oblong putih saat saya selesai mandi. Darah saya mendesir ketika Sheila menghampiri saya. Ia tampak sangat seksi dengan lekuk tubuh yang terbayang di kausnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Langsung ia memeluk saya dan kami mulai lagi bercumbu. Saat itu saya juga hanya bercelana pendek. Desiran hangat mengalir deras di sekitar kemaluan saya ketika saya menindih Sheila. Tangan saya mengusap-usap punggungnya juga tangannya melakukan hal yang sama. lehernya habis saya ciumi dan saya jilati. Desahnya semakin menderu. Entah setan apa yang lewat, saya kali memberanikan diri memasukan tangan saya ke dalam kausnya. Saya raba perutnya yang indah dan perlahan-lahan mulai naik ke arah dada. Tak saya kira sebelumnya, Sheila bukannya melarang malah membimbing tangan saya menuju dadanya. Seumur hidup, baru sekali ini saya merasakan gumpalan kenyal didada ceweq, bahkan milik Dina pun saya tak berani.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tangan saya terdiam diatas dadanya dan kemudian tangannya diletakan diatas tangan saya dan mulai meremas. Tangan saya jadi ikut meremas dadanya. Wow, saya sungguh baru sekali ini merasakan lembutnya gumpalan kenyal milik ceweq. Semakin keras saya remas, Sheila semakin keras mendesah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tiba-tiba saya merasakan ada yang meraba kemaluan saya. Saya lihat, jemari Sheila mulai meraba dan juga meremas-remas milik saya yang sudah mengeras itu. Tangannya kemudian mulai menyelusup ke dalam celana saya dan juga menyelusup kedalam celana dalam yang saya pakai. Seketika aliran darah disekitar kemaluan saya bertambah deras. Tak mau kalah, saya langsung membuka kaitan bra yang dipakai Sheila dan segera kembali meremas buah dadanya (Saya gambarkan sedikit, buah dada Sheila mempunyai ukuran yang besar bagi ukuran ceweq indonesia. Mungkin karena perawatan yang baik, buah dadanya masih kencang).</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Semakin panas permainan kami ini sampai akhirnya kami membuka seluruh pakaian kami dan saling memberikan senyuman. Tak habis-habisnya saya memandangi tubuh telanjang Sheila dengan sebentuk tubuh yang seksi dan indah. Tidak mungkin cowoq tidak terangsang jika melihat tubuh indah seperti yang dimiliki Sheila.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kali ini giliran Sheila yang menciumi dan menjilati seluruh tubuh saya. Milik saya sudah mengacung tegang dan jilatan berikut ciuman Sheila makin turun kebawah. Saya rasa saya sudah tidak tahan lagi. Saya langsung bangun dan merebahkan Sheila diranjang. Sheila malah mendekap saya ketika saya bergerak akan menindihnya. Milik saya yang sudah menegang itu menempel keras di kemaluannya yang berbulu lembut disekitarnya. Desahnya makin terdengar ketika gesekan terjadi. Nafsu sudah menguasai kita berdua dan semakin mengkungkung kami saat ujung kemaluan saya menyentuh mulut kemaluannya. Kakinya berusaha menahan badan saya agar tidak mendorong tubuhnya lebih dalam. Rintihan kesakitan terdengar saat saya mulai kembali menekan tubuhnya. Saya sama sekali tidak ingin memasukan milik saya kedalam kemaluannya, bagaimanapun itu adalah hak suaminya kelak.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tiba-tiba tangannya meraih milik saya dan menggesek-gesekan ujung milik saya itu dimulut kemaluannya. Badan terlonjak-lonjak, sayapun merasakan sensasi yang luar biasa. Kenikmatan yang tidak ada bandingannya. Tubuh saya bergetar menahan nafsu yang semakin memuncak. Tiba-tiba tubuh Sheila menegang dan terlonjak amat keras ke kasur. Saya dengar desahnya sempat sangat keras dan perlahan mereda. “Sayangku, aku udah ngga tahan lagi,” ujarnya setengah membisikiku. Kebimbangan segera hinggap dikepalaku. Wajahnya memancarkan kehangatan yang berbeda dan saya menjadi tidak berakal. Pelan-pelan saya dorong tubuh saya dan milik saya perlahan-lahan masuk ke mulut kemaluannya. Wajahnya meringis menahan sakit sambil terus mendorong tubuh bagian bawah saya agar perlahan terus masuk.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Mulut kemaluannya terasa sangat sempit. Saya lepas kembali dan perlahan-lahan saya masukan lagi. Begitu berulang-ulang sampai akhirnya saya sudah tidak tahan lagi dan seketika menerobos mulut kemaluannya dengan ganas. Ia terlonjak kaget dan saya lihat airmatanya meleleh tapi wajahnya tersenyum, “Ohh…sayangku. ..,” desahnya sambil memelukku erat. Tubuh saya mulai bergerak naik turun dan saya merasakan desiran hangat di seluruh kemaluan saya. Terasa ada yang memijit-mijit seluruh permukaan milik saya itu. Walaupun sambil menahan sakit, Sheila terlihat sangat menikmati permainan kami tersebut. Permainan yang sama-sama baru kita rasakan sekarang.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tak sampai sepuluh menit, mungkin karena masih sama-sama baru, saya merasakan nikmatnya muncratan cairan hangat dari kemaluan saya didalam rongga kemaluan Sheila. Kemaluannya seketika menjadi hangat dan dipenuhi oleh cairan kental dari kemaluan saya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sheila memeluk saya dengan sangat erat, ia sesegukan menahan tangisnya, bibirnya bergumam menyebutkan bahwa ini adalah yang pertama baginya. Kami berpandang-pandanga n dan saya kemudian bertanya apakah ia menyesal?</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kaget saya dibuatnya ketika dengan cepat ia menggeleng dan berkata,”Sheila melakukannya dengan orang yang memang menjadi idaman Sheila dari dulu, Sheila tidak menyesal…, ” tuturnya diiringi senyuman di bibirnya. Mungkin karena gemas, ia mencium bibir saya lagi dan memainkan lidahnya didalam mulut saya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">—–</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sejak peristiwa “the first time” yang kami alami itu, kami menjadi semakin terobsesi untuk mengulang kejadian itu dan mereguk kenikmatan yang tidak pernah kami rasakan sebelumnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Semua tingka laku kami memang tetap biasa, tidak ada yang berubah. Saya tidak ingin hubungan saya dengan Dina berantakan karena kegiatan Sheila dan saya tercium, terlebih lagi terhadap Irvan, sobat kental saya yang sudah saya anggap sebagai saudara kembar itu. Tetapi semua itu akan segera berubah menjadi nafsu terpendam ketika Irvan dan Dina tidak ada. Kami melakukan lagi dan lagi dan lagi…..seperti tidak ada lagi hari esok dengan makin panas dan bernafsu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Saya dan Sheila tetap melakukan persetubuhan kami ini sampai saat menjelang mereka menikah. Bisakah anda bayangkan? Tiga hari sebelum menikah, kami masih sempat melakukan persetubuhan itu. Ditengah waktu yang sempit kami melakukannya di dalam kamar kakak Sheila yang memang kosong. Letak kamar tersebut di paviliun rumah Sheila. Itu kami lakukan ditengah-tengah kesibukan orang-orang mempersiapkan rumah untuk upacara perkawinan Irvan dan Sheila.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Selama sebulan setelah pernikahan mereka (Saya dan Dina menikah sebulan lebih dulu dari mereka), saya dan Sheila menghentikan perbuatan biadab tersebut. Sampai suatu hari Irvan menelepon saya dan memberitahu bahwa ia akan tugas ke Eropa selama seminggu sambil menanyakan titipan apa yang saya mau. Saya menjawab sekenanya karena bayangan saya segera lari ke tubuh indah Sheila yang sudah sering saya reguk tersebut. Dan benar saja, sepuluh menit setelah itu, Sheila gantian menelepon saya dan mengajak saya bertemu di sebuah hotel di daerah Jakarta Selatan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kami akhirnya melakukan perbuatan laknat itu lagi dari siang hingga sore hari seakan kerinduan selama sebulan terobati dengan tiga kali hubungan badan yang kami lakukan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Itulah perbuatan kami yang pertama setelah Sheila dan Irvan menikah. Sebulan kemudian, saya mendengar dua kabar baik bahwa Dina dan Sheila tengah hamil. Saya dan Irvan terlonjak kegirangan karena Dina dan Sheila sama-sama hamil satu bulan.<br /><br />—–</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kini, Jason dan Grant (anak Irvan dan Sheila, diberi nama itu karena Irvan sangat mengidolakan Grant Hill, power forward Detroit Piston) sudah berumur 1,5 tahun. Keduanya lincah dan cerdas. Hobi mereka sama. Karena saya dan Irvan memang membeli rumah yang bersebelahan, otomatis Jason dan Grant menjadi dua sahabat kecil selalu rukun.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Grant dan Jason terlihat persis seperti saya dan Irvan. Saya sering mendengar Irvan memuji Grant dengan bangga sampai saya sempat kaget ketika sambil dengan muka ceria Irvan berkata, “Mukanya mirip banget sama elo Nard, liat aja tuh, ngga salah gue punya sobat kayak elo,” seketika saya melihat Grant dan memang benar, ciri-ciri fisiknya sama dengan saya sehingga Grant dan Jason selintas seperti adik kakak. Kemudian dengan cepat pula mata saya memandang Sheila yang tersenyum dan begitu bertemu muka dengan saya, ia mengangguk pelan sambil tersenyum ke arah saya…..</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">—–</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Itulah kisah saya yang panjang dan njelimet, mudah-mudahan tidak bosan. Saya hanya ingin cerita ini dibaca lengkap agar pembaca bisa memahami posisi saya dengan baik. Melalui forum ini pula saya ingin meminta maaf kepada sahabat saya, Irvan atas perbuatan kami. MAAFKAN AKU, SOBAT.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Hubungan intim saya dengan Sheila memang tidak sesering dulu lagi, tapi bagaimanapun saya adalah yang pertama untuknya dan ia adalah yang pertama bagi saya. Sulit untuk melupakan yang pertama, sebisa mungkin kami mencoba untuk mengulanginya dan merasakan keindahannya lagi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sebetulnya saya masih punya banyak cerita tentang hubungan saya dengan Sheila, suatu saat nanti saya akan sambung cerita ini.</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-7004554934364715342011-03-23T02:04:00.000-07:002011-03-23T17:02:38.733-07:00Nafsu Birahi Abg<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Nafsu Birahi Abg , Namaku Andi, ketika aku SMP, aku tinggal dengan saudaraku di Jakarta, di rumah itu aku bersama tiga orang anak dari saudaraku itu yang usianya sebayaku kecuali Marlena si bungsu, gadis kecil yang masih kelas enam SD.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di usia puber sepertiku, semakin hari tubuh Marlena yang biasa kupanggil Lena, terlihat semakin bongsor saja, dengan kulitnya yang putih bersih semakin terlihat menggairahkan nafsuku. Maklumlah turunan dari ibunya yang bertubuh bongsor dan montok.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan Lena, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya mulai terlihat bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan mendekatinya, pikirku. </p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dihari berikutnya saat Marlena pulang dari sekolah langsung menuju ke kamar tempat cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak ada orang, akupun mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak mengagetkannya.<br /><br />“Len…udah pulang..?” iya kak, sambil melepas sepatunya.<br /><br />“Awas dong…mau ganti baju nih…!” katanya memohon.<br /><br />“Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya…!” pintaku padanya.<br /><br />“Iya…..boleh…” ungkapnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Aku masuk ya…!” pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti bidadari Marlena memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang seakan tidak percaya akan pemandangan itu.<br /><br />“Len…kamu cantik sekali pakai baju itu..!” ungkapku jujur padanya.<br /><br />“Masa sih..!” kata Marlena sambil berputar bergaya seperti peragawati.<br /><br />“Aku boleh bilang sesuatu nggak Len…?” tanyaku agak ragu padanya.<br /><br />“Mau bilang apaan sih kak…serius banget deh kayaknya…!” ungkap Marlena penasaran.<br /><br />“A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja…!” ungkapku memberanikan diri.<br /><br />“Aku janji nggak ngapa-ngapain….sungguh..!” janjiku padanya.<br /><br />“Iiih…peluk gimana sih.., emang mau ngapain…, nggak mau ah…!” bantahnya.<br /><br />“Sebentar….aja….ya…Len..” kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut padaku.<br /><br />“Ya udah cepetan ah…yang enggak-enggak aja sih…” ungkapnya agak genit sambil berdiri membelakangiku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku melingkar di tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-usap dengan perlahan.<br /><br />Gila..kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Marlena yang empuk dan bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku. Langsung saja kugesek-gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu.<br /><br />“Iiih….diapain sih tuh…udah….ah…!” seru Marlena sambil berusaha melepaskan pelukanku.<br /><br />“Aku terangsang Len…abis kamu cantik sekali Len…!” ungkapku terus terang.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Marlena pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa penasaran.<br /><br />“Anunya bangun ya kak…?” tanya Marlena heran.<br /><br />“Iya Len…aku terangsang sekali…” ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang menyembul karena kontolku yang sudah tegang.<br /><br />“Kamu mau lihat nggak Len…?” tanyaku padanya.<br /><br />“Nggak ah…entar ada orang masuk lho…!” katanya polos.<br /><br />“Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya…!” ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu gerbang depan.<br /><br />Sementara Marlena menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Marlena masih di kamar itu menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran.<br /><br />“Ya udah aku buka ya…..?” ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-pelan.<br /><br />Kulihat Marlena mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng.<br /><br />“Nih lihat….cepetan mumpung nggak ada orang…!” ungkapku pada Marlena sambil kuelus-elus kontolku di depannya. Marlena pun melihatnya dengan tersipu-sipu.<br /><br />”Iiih ngapain sih…. Malu tahu…!” ungkapnya pura-pura.<br /><br />“Ngapain malu Len…kan udah nggak ada orang…” kataku berdebar-debar.<br /><br />“Mau pegang nggak….?” Ungkapku sambil menarik tangan Marlena kutempelkan ke arah kontolku. Tampak muka Marlena mulai memerah karena malu, tapi penasaran. Masih dalam pegangan tanganku, tangan Marlena kugenggamkan pada batang kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke arah kontolku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Iiiih…takut ah…gede banget sih…!” ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi.<br /><br />“Aaaah…ooouw….terus Len…enak banget…!” aku mulai merintih. Sementara Marlena sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap-usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya semakin menjadi melihat kontolku yang sudah ngaceng itu.<br /><br />“Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Len…?” ungkapku sambil mulai mengusap-usap lengan Marlena, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya, sampai akhirnya ku usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut. Marlena terlihat bingung atas tingkahku itu, di belum mengerti apa maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai sesekali Marlena menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya, agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang tuanya.<br /><br />“Gimana Len…….?” ungkapku padanya.<br /><br />“Gimana apanya…!” jawab Marlena polos.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku kembali berdiri dan memeluk Marlena dari belakang, sementara celanaku sudah jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Marlena pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga-bunga merah yang dipakai Marlena membuatku semakin bernafsu padanya. akupun terus menggesek-gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sementara tangan Marlena terus menggenggam batang kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali dia mengocoknya pelan-pelan.<br /><br />Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Marlena yang menutupi bagian pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Marlena yang tidak tertutupi oleh daster tipinya lagi.<br /><br />“Len….buka ya celana dalamnya….!” pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu.<br /><br />“Eeeh….mau ngapain sih….pake dibuka segala…?” tanyanya bingung.<br /><br />“Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu… Lena tenang aja…!” bujukku padanya agar dia bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan celana dalam Marlena.<br /><br />“Tuh kan…..malu…masa nggak pake celana dalam sih…!” ungkapnya merengek padaku.<br /><br />“Udah nggak apa-apa….kan nggak ada siapa-siapa..!” aku menenangkannya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Kamu kan udah pegang punyaku…sekarang aku pegang punyamu ya…Len..?” pintaku padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu.<br /><br />“Ah..udah dong…geli nih…” ungkap Marlena, saat tanganku mengusap-usap selangkangan dan memeknya.<br /><br />“Ya udah….punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!” ungkapku sambil menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Marlena tepat diatas lubang memeknya. Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di belahan memek Marlena. Lama kelamaan memek Marlena mulai basah, semakin licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Marlena, nafsu birahiku semakin tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin cepat.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Marlena membungkukkan badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di tengah-tengah selangkangannya. Marlena pun menuruti permintaanku tanpa rasa takut sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan segala permintaanku yang diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Marlena bahwa aku tidak mungkin menyakitinya.<br /><br />“Terus kita mau ngapain nih…?” ungkap Marlena heran sambil menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang sudah basah oleh cairan memek Marlena tadi. Lantas aku masukan kembali batang kontolku ketengah-tengah selangkangan Marlena, menempel tepat pada belahan memek Marlena, mulai kugesek-gesekan secara beraturan, cairan memek Marlena pun semakin membasahi batang kontolku.<br /><br />“Aaah…Len…enaaaak….bangeet…!” aku merintih nikmat.<br /><br />”Apa sih rasanya….emang enak…ya…?” tanya Marlena, heran.<br /><br />“Iya…Len…rapetin kakinya ya…!” pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya.<br /><br />Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Marlena. Aku terus menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali kusentuh-sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah.<br /><br />“Ah geli nih…. udah belum sih…jangan lama-lama dong…!” pinta Marlena tidak mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana.<br /><br />“Iya…Len… sebentar lagi ya…!” ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku meremas pantat Marlena dengan penuh nafsu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang akan memuntahkan lahar panasnya.<br /><br />“Aaaaakh…aaaoww…Leenn…aku mau keluaarr…crottt…crott…crottt.. oouhh…!” air maniku muncrat dan tumpah diselangkangan Marlena, sebagian menyemprot di belahan memeknya.<br /><br />“Iiiih….jadi basah..nih…!” ungkap Marlena sambil mengusap air maniku diselangkangannya.<br /><br />“Hangat…licin…ya…?” ungkapnya sambil malu-malu.<br /><br />“Apaan sih ini….namanya..?” Marlena bertanya padaku.<br /><br />”Hmm…itu namanya air mani…Len…!” jelasku padanya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya, sambil tersenyum. Aku pun menatap Marlena sambil melihat reaksinya setelah melihat tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Marlena tidak kaget atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu saja yang terlihat dari sikapnya itu.<br /><br />Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah memberiku kesempatan untuk mendekati Marlena gadis kecil yang cantik.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Marlenapun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke selangkangannya yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya kembali celana dalamnya yang kulepas tadi.<br /><br />“Len…makasih ya…udah mau pegang punyaku tadi…!” ungkapku pada Marlena yang masih terheran-heran atas ulahku tadi.<br /><br />“Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?” pintaku pada Marlena.<br /><br />“Iya…nggak apa-apa…asal jangan lagi ada orang aja..kan malu…!” ungkap Marlena polos.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah itu Marlena pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke dalam kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi, pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari itu.</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-16814141009414723122011-03-23T02:03:00.001-07:002011-03-23T17:03:34.773-07:00Cerita Seru Dengan Pembantuku Yang Lugu<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Cerita Seru Dengan Pembantuku Yang Lugu, Salah satu sifatku saat muda terbawa ke jenjang pernikahan. Meskipun sudah berkeluarga, aku masih suka menyalurkan hasratku dengan wanita lain. Sensai yang berbeda itu yang membuat aku semakin terjerumus. Cerita panas dengan pembantuku berikut ini mewakili bagaimana aksiku dengan wanita – wanita yang bukan istriku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sebut saja namaku Paul. Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan di kota S, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Sebetulnya aku sudah menikah, bahkan rasanya istriku tahu akan hobiku mencari daun-daun muda untuk “obat awet muda”. Dan memang pekerjaanku menunjang untuk itu, baik dari segi koneksi maupun dari segi finansial. Namun semenjak istriku tahu aku memiliki banyak sekali simpanan, suatu hari ia meninggalkanku tanpa pamit. Biarlah, malah aku bisa lebih bebas menyalurkan hasrat.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Karena pembantu yang lama keluar untuk kawin di desanya, aku terpaksa mencari penggantinya di agen. Bukan saja karena berbagai pekerjaan rumah terbengkalai, juga rasanya kehilangan “obat stress”. Salah seorang calon yang menarik perhatianku bernama Ningsih, baru berusia (hampir) 16 tahun, berwajah cukup manis, dengan lesung pipit. Matanya sedikit sayu dan bibirnya kecil seksi. Seandainya kulitnya tidak sawo matang (meskipun bersih dan mulus juga), dia sudah mirip-mirip artis sinetron. Meskipun mungil, bodinya padat, dan yang terpenting, dari sikapnya aku yakin pengalaman gadis itu tidak sepolos wajahnya. Tanpa banyak tanya, langsung dia kuterima. </p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dan setelah beberapa hari, terbukti Ningsih memang cukup cekatan mengurus rumah. Namun beberapa kali pula aku memergokinya sedang sibuk di dapur dengan mengenakan kaos ketat dan rok yang sangat mini. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, aku mendekat dari belakang dan kucubit paha gadis itu. Ningsih terpekik kaget, namun setelah sadar majikannya yang berdiri di belakangnya, ia hanya merengut manja.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sore ini sepulang kerja aku kembali dibuat melotot disuguhi pemandangan yang ‘menegangkan’ saat Ningsih yang hanya berdaster tipis menungging sedang mengepel lantai, pantatnya yang montok bergoyang kiri-kanan. Tampak garis celana dalamnya membayang di balik dasternya. Tidak tahan membiarkan pantat seseksi itu, kutepuk pantat Ningsih keras-keras.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Ngepel atau nyanyi dangdut sih? Goyangnya kok merangsang sekali!” Ningsih terkikik geli mendengar komentarku, dan kembali meneruskan pekerjaannya. Dengan sengaja pantatnya malah digoyang semakin keras.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Geli melihat tingkah Ningsih, kupegang pantat gadis itu kuat-kuat untuk menahan goyangannya. Saat Ningsih tertawa cekikikan, jempolku sengaja mengelus selangkangan gadis itu, menghentikan tawanya. Karena diam saja, perlahan kuelus paha Ningsih ke atas, menyingkapkan ujung dasternya.”Eh… Ndoro… jangan..!” cegah Ningsih lirih.<br /><br />“Nggak pa-pa, nggak usah takut, Nduk..!”<br /><br />“Jangan, Ndoro… malu… jangan sekarang..!”<br /><br />Dengan tergesa Ningsih bangkit membereskan ember dan kain pel, lalu bergegas menuju ke dapur.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Malam harinya lewat intercom aku memanggil Ningsih untuk memijat punggungku yang pegal. Seharian penuh bersidang memang membutuhkan stamina yang prima. Agar tenagaku pulih untuk keperluan besok, tidak ada salahnya memberi pengalaman pada orang baru.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Gadis itu muncul masih dengan daster merah tipisnya sambil membawa minyak gosok. Ningsih duduk di atas ranjang di sebelah tubuhku.<br /><br />Sementara jemari lentik Ningsih memijati punggung, kutanya, “Nduk, kamu sudah punya pacar belum..?”<br /><br />“Disini belum Ndoro…” jawab gadis itu.<br /><br />“Disini belum..? Berarti di luar sini sudah..?”<br /><br />Sambil tertawa malu-malu gadis itu menjawab lagi, “Dulu di desa saya pernah, tapi sudah saya putus.”<br /><br />“Lho, kenapa..?”<br /><br />“Habis mau enaknya saja dia.”<br /><br />“Mau enaknya saja gimana..?” kejarku.<br /><br />“Eh… itu, ya… maunya ngajak gituan terus, tapi kalau diajak kawin nggak mau.”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku membalikkan badan agar dadaku juga turut dipijat.<br /><br />“Gituan gimana? Memangnya kamu nggak suka..?”<br /><br />Wajah Ningsih memerah, “Ya… itu… ngajak kelonan… tidur telanjang bareng…”<br /><br />“Kamu mau aja..?”<br /><br />“Ih, enggak! Kalau cuma disuruh ngemut burungnya saja sih nggak pa-pa. Mau sampai selesai juga boleh. Tapi yang lain Ningsih nggak mau..!”<br /><br />Aku tertawa, “Lha apa nggak belepotan..?”<br /><br />“Ah, enggak. Yang penting Ningsih juga puas tapi tetep perawan.”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku semakin terbahak, “Kalau kamu juga puas, terus kenapa diputus..?”<br /><br />“Abis lama-lama Ningsih kesel! Ningsih kalau diajak macem-macem mau, tapi dia diajak kawin malah main mata sama cewek lain! Untung Ningsih cuma kasih emut aja, jadi sampai sekarang Ningsih masih perawan.”<br /><br />“Main emut terus gitu apa kamu nggak pengin nyoba yang beneran..?” godaku.<br /><br />Wajah Ningsih kembali memerah, “Eh… katanya sakit ya Ndoro..? Terus bisa hamil..?”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kini Ningsih berlutut mengangkangi tubuhku sambil menggosokkan minyak ke perutku. Saat gadis itu sedikit membungkuk, dari balik dasternya yang longgar tampak belahan buah dadanya yang montok alami tanpa penopang apapun.<br /><br />Sambil tanganku mengelus-elus kedua paha Ningsih yang terkangkang, aku menggoda, “Kalau sama Ndoro, Ningsih ngasih yang beneran atau cuma diemut..?”<br /><br />Pipi Ningsih kini merah padam, “Mmm… memangnya Ndoro mau sama Ningsih? Ningsih kan cuma pembantu? Cuma pelayan?”<br /><br />“Nah ini namanya juga melayani. Iya nggak?”<br /><br />Ningsih hanya tersenyum malu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Aaah! Itu kan cuma jabatan. Yang penting kan orangnya..!”<br /><br />“Ehm.., kalau hamil gimana..?”<br /><br />“Jangan takut Nduk, kalau cuma sekali nggak bakalan hamil. Nanti Ndoro yang tanggung jawab..”<br /><br />Meskipun sedikit ragu dan malu, Ningsih menuruti dan menanggalkan dasternya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sambil meletakkan pantatnya di atas pahaku, gadis itu dengan tersipu menyilangkan tangannya untuk menutupi kemontokan kedua payudaranya. Untuk beberapa saat aku memuaskan mata memandangi tubuh montok yang nyaris telanjang, sementara Ningsih dengan jengah membuang wajah. Dengan tidak sabaran kutarik pinggang Ningsih yang meliuk mulus agar ia berbaring di sisiku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Seumur hidup mungkin baru sekali ini Ningsih merasakan berbaring di atas kasur seempuk ini. Langsung saja kusergap gadis itu, kuciumi bibirnya yang tersenyum malu, pipinya yang lesung pipit, menggerayangi sekujur tubuhnya dan meremas-remas kedua payudaranya yang kenyal menggiurkan. Puting susunya yang kemerahan terasa keras mengacung. Kedua payudara gadis itu tidak terlalu besar, namun montok pas segenggaman tangan. Dan kedua bukit itu berdiri tegak menantang, tidak menggantung. Gadis desa ini memang sedang ranum-ranumnya, siap untuk dipetik dan dinikmati.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mmmhh… Oh! Ahhh! Oh… Ndorooo… eh.. mmm… burungnya… mau Ningsih emut dulu nggak..?” tanya gadis itu diantara nafasnya yang terengah-engah.<br /><br />“Lepas dulu celana dalam kamu Nduk, baru kamu boleh emut.”<br /><br />Tersipu Ningsih bangkit, lalu memelorotkan celana dalamnya hingga kini gadis itu telanjang bulat. Perlahan Ningsih berlutut di sisiku, meraih kejantananku dan mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Sambil menyibakkan rambutnya, gadis itu sedikit terbelalak melihat besarnya kejantananku. Mungkin ia membayangkan bagaimana benda berotot sebesar itu dapat masuk di tubuhnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku segera merasakan sensasi yang luar biasa ketika Ningsih mulai mengulum kejantananku, memainkan lidahnya dan menghisap dengan mulut mungilnya sampai pipinya ‘kempot’. Gadis ini ternyata pintar membuat kejantananku cepat gagah.<br /><br />“Ehm… srrrp… mmm… crup! Ahmm… mmm… mmmh..! Nggolo (ndoro)..! Hangang keyas-keyas (jangan keras-keras)..! Srrrp..!”<br /><br />Gadis itu tergeliat dan memprotes ketika aku meraih payudaranya yang montok dan meremasinya. Namun aku tak perduli, bahkan tangan kananku kini mengelus belahan pantat Ningsih yang bulat penuh, terus turun sampai ke bibir kemaluannya yang masih jarang-jarang rambutnya. Maklum, masih perawan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Gadis itu tergelinjang tanpa berani bersuara ketika jemariku menyibakkan bibir kemaluannya dan menelusup dalam kemaluannya yang masih perawan. Merasa kejantananku sudah cukup gagah, kusuruh Ningsih mengambil pisau cukur di atas meja, lalu kembali ke atas ranjang. Tersipu-sipu gadis perawan itu mengambil bantal berusaha untuk menutupi ketelanjangannya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Malu-malu gadis itu menuruti perintah majikannya berbaring telentang menekuk lutut dan merenggangkan pahanya, mempertontonkan rambut kemaluannya yang hanya sedikit. Tanpa menggunakan foam, langsung kucukur habis rambut di selangkangan gadis itu, membuat Ningsih tergelinjang karena perih tanpa berani menolak. Kini bibir kemaluan Ningsih mulus kemerahmerahan seperti kemaluan seorang gadis yang belum cukup umur, namun dengan payudara yang kencang.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dengan sigap aku menindih tubuh montok menggiurkan yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun itu. Tersipu-sipu Ningsih membuang wajah dan menutupi payudaranya dengan telapak tangan. Namun segera kutarik kedua tangan Ningsih ke atas kepalanya, lalu menyibakkan paha gadis itu yang sudah mengangkang. Pasrah Ningsih memejamkan mata menantikan saatnya mempersembahkan keperawanannya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Gadis itu menahan nafas dan menggigit bibir saat jemariku mempermainkan bibir kemaluannya yang basah terangsang. Perlahan kedua paha mulus Ningsih terkangkang semakin lebar. Aku menyapukan ujung kejantananku pada bibir kemaluan gadis itu, membuat nafasnya semakin memburu. Perlahan tapi pasti, kejantananku menerobos masuk ke dalam kehangatan tubuh perawan Ningsih. Ketika selaput dara gadis manis itu sedikit menghalangi, dengan perkasa kudorong terus, sampai ujung kejantananku menyodok dasar liang kemaluan Ningsih. Ternyata kemaluan gadis ini kecil dan sangat dangkal. Kejantananku hanya dapat masuk seluruhnya dalam kehangatan keperawanannya bila didorong cukup kuat sampai menekan dasar kemaluannya. Itu pun segera terdesak keluar lagi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ningsih terpekik sambil tergeliat merasakan pedih menyengat di selangkangannya saat kurenggutkan keperawanan yang selama ini telah dijaganya baik-baik. Tapi gadis itu hanya berani meremas-remas bantal di kepalanya sambil menggigit bibir menahan sakit. Air mata gadis itu tak terasa menitik dari sudut mata, mengaburkan pandangannya. Ningsih merintih kesakitan ketika aku mulai bergerak menikmati kehangatan kemaluannya yang serasa ‘megap-megap’ dijejali benda sebesar itu. Namun rasa sakit dan pedih di selangkangannya perlahan tertutup oleh sensasi geli-geli nikmat yang luar biasa.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tiap kali kejantananku menekan dasar kemaluannya, gadis itu tergelinjang oleh ngilu bercampur nikmat yang belum pernah dirasakannya. Kejantananku bagai diremas-remas dalam liang kemaluan Ningsih yang begitu ‘peret’ dan legit. Dengan perkasa kudorong kejantananku sampai masuk seluruhnya dalam selangkangan gadis itu, membuat Ningsih tergelinjang-gelinjang sambil merintih nikmat tiap kali dasar kemaluannya disodok.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Ahh… Ndoro..! Aa… ah..! Aaa… ahk..! Oooh..! Ndorooo… Ningsih pengen… pih… pipiiis..!<br /><br />Aaa… aahh..!”<br /><br />Sensasi nikmat luar biasa membuat Ningsih dengan cepat terorgasme.<br /><br />“Tahan Nduk! Kamu nggak boleh pipis dulu..! Tunggu Ndoro pipisin kamu, baru kamu boleh pipis..!”<br /><br />Dengan patuh Ningsih mengencangkan otot selangkangannya sekuat tenaga berusaha menahan pipis, kepalanya menggeleng-geleng dengan mata terpejam, membuat rambutnya berantakan, namun beberapa saat kemudian…<br /><br />“Nggak tahan Ndorooo..! Ngh…! Ngh…! Ngggh! Aaaiii… iik..! Aaa… aaahk..!” Tanpa dapat ditahan-tahan, Ningsih tergelinjang-gelinjang di bawah tindihanku sambil memekik dengan nafas tersengal-sengal.<br /><br />Payudaranya yang bulat dan kenyal berguncang menekan dadaku saat gadis itu memeluk erat tubuh majikannya, dan kemaluannya yang begitu rapat bergerak mencucup-cucup.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Berpura-pura marah, aku menghentikan genjotannya dan menarik kejantananku keluar dari tubuh Ningsih.<br /><br />“Dibilang jangan pipis dulu kok bandel..! Awas kalau berani pipis lagi..!” Tampak kejantananku bersimbah cairan bening bercampur kemerahan, tanda gadis itu betul-betul masih perawan. Gadis itu mengira majikannya sudah selesai, memejamkan mata sambil tersenyum puas dan mengatur nafasnya yang ‘senen-kamis’. Di pangkal paha gadis itu tampak juga darah perawan menitik dari bibir kemaluannya yang perlahan menutup.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku menarik pinggang Ningsih ke atas, lalu mendorong sebuah bantal empuk ke bawah pantat Ningsih, membuat tubuh telanjang gadis itu agak melengkung karena pantatnya diganjal bantal. Tanpa basa-basi kembali kutindih tubuh montok Ningsih, dan kembali kutancapkan kejantananku dalam liang kemaluan gadis itu. Dengan posisi pantat terganjal, klentit Ningsih yang peka menjadi sedikit mendongak. Sehingga ketika aku kembali melanjutkan tusukanku, gadis itu tergelinjang dan terpekik merasakan sensasi yang bahkan lebih nikmat lagi dari yang barusan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mau terus apa brenti, Nduk..?” godaku.<br /><br />“Aii… iih..! He.. eh..! Terus Ndorooo..! Enak..! Enak..! Aahh… Aiii… iik..!”<br /><br />Tubuh Ningsih yang montok menggiurkan tergelinjang-gelinjang dengan nikmat dengan nafas tersengal-sengal diantara pekikan-pekikan manjanya.<br /><br />“Ooo… ohh..! Ndoroo.., Ningsih pengen pipis.. lagiii… iih..!”<br /><br />“Yang ini ditahan dulu..! Tahan Nduk..!”<br /><br />“Aa.. aak..! Ampuuu… unnhh..! Ningsih nggak kuat… Ndorooo..!”<br /><br />Seiring pekikan manjanya, tubuh gadis itu tergeliat-geliat di atas ranjang empuk.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pekikan manja Ningsih semakin keras setiap kali tubuh telanjangnya tergerinjal saat kusodok dasar liang kegadisannya, membuat kedua pahanya tersentak mengangkang semakin lebar, semakin mempermudah aku menikmati tubuh perawannya. Dengan gemas sekuat tenaga kuremas-remas kedua payudara Ningsih hingga tampak berbekas kemerah-merahan. Begitu kuatnya remasanku hingga cairan putih susu menitik keluar dari putingnya yang kecoklatan.<br /><br />“Ahhhk..! Aaa.. aah! Aduu.. uhh! Sakit Ndorooo..! Ningsih mau pipiiiiss..!”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dengan maksud menggoda gadis itu, aku menghentikan sodokannya dan mencabut kejantanannya justru disaat Ningsih mulai orgasme.<br /><br />“Mau pipis Nduk..?” tanyaku pura-pura kesal.<br /><br />“Oohh… Ndorooo… terusin dong..! Cuma ‘dikit, nggak pa-pa kok..!” rengek gadis itu manja.<br /><br />“Kamu itu nggak boleh pipis sebelum Ndoro pipisin kamu, tahu..?” aku terus berpura-pura marah.<br /><br />Tampak bibir kemaluan Ningsih yang gundul kini kemerah-merahan dan bergerak berdenyut.<br /><br />“Enggak! Enggak kok! Ningsih enggak berani Ndoro..!”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ningsih memeluk dan berusaha menarik tubuhku agar kembali menindih tubuhnya. Rasanya sebentar lagi gadis itu mau pipis untuk ketiga kalinya.<br /><br />“Kalau sampai pipis lagi, Ndoro bakal marah, lho Nduk..?” kuremas kedua buah dada montok Ningsih.<br /><br />“Engh… Enggak. Nggak berani.” Wajah gadis itu berkerut menahan pipis.<br /><br />“Awas kalau berani..!” kukeraskan cengkeraman tangannya hingga payudara gadis itu seperti balon melotot dan cairan putih susu kembali menetes dari putingnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Ahk! Aah..! Nggak berani, Ndoro..!”<br /><br />Ningsih menggigit bibir menahan sakitnya remasan-remasanku yang bukannya dilepas malah semakin kuat dan cepat. Namun gadis itu segera merasakan ganjarannya saat kejantananku kembali menghajar kemaluannya. Tak ayal lagi, Ningsih kembali tergiur tanpa ampun begitu dasar liang kemaluannya ditekan kuat.<br /><br />“Ngh..! Ngh..! Nggghhh..! Ahk… Aaa… aahhh..! Ndorooo… ampuuu… uun..!”<br /><br />Tubuh montok gadis itu tergerinjal seiring pekikan manjanya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Begitu cepatnya Ningsih mencapai puncak membuat aku semakin gemas menggeluti tubuh perawannya. Tanpa ampun kucengkeram kedua bukit montok yang berdiri menantang di hadapanku dan meremasinya dengan kuat, meninggalkan bekas kemerahan di kulit payudara Ningsih. Sementara genjotan demi genjotan kejantananku menyodok kemaluan gadis itu yang hangat mencucup-cucup menggiurkan, bagai memohon semburan puncak.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Gadis itu sendiri sudah tak tahu lagi mana atas mana bawah, kenikmatan luar biasa tidak henti-hentinya memancar dari selangkangannya. Rasanya seperti ingin pipis tapi nikmat luar biasa membuat Ningsih tidak sadar memekik-mekik manja. Kedua pahanya yang sehari-hari biasanya disilangkan rapat-rapat, kini terkangkang lebar, sementara liang kemaluannya tanpa dapat ditahan-tahan berdenyut mencucup kejantananku yang begitu perkasa menggagahinya. Sekujur tubuh gadis itu basah bersimbah keringat.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Hih! Rasain! Dibilang jangan pipis! Mau ngelawan ya..!” Gemas kucengkeram kedua buah dada Ningsih erat-erat sambil menghentakkan kejantananku sejauh mungkin dalam kemaluan dangkal gadis itu.<br /><br />Ningsih tergelinjang-gelinjang tidak berdaya tiap kali dasar kemaluannya disodok. Pantat gadis itu yang terganjal bantal empuk berulangkali tersentak naik menahan nikmat.<br /><br />“Oooh… Ndorooo..! Ahk..! Ampun..! Ampun Ndoroo..! Sudah..! Ampuuu.. unn..!” Ningsih merintih memohon ampun tidak sanggup lagi merasakan kegiuran yang tidak kunjung reda.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Begitu lama majikannya menggagahinya, seolah tidak akan pernah selesai. Tidak terasa air matanya kembali berlinang membasahi pipinya. Kedua tangan gadis itu menggapai-gapai tanpa daya, paha mulusnya tersentak terkangkang tiap kali kemaluannya dijejali kejantananku, nafasnya tersengal dan terputus-putus. Bagian dalam tubuhnya terasa ngilu disodok tanpa henti. Putus asa Ningsih merengek memohon ampun, majikannya bagai tak kenal lelah terus menggagahi kegadisannya. Bagi gadis itu seperti bertahun-tahun ia telah melayani majikannya dengan pasrah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Menyadari kini Ningsih sedang terorgasme berkepanjangan, aku tarik paha Ningsih ke atas hingga menyentuh payudaranya dan merapatkannya. Akibatnya kemaluan gadis itu menjadi semakin sempit menjepit kejantananku yang terus menghentak keluar masuk. Ningsih berusaha kembali mengangkang, namun dengan perkasa semakin kurapatkan kedua paha mulusnya. Mata Ningsih yang bulat terbeliak dan berputar-putar, sedangkan bibirnya merah merekah membentuk huruf ‘O’ tanpa ada suara yang keluar. Sensasi antara pedih dan nikmat yang luar biasa di selangkangannya kini semakin menjadi-jadi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku semakin bersemangat menggenjotkan kejantananku dalam hangatnya cengkeraman pangkal paha Ningsih, membuat gadis itu terpekik-pekik nikmat dengan tubuh terdorong menyentak ke atas tiap kali kemaluannya disodok keras.<br /><br />“Hih! Rasain! Rasain! Nih! Nih! Nihh..!” aku semakin geram merasakan kemaluan Ningsih yang begitu sempit dan dangkal seperti mencucup-cucup kejantananku.<br /><br />“Ahh..! Ampuuu…uun… ampun… Ndoro! Aduh… sakiit… ampuuu… un..!”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Begitu merasakan kenikmatan mulai memuncak, dengan gemas kuremas kedua payudara Ningsih yang kemerah-merahan berkilat bersimbah keringat dan cairan putih dari putingnya, menumpukan seluruh berat tubuhku pada tubuh gadis itu dengan kedua paha gadis itu terjepit di antara tubuh kami, membuat tubuh Ningsih melesak dalam empuknya ranjang.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pekikan tertahan gadis itu, gelinjangan tubuhnya yang padat telanjang dan ‘peret’-nya kemaluannya yang masih perawan membuatku semakin hebat menggeluti gadis itu.<br /><br />“Aduh! Aduu… uuhh… sakit Ndoro! Aaah… aaamm… aaammpuuun… ampuuu… uun Ndoro..<br /><br />Ningsih… pipiiii… iiis! Aaammm… puuun..!”<br /><br />Dan akhirnya kuhujamkan kejantananku sedalam-dalamnya memenuhi kemaluan Ningsih, membuat tubuh telanjang gadis itu terlonjak dalam tindihanku, namun tertahan oleh cengkeraman tanganku pada kedua buah dada Ningsih yang halus mulus.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tanpa dapat kutahan, kusemburkan sperma dalam cucupan kemaluan Ningsih yang hangat menggiurkan sambil dengan sekuat tenaga meremas-remas kedua buah dada gadis itu, membuat Ningsih tergerinjal antara sakit dan nikmat.<br /><br />“Ahk! Auh..! Aaa… aauuhh! Oh… ampuuu…uun Ndoro! Terus Ndoro..! Ampuuun! Amm… mmh..! Aaa… aaakh..!”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dengan puas aku menjatuhkan tubuh di sisi tubuh Ningsih yang sintal, membuat gadis itu turut terguling ke samping, namun kemudian gadis itu memeluk tubuhku. Sambil terisak-isak bahagia, Ningsih memeluk tubuhku dan mengelus-elus punggungku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sambil mengatur nafas, aku berpikir untuk menaikkan gaji Ningsih beberapa kali lipat, agar gadis itu betah bekerja di sini, dan dapat melayaniku setiap saat. Dengan tubuh yang masih gemetar dan lemas, Ningsih perlahan turun dari ranjang dan mulai melompat-lompat di samping ranjang.<br /><br />Keheranan aku bertanya, “Ngapain kamu, Nduk..?”<br /><br />“Katanya… biar nggak hamil harus lompat.. lompat, Ndoro..” jawab gadis itu polos.<br /><br />Aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya, melihat cairan kental meleleh dari pangkal paha gadis itu yang mulus tanpa sehelai rambut pun</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-90383416480220581072011-03-23T02:03:00.000-07:002011-03-23T17:03:44.644-07:00Ngeseks Tukang Pijat<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ngeseks Tukang Pijat, Rumput tetangga sellau lebih hijau. Pepatah itu memang benar adanya, dalam hal ini istri orang memang selalu lebih menggoda. Seperti istri dede sepupuku yang bikin otongku senut-senut. Dan saat itu aku memang sedang berkunjung ke rumahnya di daerah bandung. Dan dari sini cerita panas dengan tante Neni berawal.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sebulan yang lalu aku pergi kerumah sepupuku dede di daerah Bandung, kebetulan rumahnya berada didalam gang yang tidak bisa masuk mobil. Jadi mobilku aku parkir di depan gang dekat sebuah salon. Setiba dirumah dede, aku disambut oleh istrinya. Seperti yang sudah aku bilang,Memang istri si dede yang bernama yeni 30 tahun memang dikategorikan sangat sexy, apalagi dia hanya mengenakan daster.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mas dede sedang ke Pak RT sebentar Mas, nanti juga balik,” sapa si Sandra.<br /><br />“Oh ya..” jawabku singkat. </p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku disuruh duduk diruang tamu, lalu dia kembali dengan satu cangkir the manis, karena kursi diruang tamu agak pendek, maka dengan tidak sengaja aku dapat melihat persis sembulan kedua belah dada si yeni yang tidak mengenakan BH. Wach pagi-pagi sudah dibuat pusing nich pikirku. Tapi aku hilangkan pikiranku jauh-jauh, karena aku pikir dia sudah termasuk keluargaku juga.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Akhirnya setelah dede tiba, kami bertiga ngobrol hingga sore hari. Lalu aku izin untuk menghirup udara sore sendirian, karena aku akan nginap dirumah si dede hingga besok pagi. Aku berjalan kedepan gang sambil melihat mobilku, apakah aman parkir disana. Setelah melihat mobil aku mampir ke salon sebentar untuk gunting rambut yang kebetulan sudah mulai panjang. Disana aku dilayani oleh seorang ibu, umur kurang lebih 45-50 tahun, kulit kuning langsat, body seperti layaknya seorang ibu yang umurnya seperti diatas, gemuk tidak, kurus tidak, sedangkan raut mukanya manis dan belum ada tanda-tanda keriput dimakan usia, malah masih mulus, saya rasa ibu tsb sangat rajin merawat tubuhnya terutama mukanya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Mas mau potong rambut atau creambath nich,” sapa ibu tersebut.<br /><br />“Mau potong rambut bu” jawabku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Singkat cerita setelah selesai potong rambut ibu tersebut yang bernama Neni menawarkan pijat dengan posisi tetap dibangku salon. Setelah setuju sambil memijat kepala dan pundak saya, kami berkomunikasi lewat cermin di depan muka saya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Wach pijatan ibu enak sekali” sapaku.<br /><br />“Yach biasa Mas, bila badan terasa cape benar, memang pijatan orang lain pasti terasa enak” jawabnya.<br /><br />“Ibu juga sering dipijat kalau terlalu banyak terima tamu disalon ini, soalnya cape juga Mas bila seharian potong/creambath rambut tamu sambil berdiri” jawabnya lagi.<br /><br />“Sekarang ibu terasa cape enggak” tanyaku memancing.<br /><br />“Memang Mas mau mijitin ibu” jawabnya.<br /><br />“Wach dengan senang hati bu, gratis lho.. kalau enggak salah khan biasanya bila terlalu lama berdiri, betis ibu yang pegal-pegal, benar enggak bu?” pancingku lagi.<br /><br />“Memang benar sich, tapi khan susah disini Mas” jawab Bu neni sambil tersenyum.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Naluriku langsung berjalan cepat, berarti Bu neni ini secara tidak langsung menerima ajakanku. Tanpa buang-buang waktu aku berkata “Bu, ibu khan punya asisten disini, gimana kalau aku pijit ibu diluar salon ini?” pancingku lagi.<br /><br />“Mas mau bawa ibu kemana?” tanya Bu Neni<br /><br />“Sudahlah bu.. bila Bu Neni setuju, saya tunggu ibu dimobil di depan salon ini, terserah ibu dech mau bilang/alasan kemana ke asisten ibu” Ibu Neni mengangguk sambil tersenyum kembali.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Singkat cerita kami sudah berada didalam hotel dekat Alun-alun. Ibu Neni mengenakan celana panjang, dengan baju terusan seperti gamis. Aku mempersilahkan Bu Neni telungkup diatas tempat tidur untuk mengurut betisnya, dia mengangguk setuju.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Enggak nyusahin nich Mas”<br /><br />“Tenang saja bu, enggak bayar koq bu, ini gratis lho.” jawabku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Lalu aku mulai mengurut tumit ke arah betis dengan body lotion. Celana panjang Bu Neni aku singkap hingga ke betisnya, tapi karena paha Bu Neni terlalu besar ujung celana bagian bawah tidak bisa terangkat hingga atas. Ini dia kesempatan yang memang aku tunggu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Bu maaf nich, bisa dibuka saja enggak celana ibu masalahnya nanti celana ibu kena body lotion, dan aku memijatnya kurang begitu leluasa, nanti ibu komplain nich”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kulihat Bu Neni agak malu-malu saat membuka celana panjangnya, sambil langsung melilitkan handuk untuk menutupi celana dalamnya. Lalu aku mulai memijit betis beliau dengan lotion sambil perlahan-lahan menyingkap handuknya menuju pahanya. Kulihat dari belakang Bu Neni hanya mendesah saja, mungkin karena terasa enak pijitanku ini. Saat mulai memijit pahanya body lotion aku pergunakan agak banyak, dan handuk sudah tersingkap hingga punggungnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku mulai renggangkan kedua kaki Bu Neni, sambil memijat paha bagian dalam. Tampaknya Bu Neni menikmatinya. Tanpa buang waktu dalam keadaan terlungkup aku menarik celana dalam Bu Neni ke bawah sambil berkata “Maaf Bu yach”.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dia hanya mengangguk saja sambil terpejam matanya, mungkin karena Bu Neni sudah mulai terangsang saat aku pijit pahanya dengan lotion yang begitu banyak.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Wow kulihat pantat Bu Neni tersembul dengan belahan ditengahnya tanpa sehelai rambut yang mengelilingi vagina ibu tersebut. Aku mulai lagi memijit paha bagian atas hingga ke pantatnya dengan menggunakan kedua jempolku. Kutekan pantat Bu Neni hingga belahannya agak terbuka lebar, dengan sekali-kali aku sapu dengan keempat jariku mulai dari vagina ke atas hingga menyentuh lubang anusnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Och.. Och..”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Hanya itu yang keluar dari mulut Bu Neni, rupanya dia mulai sangat amat terangsang, tapi dia type yang pasif, hanya menerima apa yang akan diperbuat kepadanya. Aku mulai nakal, kulumuri kelima jariku dengan lotion lalu aku mulai sapu dari anus hingga kebawah ke arah vagina ibu Neni dan diimbangi dengan makin naiknya pantat Bu Neni</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Och.. Och.. Mas teruskan Mas.. Och..”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pelan-pelan kumasukan jari telunjuk dan tengah ke dalam vaginanya, lalu kukocok hingga mentok kedinding bagian dalam vagina, sambil perlahan-lahan jempolku menekan lubang anus Bu Neni. Kulihat Bu Neni agak meringis sedikit, tapi tetap tidak ada sinyal menolak. Jempolku sudah masuk ke dalam anus Bu Neni, perlahan-lahan sambil kulumuri agak banyak body lotion kukocok juga lubang anus Bu Neni, hingga sekali tekan jempolku masuk ke lubang anus, sedangkan jari telunjuk dan tengah masuk ke vaginanya, dan aktifitas itu aku lakukan hingga 3 menit.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dan kulihat Bu Neni sudah tidak lagi meringis tanda kesakitan disekitar lubang anusnya, tapi sudah terlihat diwajahnya rasa kenikmatan, meskipun matanya terus terpejam hanya beberapa kali tersengah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Och.. Och..”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah itu aku jilat kuping BuNeni dengan lidahku sambil berbisik.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Aku masukan yach Bu kontolku”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ibu Neni hanya mengangguk setuju tanpa membuka matanya. Lalu aku buka seluruh pakaianku, lalu aku ganjel perut Bu neni dengan bantal yang kulipat, supaya pantat dan lubang vaginanya agak menguak ke atas. Lalu aku masukan kontolku ke dalam vagina Bu Neni dan kukocok hingga 15menit, lalu kulihat lendir putih sudah mulai keluar dari lubang vagina BuNeni</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Rupanya Bu Neni sudah mencapai klimaks hingga mengeluarkan pejunya duluan, lalu aku seka dengan handuk dan kuayun kembali kontolku hingga 15 menit kemudian, hingga Bu Neni mencapai klimaks yang kedua kali. Sedangkan kontolku makin tegang saja tanpa isyarat akan memuncratkan peju. Karena sudah pegal juga pinggangku, aku ambil body lotion kulumuri anus Bu neni sambil kubuka lubang anus tersebut hingga masuk ke dalam, lalu aku pelan-pelan menekan ujung kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Neni.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Och.. Pelan-pelan Mas..” BuNeni mengeluh.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Terus kutekan kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Neni, lalu pelan-pelan aku cabut kontolku. Memang kontolku terasa amat terjepit oleh lubang anus Bu Neni, ini membuat aku mulai terangsang. Kutekan lagi kontolku ke dalam lubang anus Bu Neni, dan pelan-pelan mulai kukocok lubang anus Bu neni dengan kontolku ini sambil melumuri body lotion supaya lubang anus Bu Neni tidak lecet, terus kulakukan aktifitas ini hingga 5menit dan tiba-tiba peju dikontol mulai mengadakan reaksi ingin berlomba-lomba keluar. Lalu kucabut kontolku, dan kulepaskan seluruh pejuku bertebaran diatas sprei.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah itu Bu Neni langsung membersihkan badannya kekamar mandi, lalu kususul Bu Neni di kamar mandi yang sudah tanpa sehelaipun benang ditubuhnya, lumayan bodynya cukup montok, tetenya sudah agak kendur tapi masih menantang seperti buah pepaya yang masih tergantung dipohon, perutnya juga sudah mulai ada lipatan lemaknya, tapi tetap enak dipandang, karena memang warna kulitnya seluruhnya kuning langsat. Lalu aku bantu Bu Neni saat hendak memakai sabun ditubuhnya, demikian juga aku dibantu juga oleh Bu Neni.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah selesai mandi kontolku mulai bangun kembali, lalu kuminta Bu neni untuk main kembali, Bu Neni memberikan isyarat ok. Dan kusuruh Bu Neni duduk dikursi tanpa mengenakan pakaian selembarpun, kuangkat kedua kakinya ke atas dengan posisi mengangkang lalu kusuruh Bu Neni memeluk kakinya kuat-kuat, lalu aku jongkok dan mulai menyapu vagina Bu Neni dengan lidahku, sambil jari telunjukku ikut masuk ke dalam vagina bagian bawah sambil mengocoknya. Disini Bu Neni tampak mendesah agak keras.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Och.. Och.. Och.. Masukan saja Mas.. Aku enggak kuat”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tanpa buang waktu lagi karena memang kontolku mulai keras kembali, kutekan kontolku ke dalam lubang vagina Bu Neni kembali sambil setengah berdiri, sedangkan kedua kaki Bu Neni sudah bersandar di depan bahuku, terus kusodok vagina Bu Neni dengan kontolku, hingga 30 menit lebih aku belum bisa juga mengeluarkan pejuku. Lalu kuminta Bu Neni untuk mengisap kontolku supaya cepat keluar pejuku ini.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kedua kakinya kuturunkan lalu aku memegang kedua pipinya ke arah kontolku, lalu aku memasukan kembali kontolku ke dalam mulut Bu Neni, disini kulihat Bu Neni mengimbangi dengan isapan serta air liurnya yang mulai menetes dari mulutnya untuk membuatku cepat mencapai puncak. Memang benar-benar lihai Bu Neni, sebelum mencapai waktu lima menit aku sudah tidak tahan lagi menahan pejuku muncrat didalam mulutnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah itu kami berdua membersihkan diri kembali kekamar mandi, lalu kami kembali ke salon Bu Neni. Sebelum keluar dari mobil, aku sempat berbisik kepada Bu Neni. Memang yang lebih tua, sangat paham dalam pengalaman dalam hal ini dibanding dengan yang masih muda. Bu Neni hanya tersenyum manis saja, sambil turun dari mobilku dan kembali masuk ke dalam salonnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sejak saat itu aku selalu horny jika melihat ibu-ibu muda atau tante-tante seksi. Ingin aku menjamahnya.</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-28404373602251935312011-03-23T02:02:00.001-07:002011-03-23T17:04:01.150-07:00Cerita Seru Pelajaran Seks<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Cerita Seru Pelajaran Seks, Panggil aja gwa Adi (bukan nama asli). Saat itu umur gwa masih 17 tahun, dan gwa seorang lelaki yang belum tahu apa2 tentang wanita, mungkin karena kebanyakan nonton anime dan film kartun, jadi gwa belum memikirkan untuk berhubungan, bahkan di pikirannku, wanita itu biasa aja.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Gwa ceritain diri gwa dulu, gwa ini anak yang biasa aja, banyak yang bilang gwa ini “babyface” alias imut2, pdhl gwa sendiri g merasa kek gitu. Mana ada coba pria yang ingin dikatakan imut, ya enggak lah. Tinggi gwa juga g tertalu proporsional, cuman 160cm doank (mungkin agak pendek yah)<br /><br />dan gwa sering dikatain ama temen gwa kalo gwa harusnya balik lagi ke SMP, tunggu badan gwa tinggi dulu, baru lanjut ke SMU (sial dah temen2 gwa, coz gwa yang paling pendek diantara teman2 gwa, cewek2nya aja ada yang tingginya 175cm). Walaupun gitu, kelebihan gwa ada di otak ama gaya bicara gwa (g sombong seh sebenarnya, tapi itu benar). Dan walaupun pendek, badan gwa bisa dibilang lumayan atletis lah, itu karena tiap hari ke sekolah, pasti telat masuknya, alhasil gwa ama temen2 gwa yg terlambat biasanya dihukum lari keliling lapangan bola 5 kali, trus “push up” ampe 50 (mungkin udah makanan tiap hari nih, tapi enak juga sih, karna secara kebetulan juga bisa dibilang olahraga pagi kan), dan ini berlangsung sekitar 2 tahun full (bayangin aja, tiap pagi</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">selama 2 tahun, dihukum terus, apa g bosan tuh penjaga nge-hukum gwa…hahahaha). Trus bisa dibilang kulit gwa emang putih, coz lantaran waktu SD-SMP gwa tuh jarang banget keluar ruimah, bisa dibilang anak rumahan lah. Bahkan pernah waktu masih SD, sengaja rambut gwa gondrongin (ya taulah anak2, paling males kalo motong rambut) jadi pernah dikira cewek (SWT dah…). </p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Gwa ini lulusan tahun 07, artinya sekarang umur gwa udah 20 tahun, tapi tetap aja g ada yang berubah dari penampilan gwa, masih tetap kek anak-anak (watch out, muka bisa menipu, OK). Dan gwa paling sering digombalin ama cewek2 yang lebih tua dibanding gwa (mungkin karena lantaran<br /><br />mereka mengira gwa ini “Brondong” pdhl ternyata gwa udah 20 tahun, wakakakakak…watch u’re language, b*tch). Dan boleh jujur sebenarnya waktu itu penilaian gwa terhadap wanita, wanita itu adalah mahluk yang mengerikan, coz waktu SMP (jujur aja yah, sebenarnya gwa malu gungkapinnya) gwa pernah dikunci dikelas ama temen2 gwa waktu pelajaran olahraga selse (taulah kan, harus cepet2 ganti baju karena pelajaran lain nunggu) trus di dalem kelas cewek2<br /><br />pada ganti baju. Disitu gwa kelabakan dan takut, di pikiran gwa mungkin gwa bakalan di perkosa (jangan tertawa, it’s true), alhasil gwa mukul2 tuh pintu sambil teriak2 minta tolong (pdhl g diapa-apain, wakakakaka) dan semua temen2 cewek sekelas gwa cuman tertawa, bahkan ada temen cewek gwa yang manggil2 gwa buat ngedekatinnya (dengan muka yg waktu itu gwa anggap mengerikan, kek setan aja). Kenangan yang cukup buat gwa tertawa ampe sekarang…hahahaha</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Singkat cerita, sekarang gwa dah lulus di SMU gwa, artinya gwa musti kuliah. Padahal di pikiran gwa, gwa tuh maunya istirahat alias ngganggur dulu selama setahun, gile kan masa 12 tahun belajar terus, apa gak ancur neh otak.Tapi bonyok gwa g setuju kalo gwa ngganggur, gwa musti lanjut. Yah terpaksa deh gwa mendaftar pendaftaran UMPTN. Gwa mendaftar di salah satu kampus di Makassar, yah bisa dibilang kampus yang paling banyak pendaftarnya, orang2 makassar pasti tau ini kampus apa (hehhehehe, sorry kalo gwa sensor nama Kampusnya). Gwa ambil jurusan FKM (baru sekarang gwa tau kepanjangan dari FKM, kacau degh gwa). Dan, g diduga dan tak terkira, ternyata gwa lulus coy (wakakakaka…amin) pdhl dengan puluhan ribu pendaftar, gwa bisa lulus (sorry yah buat pendaftar laen, cari kampus laen aja deh…hehehe).</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Nah, pas waktu masa OSPEK atau semacam peloncoan gitu kan, gwa ama temen2 gwa (MABA juga) disuruh ngumpul di lapangan ama senior, diajak berkenalan dengan senior2 (g tau angkatan berapa) ama temen2 gwa juga. Hari pertama seh, masih agak lumayan bikin seneng, kita semua diajak ama senior jalan2 di sekitar kampus, dikenalin ini ruangan apa, itu ruangan apa. Cuman kek gitu2 doank. Nah, esoknya baru penyiksaannya dimulai.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Oh iyah, ada 5 orang yang menjadi panitia OSPEK, 3 orang cewek, 2 orang cowok (ini meragukan karena gaya mereka tuh kayak banci kaleng). Namanya (nama samaran aja yah) Ani (21thn), Cindy (22 thn), Dita (22thn). Diantara mereka bertiga, cuman Cindy yang agak galak dan sangar. Mungkin supaya pengen balas dendam, karena dulunya dia juga di OSPEK, yah kan (but, kami bukan bahan pelampiasan). Hari itu mungkin gwa ngerasa seperti Grim Reaper (Cindy) dari neraka yang kerjain kami habis-habisan. Nah, hari ke-3, disinilah mulai kesalahan itu. Waktu itu kami disuruh ngumpul di lapangan yg agak hijau (mungkin sekitar jam2 12 siang lah). Dan katanya ada MABA (mahasiswa baru) yg berani ngegodain senior. Dalam hati gwa (yeee bukan gwa kale), tapi temen2 gwa g ada yg mo ngaku, alhasil kita semua dihukum. Dan hukumannya bisa dibilang g masuk diakal banget. Kami semua disuruh ngecabut rumput.<br /><br />(Gini percakapannya kalo g salah)</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Cindy : “Ok, karena g ada yang mo ngaku, semuanya gwa hukum, g ada pengecualian. Gwa hukum kalian, cabutin semua rumput liar di lapangan ini”<br /><br />Hehehe, itu mah gampang. Tapi baru beberapa detik kami semua ngecabutin rumput di lapangan itu, nenek sihir alias cindy langsung ngomong lagi.<br /><br />Cindy : “Eh, goblok…siapa yang suruh cabut pake rumput, makanya denger dulu sampe selse. Gwa bilang CABUT RUMPUTNYA, PAKE MULUT”<br /><br />Gila, dalam pikiran gwa, ini orang ato binatang seh, g masuk diakal banget hukumannya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Yah, langsung aja gwa pergi dari tempat itu, tapi gwa dipanggil ama si nenek sihir (alias Cindy) kemudian nanya gwa “Mo kemana loe?” “Mau pulang, emang kenapa, lu mau ngasih duit angkot buat gue?”, emang seh waktu itu nada bicara gwa agak ngelawan.”Oh gitu yah, tahun pertama udah berani ama senior, ayo lanjutin hukumannya”. Yah, langsung aja gwa g setuju ama hukumannya “Eh, kak…aku menghormati kakak karena kakak tuh senior di kampus ini, jgn lantaran sikap kakak kek gitu, maunya semena-mena, aku mengubah sikap hormatku menjadi membangkang dan menghina kakak”. Disitu gwa bisa liat mukanya marah banget. “Masa, hukumannya kek gitu, kami ini bukan binatang kak, kami ini manusia. Kalo kakak pengen dihormati ama junior2 kakak, hormati kami juga donk, seperti kami menghormati kakak senior”. Wah disitu pipinya langsung merah, mungkin karena malu gwa ngomong kek gitu. Hahaha, i win, bastard. Alhasil dia diam, dan gwa pergi aja dari situ, ambil angkot trus pulang. Tapi inilah Kesalahan yang gwa lakuin.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Besoknya (hari terakhir OSPEK), kami semua disuruh ngumpul di aula besar (aula FKM pastinya). Nggak tahu, hukuman apa lagi neh yang bakal dilancarin lagi ama anak2 MABA. Tapi waktu itu, cuman gwa yang disuruh keluar ama Cindy dan senior yang baru gwa liat, sebut saja namanya Amel (25thn). Gwa juga g tau persis umurnya berapa, tapi keknya dia lebih senior daripada Cindy, gwa bisa liat dari cara Cindy hormat ama tuh cewek. Gwa dipindahin karena kemaren gwa udah berani ama senior, gwa seh merasa bersalah juga seh kemaren, biar bagemanapun dia kan senior. So it’s ok lah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Gwa disuruh masuk di kelas yang kosong dan g terawat gitu (mungkin gudang atau apalah, i dont care). Dalam pikiran gwa, pasti gwa disuruh ngebersihin bangku2 ama meja di kelas ini. Sedangkan Amel ada di sebelah kanan gwa, trus cindy ada di belakang, ngikutin gwa berdua. Belum sempat gwa balik ke belakang buat liat2 keluar, tiba2 ada benda keras yang mendarat di leher belakang gwa, ampun dah…disitu penglihatan gwa agak2 rabun dan sakit banget di daerah kepala gwa. Cuman itu yg gwa ingat, abis itu semuanya jadi gelap.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Bangunnya, gwa g tau udah berapa lama gwa tertidur, tapi rasanya badan gwa pegal semua. Sekitar 1-2 menit gwa sadar kembali, ternyata gwa pingsan. Dan yang lebih anehnya lagi, gwa dalam keadaan terikat di atas meja. Gwa melihat kekanan dan kekiri, berusaha buat ngelepasin ikatannya, tp gwa g bisa, mungkin karena kepala gwa masih sakit. G lama kemudian gwa baru sadar, ternyata gwa udah bugil. WTF!!!. Dalam hati gwa, tuh cewek dua emang brengsek, ngerjain gwa ampe gini. Gwa berusaha berontak biar talinya agak sedikit longgar, tp g guna juga, malahan tangan gwa yang sakit. Trus ada sekitar 2-3 menit, Cindy ama Amel masuk. Mereka berdua ketawa kecil (ketawanya…sumpah bikin gwa mau gebukin tuh 2 orang, ngehina gwa banget).</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Cindy : “Kenapa say, g bisa kebuka yang ikatannya, makanya lu jangan berani ama senior”.<br /><br />Gwa ” “Brengsek lu, cepetan buka ikatan gwa”<br /><br />Disitu, gwa ngerasa muka gwa panas banget lantaran malu diliatin ama tuh 2 orang. Secara, baru kali ini gwa bugil di depan cewek, rasanya gwa mo nyimpan muka gwa di kantong celana jeans gwa saking malunya.<br /><br />Amel : “Hmmm…bodinya oke juga, ndy. Mungkin dimainin dikit asik tuh kayaknya” Sambil ketawa kecil gitu. Dalam hati gwa, nih satu mo ngapain neh.<br /><br />Tiba-tiba, dia pegang kontol gwa. Kemudian ngeliat muka gwa yg rasanya tuh gwa malu banget. “Kamu kok imut banget seh sayang”, sambil tangannya naik turun di kontol gwa. Disitu gwa g bisa ngomong apa2, baru kali ini cewek megang “punya” gwa, dan rasanya seperti takut, enak, malu, marah..bercampur jadi satu. Cindy kemudian mencium bibir gwa, gwa bisa rasain lidahnya main di dalam mulut gwa. Gwa berusaha teriak, tapi cuman nggghhh…nggghhh gitu aja yang kedengeran, lantaran bibirnya rapat banget ama bibir gwa.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">G lama gwa ngerasa, seperti ada benda basah yang naik turun di kontol gwa. Dan g taunya, ternyata Amel udah masukin kontol gwa di mulutnya. Rasanya ngilu banget. Gwa berusaha berontak biar Cindy ngelepasin ciumannya dan beneran, dia berhenti nyium gwa. Tapi tiba2 dia nampar gwa, “Eh, jgn ngelawan yah, sekarang kamu tuh kami beri pelajaran, biar hormat dikit ama senior”. Trus lanjut lagi dia nyium gwa, kali ini lidahnya makin liar di dalam mulut gwa. Belum lagi Amel yang sibuk maenin kontol gwa. Ugghh, rasanya gwa g kuat…seperti gwa mo kencing neh, dan g taunya gwa pun kencing disitu, tapi rasanya seperti rasa penyesalan yang keluar dari diri gwa. Tiba2 Amel berhenti nyepong gwa, “Ayo sayang, keluarin lagi donk sperma kamu, punya kamu harum banget, g pernah onani yah”, sambil tangannya naek turun di kontol gwa. Disitu gwa baru tau, ternyata gwa g kencing, malahan gwa udah “keluar”.<br /><br />Tiba2 Amel ngedorong Cindy, katanya dia mo nyoba maenin punya gwa. Cindy pun nurut ajah, sambil duduk di samping gwa sambil ngeraba2 muka sampe badan gwa. Disitu gwa minta maaf ama Cindy “Kak, aku minta maaf deh, soal kemaren, tolong jgn gini donk”, kata gwa sambil agak malu2. Trus mereka berdua cuman ketawa, kemudian Cindy nanya ke gwa “Emang udah pernah g ditidurin wanita?”, Disitu gwa cuman diam aja, kemudian dia nampar gwa lagi. “Ayo Jawab!!”. “Belum pernah, kak”. Langsung aja keduanya tertawa, trus Cindy cium bibir gwa dengan lembut banget. “Kalo gitu, biar kita ajarin cara biar lu bisa puasin cewek, OK sayang”. Setelah itu Amel ngebuka semua pakaiannya, sampe bugil juga. Disitu muka gwa langsung panas, baru kali ini gwa liat cewek bugil tanpa busana. “Kenapa seh say, g pernah liat cewek telanjang yah…hihihi”, kata Amel sambil ketawa gitu. Gwa langsung buang muka karena malu. Trus dia naik ke perut gwa kemudian ngedudukin perut gwa. Disitu gwa liat pemandangan yg menurut gwa sangat asing banget, coz baru kali ini gwa liat cewek bugil kan. Tak lama kemudian dia ngomong, “Nah ini say yg dibilang “Memek”, sambil ngebuka pahanya lebar2 biar gwa bisa liat. Disitu gwa baru liat yg namanya Vagina, disitu jantung gwa rasanya mau copot karena kaget. Warnanya pink2 gitu. Kemudian dia ngebuka dinding Vaginanya dengan jari-jarinya, biar gwa bisa liat dalamnya tuh kek apa. “Nah disini tuh tempat yang paling cowok senengin, gwa juga yakin adek juga pasti bakalan ketagihan kalo udah tau rasanya gimana” Katanya sambil senyum nakal gitu. Kemudian dia megang kontol gwa yg udah keras banget, trus kepalanya dia gosok2in di bibir vaginanya. Waduh rasanya tuh g bisa ditulis dgn kata2. Gwa liat mukanya Amel udah merah banget, sambil ngomong “Ah..ah…ah” gitu. “Sayang, aku masukin yah di memekku” kata Amel. Gwa g bisa ngomong apa2, mungkin karena udah enak banget. Trus, “Jebblesss” masuk deh kontol gwa di vaginanya. Rasanya becek banget trus anget. Kemudian Amel nahan agar posisinya g jatuh. “Sayang, kok punya kamu enak banget seh…nggghh”, gitu katanya. “Amel goyang yah..uugghh”. Dia goyangin pantatnya naik turun. Wah, disitu rasanya gwa udah mo gila. Enak banget. Rasanya sempit banget vaginanya, seperti kontol gwa kejepit pintu. “Amel suka yang kayak gini…ahk…ahk..ughh…enak g sayang memekku?”. Gwa cuman diam aja sambil nge-gigit bibir bawah gwa. Dia tahu kalo mungkin gwa ngerasa enak juga. Trus semakin lama, Amel semakin liar aja, gwa juga ngerasa vaginanya tuh udah lebih banjir lagi…bahkan ada cairan yg jatuh ke perut gwa, g tau itu air seni atau spermanya dia. Gwa ngeliat mukanya udah merah banget, dan gwa ngerasa kontol gwa seperti dipijit keras banget. “Akkhhh…sayang, Amel udah mo nyampe neh…Akkhhh…akhhh…”. Udah mo nyampe apa ? Terminal ? tanya gwa dalam hati. Tak lama kemudian dia teriak “AAAAAAAAAAA”, sambil mukanya menghadap ke atas, keringatnya udah berjatuhan ke badan gwa. Gwa ngerasa kontol gwa seperti kejepit pintu, trus ada cairan hangat di kepala kontol gwa, trus gwa liat vaginanya udah basah banget, bahkan ada cairan putih yang berjatuhan di paha gwa. Amel kemudian nyium bibir gwa, gwa bisa liat kalo dia nangis, g tau mungkin sedih ato apa, kemudian dia ngebisik gwa “Makasih sayang, tadi itu enak banget” sambil nyium leher gwa. Gwa disitu diam, g tau mo ngomong apa. Tiba2 Cindy muncul di pintu ama Ani dan Dita (panitia OSPEK juga), pantesan daritadi gwa g liat tuh setan satu, ternyata dia manggil temennya. Mereka bertiga senyum2 aja ngeliat gwa dan Amel. “Udah puas g, mel”, kata Cindy. Tiba2 Amel meluk gwa dan nyembuiin mukanya di pundak gwa. Sepertinya dia g mau ngelepasin gwa. “Kak Amel, gantian dong…Masa cuman kakak yang enak seh”, kata Dita. Tiba2 Amel bangun dari atas badan gwa, dan kemudian duduk disamping gwa sambil senyum. “Ya udah, pake aja…dia masih “ijo” loh” kata Amel nakal. “Oh masih perjaka toh, wah asik neh, bisa dijadiin mainan…hehehe” kata Dita nyengir. Cindy ama Ani udah bugil duluan. Bodinya yah, baguslah, g terlalu gemuk, g terlalu kurus, trus kulitnya putih. Cuman dadanya Cindy agak lebih kencang dan naik dibanding Ani. Disitu gwa langsung drop aja, “Kak, udah yah…aku capek, plis, aku mohon”, kata gwa mohon ama mereka. Mereka berdua cuman ketawa kecil. Kemudian mereka berdua naik di atas gwa, Cindy di depan wajah gwa, Ani di perut gwa. “Wah, bodinya keren, jadi g tahan pengen nyobain”, kata Ani sambil pegang kontol gwa, “Gede amat, ihh lucu deh bentuknya”, trus dia sepong gwa. Rasanya kali ini betul2 beda, Ani lebih liar dibanding Amel tadi, bahkan dia sesekali menggigit kepala kontol gwa, dan rasanya seperti disengat listrik. Cindy pun ngejambak rambut gwa, “Nih, bagian lu, ayo cepetan” katanya sambil ngancam gitu. Disitu gwa bisa liat vaginanya dengan sangat jelas, vaginanya pink, trus g ada bulunya, botak gitu. “Maksudnya?” gwa tanya ke dia, “Maksudku tuh, lu ngejilatin memek gwa, bego lu akh. Keluarin lidah lu, cepetan!”. Yah, gwa nurut aja, gwa ngejulur lidah gwa keluar, kemudian dia ngarahinnya ke arah vaginanya. “Mainin tuh kelentitnya, yg bentuknya mirip kacang, cepet!!”. Ya ampun, neh cewek sangar banget. Akhirnya gwa turutin aja maunya dia. “Aaaakhh..ngghhh, iyah sayang disitu…aaaakkhhh”, jerit Cindy. Kemudian gwa agak ngejauhin dikit muka gwa ke vaginanya, karena baru kali ini gwa ngejilat vagina, dan rasanya aneh banget, asin2 gitu. Tapi kemudian cindy malah ngemajuin pantatnya ke arah muka gwa, dan sekarang lidah gwa masuk sempurna di vaginanya, hangat dan asin rasanya. “Akkkhhhh…terus sayang…maenin donk lidah kamu”. Disitu gwa putar2 lidah gwa di dalam vaginanya, itu buat dia makin nekan kepala gwa, bahkan gwa ampir g bisa nafas. “Iyah sayang…terus…ugghhh….Aak kkhh….AAAAAAAAAA” teriaknya. Gwa g berhenti milin2 lidah gwa di vaginanya, dan dia makin nekan kepala gwa, alhasil gwa berusaha ngelepas bibir gwa karena waktu itu gwa g bisa nafas, sesak banget, tapi dia malah jambak rambut gwa dan ngedorong wajah gwa ke arah vaginanya. G tau berapa tegukan spermanya yang gwa minum, lantaran sesak. Tak lama dia kemudian ngelepas jambakannya, dan ngasih kode ke Ani yang masih sibuk aja maenin kontol gwa. Sekarang cindy udah duduk di atas perut gwa. Sama seperti Amel tadi, pasti dia pengen ngerasain kontol gwa. Kemudian langsung aja dia masukin kontol gwa ke vaginanya. Alamak, banjir banget. Cindy meluk badan gwa dari atas sambil goyangin pantatnya naik turun. “Akh…akh…akh…sssss” gitu katanya, g jelas gitu. Gwa balik ke kanan, disitu gwa liat Ani ama Dita saling menjilat vagina mereka (kek lesbian gitu). Kemudian Cindy balikin muka gwa secara paksa ke arah mukanya sambil nyium gwa. “Hmmmm….uughhhh….akh….ak h….”.Dia ngelepas bibirnya sambil ngomong ke gwa, “Jangan ngelirik cewek lain, kalo lu lagi maen ama gwa”katanya gitu. Nggak lama, goyangannya makin kenceng, dan mukanya memerah. “Akh…..ughhh…enak honey…ugghhh..akkkkh….akhh …..”. Kemudian waktu itu muka gwa juga dah panas banget, rasanya gwa mau “keluar” lagi, tapi kali ini lebih hebat lagi.”Akkhhh sayang, mukanya jangan digituin donk, jadi gemes akunya…akkhhh….akkhhh…”k ata cindy godain gwa.”Eh liat neh, pipinya merah banget…lucu deh” kata Cindy ke 3 orang senior gwa yang laen. Kemudian semua motret muka gwa waktu itu, ampun dah gwa malu banget, mereka cuman tertawa aja, pdhl gwa udah “sekarat” gitu. Trus gwa gigit bibir bawah gwa, karena udah nahan sperma gwa yg udah mo keluar. “Akkh….akhh…sayang mukanya jgn digituin donk, aku mau keluar….Aaakh…..AAAAAAA… ..aku keluar sayaaang…nnghhhh…” teriak Cindy. Disitu gwa goyangin dikit pantat gwa dan akhirnya gwa juga ikutan “keluar” di dalam vaginanya. “AAAAAAA…..sayang bilang donk kalo mo keluar….ngghhh keluarin sayang, yang banyak…akkhhhh…kamu nakal yah, baby” goda Cindy sambil nyium hidung gwa. Gwa cuman gigit bibir bawah gwa, sambil nutup mata. Sambil terengah-engah seperti abis lari 1 kilo, gwa buka mata gwa. Cindy senyum ke arah gwa. “Enak kan sayang”katanya. Kemudian dia nempelin mukanya ke muka gwa dan motret kita berdua di HPnya. “Ini sebagai kenang-kenangan yah, baby” sambil nyium bibir gwa dengan lembut.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">G tau udah berapa jam gwa “dipake” ama mareka, setiap kali “keluar” pasti mereka potret di HP mereka, tapi gwa seh g ada masalah, lagian ini juga pelajaran sex buat gwa. Mulai dari gaya inilah, gaya itulah, mereka semua yang nentuin, coz aku g tau nama2 gaya ini itu. Tapi lama kelamaan gwa ngerti juga mengenai sex, karena mungkin sering maen ama mereka berempat, di hotel, di kamar kost mereka, bahkan pernah gwa maen ama Cindy di toilet kampus.</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-1196425916751678882011-03-23T02:01:00.001-07:002011-03-23T17:04:25.497-07:00Dosenku Yang Cabul<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dosenku Yang Cabul, Cerita ini bermula dari ulah dosenku yang kurang ajar. Hingga akhirnya aku menerima semua nasib sial ini. Berikut secara lengkap aku ceritakan bagaimana aib itu bisa terjadi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dengan langkah ragu-ragu aku mendekati ruang dosen di mana Pak Hr berada.<br /><br />“Winda…”, sebuah suara memanggil.<br /><br />“Hei Ratna!”.<br /><br />“Ngapain kau cari-cari dosen killer itu?”, Ratna itu bertanya heran.<br /><br />“Tau nih, aku mau minta ujian susulan, sudah dua kali aku minta diundur terus, kenapa ya?”.<br /><br />“Idih jahat banget!”.<br /><br />“Makanya, aku takut nanti di raport merah, mata kuliah dia kan penting!, tauk nih, bentar ya aku masuk dulu!”.<br /><br />“He-eh deh, sampai nanti!” Ratna berlalu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dengan memberanikan diri aku mengetuk pintu.<br /><br />“Masuk…!”, Sebuah suara yang amat ditakutinya menyilakannya masuk.<br /><br />“Selamat siang pak!”.<br /><br />“Selamat siang, kamu siapa?”, tanyanya tanpa meninggalkan pekerjaan yang sedang dikerjakannya.<br /><br />“Saya Winda…!”.<br /><br />“Aku..? Oh, yang mau minta ujian lagi itu ya?”.<br /><br />“Iya benar pak.”<br /><br />“Saya tidak ada waktu, nanti hari Mminggu saja kamu datang ke rumah saya, ini kartu nama saya”, Katanya acuh tak acuh sambil menyerahkan kartu namanya.<br /><br />“Ada lagi?” tanya dosen itu.<br /><br />“Tidak pak, selamat siang!”<br /><br />“Selamat siang!”. </p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dengan lemas aku beranjak keluar dari ruangan itu. Kesal sekali rasanya, sudah belajar sampai larut malam, sampai di sini harus kembali lagi hari Minggu, huh!<br /><br />Mungkin hanya akulah yang hari Minggu masih berjalan sambil membawa tas hendak kuliah. Hari ini aku harus memenuhi ujian susulan di rumah Pak Hr, dosen berengsek itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Rumah Pak Hr terletak di sebuah perumahan elite, di atas sebuah bukit, agak jauh dari rumah-rumah lainnya. Belum sempat memijit Bel pintu sudah terbuka, Seraut wajah yang sudah mulai tua tetapi tetap segar muncul.<br /><br />“Ehh…! Winda, ayo masuk!”, sapa orang itu yang tak lain adalah pak Hr sendiri.<br /><br />“Permisi pak! Ibu mana?”, tanyaku berbasa-basi.<br /><br />“Ibu sedang pergi dengan anak-anak ke rumah neneknya!”, sahut pak Hr ramah.<br /><br />“Sebentar ya…”, katanya lagi sambil masuk ke dalam ruangan.<br /><br />Tumben tidak sepeti biasanya ketika mengajar di kelas, dosen ini terkenal paling killer.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Rumah Pak Hr tertata rapi. Dinding ruang tamunya bercat putih. Di sudut ruangan terdapat seperangkat lemari kaca temapat tersimpan berbagai barang hiasan porselin. Di tengahnya ada hamparan permadani berbulu, dan kursi sofa kelas satu.<br /><br />“Gimana sudah siap?”, tanya pak Hr mengejutkan aku dari lamunannya.<br /><br />“Eh sudah pak!”<br /><br />“Sebenarnya…, sebenarnya Winda tidak perlu mengikuti ulang susulan kalau…, kalau…!”<br /><br />“Kalau apa pak?”, aku bertanya tak mengerti. Belum habis bicaranya, Pak Hr sudah menuburuk tubuhku.<br /><br />“Pak…, apa-apaan ini?”, tanyaku kaget sambil meronta mencoba melepaskan diri.<br /><br />“Jangan berpura-pura Winda sayang, aku membutuhkannya dan kau membutuhkan nilai bukan, kau akan kululuskan asalkan mau melayani aku!”, sahut lelaki itu sambil berusaha menciumi bibirku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Serentak Bulu kudukku berdiri. Geli, jijik…, namun detah dari mana asalnya perasaan hasrat menggebu-gebu juga kembali menyerangku. Ingin rasanya membiarkan lelaki tua ini berlaku semaunya atas diriku. Harus kuakui memang, walaupun dia lebih pantas jadi bapakku, namun sebenarnya lelaki tua ini sering membuatku berdebar-debar juga kalau sedang mengajar. Tapi aku tetap berusaha meronta-ronta, untuk menaikkan harga diriku di mata Pak Hr.<br /><br />“Lepaskan…, Pak jangan hhmmpppff…!”, kata-kataku tidak terselesaikan karena terburu bibirku tersumbat mulut pak Hr.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku meronta dan berhasil melepaskan diri. Aku bangkit dan berlari menghindar. Namun entah mengapa aku justru berlari masuk ke sebuah kamar tidur. Kurapatkan tubuhku di sudut ruangan sambil mengatur kembali nafasku yang terengah-engah, entah mengapa birahiku sedemikian cepat naik. Seluruh wajahku terasa panas, kedua kakikupun terasa gemetar.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pak Hr seperti diberi kesempatan emas. Ia berjalan memasuki kamar dan mengunci pintunya. Lalu dengan perlahan ia mendekatiku. Tubuhku bergetar hebat manakala lelaki tua itu mengulurkan tangannya untuk merengkuh diriku. Dengan sekali tarik aku jatuh ke pelukan Pak Hr, bibirku segera tersumbat bibir laki-laki tua itu. Terasa lidahnya yang kasap bermain menyapu telak di dalam mulutku. Perasaanku bercampur aduk jadi satu, benci, jijik bercampur dengan rasa ingin dicumbui yang semakin kuat hingga akhirnya akupun merasa sudah kepalang basah, hati kecilku juga menginginkannya. Terbayang olehku saat-saat aku dicumbui seperti itu oleh Aldy, entah sedang di mana dia sekarang. aku tidak menolak lagi. bahkan kini malah membalas dengan hangat.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Merasa mendapat angin kini tangan Pak Hr bahkan makin berani menelusup di balik blouse yang aku pakai, tidak berhenti di situ, terus menelup ke balik beha yang aku pakai.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Jantungku berdegup kencang ketika tangan laki-laki itu meremas-remas gundukan daging kenyal yang ada di dadaku dengan gemas. Terasa benar, telapak tangannya yang kasap di permukaan buah dadaku, ditingkahi dengan jari-jarinya yang nakal mepermainkan puting susuku. Gemas sekali nampaknya dia. Tangannya makin lama makin kasar bergerak di dadaku ke kanan dan ke kiri.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Setelah puas, dengan tidak sabaran tangannya mulai melucuti pakaian yang aku pakai satu demi satu hingga berceceran di lantai. Hingga akhirnya aku hanya memakai secarik G-string saja. Bergegas pula Pak Hr melucuti kaos oblong dan sarungnya. Di baliknya menyembul batang penis laki-laki itu yang telah menegang, sebesar lengan Bayi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tak terasa aku menjerit ngeri, aku belum pernah melihat alat vital lelaki sebesar itu. Aku sedikit ngeri. Bisa jebol milikku dimasuki benda itu. Namun aku tak dapat menyembunyikan kekagumanku. Seolah ada pesona tersendiri hingga pandangan mataku terus tertuju ke benda itu. Pak Hr berjalan mendekatiku, tangannya meraih kunciran rambutku dan menariknya hingga ikatannya lepas dan rambutku bebas tergerai sampai ke punggung.<br /><br />“Kau Cantik sekali Winda…”, gumam pak Hr mengagumi kecantikanku.<br /><br />Aku hanya tersenyum tersipu-sipu mendengar pujian itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dengan lembut Pak Hr mendorong tubuhku sampai terduduk di pinggir kasur. Lalu ia menarik G-string, kain terakhir yang menutupi tubuhku dan dibuangnya ke lantai. Kini kami berdua telah telanjang bulat. Tanpa melepaskan kedua belah kakiku, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkanganku. Nafas laki-laki itu demikian memburu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tak lama kemudian Pak membenamkan kepalanya di situ. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluanku yang tertutup rambut lebat itu. Aku memejamkan mata, oohh, indahnya, aku sungguh menikmatinya, sampai-sampai tubuhku dibuat menggelinjang-gelinjang kegelian.<br /><br />“Pak…!”, rintihku memelas.<br /><br />“Pak…, aku tak tahan lagi…!”, aku memelas sambil menggigit bibir. Sungguh aku tak tahan lagi mengalamai siksaan birahi yang dilancarkan Pak Hr. Namun rupanya lelaki tua itu tidak peduli, bahkan senang melihat aku dalam keadaan demikian. Ini terlihat dari gerakan tangannya yang kini bahkan terjulur ke atas meremas-remas payudaraku, tetapi tidak menyudahi perbuatannya. Padahal aku sudah kewalahan dan telah sangat basah kuyup.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Paakk…, aakkhh…!”, aku mengerang keras, kakinya menjepit kepala Pak Hr melampiaskan derita birahiku, kujambak rambut Pak Hr keras-keras. Kini aku tak peduli lagi bahwa lelaki itu adalah dosen yang aku hormati. Sungguh lihai laki-laki ini membangkitkan gairahku. aku yakin dengan nafsunya yang sebesar itu dia tentu sangat berpengalaman dalam hal ini, bahkan sangat mungkin sudah puluhan atau ratusan mahasiswi yang sudah digaulinya. Tapi apa peduliku?</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tiba-tiba Pak Hr melepaskan diri, lalu ia berdiri di depanku yang masih terduduk di tepi ranjang dengan bagian bawah perutnya persis berada di depan wajahku. aku sudah tahu apa yang dia mau, namun tanpa sempat melakukannya sendiri, tangannya telah meraih kepalaku untuk dibawa mendekati kejantanannya yang aduh mak.., Sungguh besar itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tanpa melawan sama sekali aku membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu kukulum sekalian alat vital Pak Hr ke dalam mulutku hingga membuat lelaki itu melek merem keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulutku. Itupun sudah terasa penuh. Aku hampir sesak nafas dibuatnya. Aku pun bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutku. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidahku menyapu kepalanya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Beberapa saat kemudian Pak Hr melepaskan diri, ia membaringkan aku di tempat tidur dan menyusul berbaring di sisiku, kaki kiriku diangkat disilangkan di pinggangnya. Lalu Ia berusaha memasuki tubuhku belakang. Ketika itu pula kepala penis Pak Hr yang besar itu menggesek clitoris di liang senggamaku hingga aku merintih kenikmatan. Ia terus berusaha menekankan miliknya ke dalam milikku yang memang sudah sangat basah. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam milikku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dan ketika dengan kasar dia tiba-tiba menekankan miliknya seluruhnya amblas ke dalam diriku aku tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik. Perasaan luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diriku, hingga badanku mengejang beberapa detik.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pak Hr cukup mengerti keadaan diriku, ketika dia selesai masuk seluruhnya dia memberi kesempatan padaku untuk menguasai diri beberapa saat. Sebelum kemudian dia mulai menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan kemudian makin lama makin cepat.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap Pak Hr menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding dalam liang senggamaku sungguh membuatku lupa ingatan. Pak Hr menyetubuhi aku dengan cara itu. Sementara bibirnya tak hentinya melumat bibir, tengkuk dan leherku, tangannya selalu meremas-remas payudaraku. Aku dapat merasakan puting susuku mulai mengeras, runcing dan kaku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku bisa melihat bagaimana batang penis lelaki itu keluar masuk ke dalam liang kemaluanku. Aku selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalam. Milikku hampir tidak dapat menampung ukuran Pak Hr yang super itu, dan ini makin membuat Pak Hr tergila-gila.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Pak Hr membalik tubuhku hingga menungging di hadapannya. Ia ingin pakai doggy style rupanya. Tangan lelaki itu kini lebih leluasa meremas-remas kedua belah payudara aku yang kini menggantung berat ke bawah. Sebagai seorang wanita aku memiliki daya tahan alami dalam bersetubuh. Tapi bahkan kini aku kewalahan menghadapi Pak Hr. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia bertahan. Aku yang kini duduk mengangkangi tubuhnya hampir kehabisan nafas.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kupacu terus goyangan pinggulku, karena aku merasa sebentar lagi aku akan memperolehnya. Terus…, terus…, aku tak peduli lagi dengan gerakanku yang brutal ataupun suaraku yang kadang-kadang memekik menahan rasa luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu sampai, aku tak peduli lagi…, aku memekik keras sambil menjambak rambutnya. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhku mengejang. Sungguh hebat rasa yang kurasakan kali ini. Sungguh ironi memang, aku mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan orang yang aku sukai. Tapi masa bodohlah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Berkali-kali kuusap keringat yang membasahi dahiku. Pak Hr kemudian kembali mengambil inisiatif. kini gantian Pak Hr yang menindihi tubuhku. Ia memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuhku. Sementara kami terus berpacu. Sungguh hebat laki-laki ini. Walaupun sudah berumur tapi masih bertahan segitu lama. Bahkan mengalahkan semua cowok-cowok yang pernah tidur denganku, walaupun mereka rata-rata sebaya denganku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Namun beberapa saat kemudian, Pak Hr mulai menggeram sambil mengeretakkan giginya. Tubuh lelaki tua itu bergetar hebat di atas tubuhku. Penisnya menyemburkan cairan kental yang hangat ke dalam liang kemaluanku dengan derasnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Beberapa saat kemudian, perlahan-lahan kami memisahkan diri. Kami terbaring kelelahan di atas kasur itu. Nafasku yang tinggal satu-satu bercampur dengan bunyi nafasnya yang berat. Kami masing-masing terdiam mengumpulkan tenaga kami yang sudah tercerai berai.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku sendiri terpejam sambil mencoba merasakan kenikmatan yang baru saja aku alami di sekujur tubuhku ini. Terasa benar ada cairan kental yang hangat perlahan-lahan meluncur masuk ke dalam liang vaginaku. Hangat dan sedikit gatal menggelitik.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Bagian bawah tubuhku itu terasa benar-benar banjir, basah kuyub. Aku menggerakkan tanganku untuk menyeka bibir bawahku itu dan tanganku pun langsung dipenuhi dengan cairan kental berwarna putih susu yang berlepotan di sana.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Bukan main Winda, ternyata kau pun seperti kuda liar!” kata Pak Hr penuh kepuasan. Aku yang berbaring menelungkup di atas kasur hanya tersenyum lemah. aku sungguh sangat kelelahan, kupejamkan mataku untuk sejenak beristirahat. Persetan dengan tubuhku yang masih telanjang bulat.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pak Hr kemudian bangkit berdiri, ia menyulut sebatang rokok. Lalu lelaki tua itu mulai mengenakan kembali pakaiannya. Aku pun dengan malas bangkit dan mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai.<br /><br />Sambil berpakaian ia bertanya, “Bagaimana dengan ujian saya pak?”.<br /><br />“Minggu depan kamu dapat mengambil hasilnya”, sahut laki-laki itu pendek.<br /><br />“Kenapa tidak besok pagi saja?”, protes aku tak puas.<br /><br />“Aku masih ingin bertemu kamu, selama seminggu ini aku minta agar kau tidak tidur dengan lelaki lain kecuali aku!”, jawab Pak Hr.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku sedikit terkejut dengan jawabannya itu. Tapi akupun segera dapat menguasai keadaanku. Rupanya dia belum puas dengan pelayanan habis-habisanku barusan.<br /><br />“Aku tidak bisa janji!”, sahutku seenaknya sambil bangkit berdiri dan keluar dari kamar mencari kamar mandi. Pak Hr hanya mampu terbengong mendengar jawabanku yang seenaknya itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku sedang berjalan santai meninggalkan rumah pak Hr, ini pertemuanku yang ketiga dengan laki-laki itu demi menebus nilai ujianku yang selalu jeblok jika ujian dengan dia. Mungkin malah sengaja dibuat jeblok biar dia bisa main denganku. Dasar…, namun harus kuakui, dia laki-laki hebat, daya tahannya sungguh luar biasa jika dibandingkan dengan usianya yang hapir mencapai usia pensiun itu. Bahkan dari pagi hingga sore hari ini dia masih sanggup menggarapku tiga kali, sekali di ruang tengah begitu aku datang, dan dua kali di kamar tidur. Aku sempat terlelap sesudahnya beberapa jam sebelum membersihkan diri dan pulang. Berutung kali ini, aku bisa memaksanya menandatangani berkas ujian susulanku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Masih ada mata kuliah Pengantar Berorganisasi dan Kepemimpinan”, katanya sambil membubuhkan nilai A di berkas ujianku.<br /><br />“Selama bapak masih bisa memberiku nilai A”, kataku pendek.<br /><br />“Segeralah mendaftar, kuliah akan dimulai minggu depan!”.<br /><br />“Terima kasih pak!” kataku sambil tak lupa memberikan senyum semanis mungkin.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Winda!” teriakan seseorang mengejutkan lamunanku. Aku menoleh ke arah sumber suara tadi yang aku perkirakan berasal dari dalam mobil yang berjalan perlahan menghampiriku. Seseorang membuka pintu mobil itu, wajah yang sangat aku benci muncul dari balik pintu Mitsubishi Galant keluaran tahun terakhir itu.<br /><br />“Masuklah Winda…”.<br /><br />“Tidak, terima kasih. Aku bisa jalan sendiri koq!”, Aku masih mencoba menolak dengan halus.<br /><br />“Ayolah, masa kau tega menolak ajakanku, padahal dengan pak Hr saja kau mau!”.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku tertegun sesaat, Bagai disambar petir di siang bolong.<br /><br />“Da…,Darimana kau tahu?”.<br /><br />“Nah, jadi benar kan…, padahal aku tadi hanya menduga-duga!”<br /><br />“Sialan!”, Aku mengumpat di dalam hati, harusnya tadi aku bersikap lebih tenang, aku memang selalu nervous kalau ketemu cowok satu ini, rasanya ingin buru-buru pergi dari hadapannya dan tidak ingin melihat mukanya yang memang seram itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Seperti tipikal orang Indonesia bagian daerah paling timur, cowok ini hitam tinggi besar dengan postur sedikit gemuk, janggut dan cambang yang tidak pernah dirapikan dengan rambut keritingnya yang dipelihara panjang ditambah dengan caranya memakai kemeja yang tidak pernah dikancingkan dengan benar sehingga memamerkan dadanya yang penuh bulu. Dengan asesoris kalung, gelang dan cincin emas, arloji rolex yang dihiasi berlian…, cukup menunjukkan bahwa dia ini orang yang memang punya duit. Namun, aku menjadi muak dengan penampilan seperti itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dino memang salah satu jawara di kampus, anak buahnya banyak dan dengan kekuatan uang serta gaya jawara seperti itu membuat dia menjadi salah satu momok yang paling menakutkan di lingkungan kampus. Dia itu mahasiswa lama, dan mungkin bahkan tidak pernah lulus, namun tidak ada orang yang berani mengusik keberadaannya di kamus, bahkan dari kalangan akademik sekalipun.<br /><br />“Gimana? Masih tidak mau masuk?”, tanya dia setengah mendesak.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku tertegun sesaat, belum mau masuk. Aku memang sangat tidak menyukai laki-laki ini, Tetapi kelihatannya aku tidak punya pilihan lain, bisa-bisa semua orang tahu apa yang kuperbuat dengan pak Hr, dan aku sungguh-sungguh ingin menjaga rahasia ini, terutama terhadap Erwin, tunanganku. Namun saat ini aku benar benar terdesak dan ingin segera membiarkan masalah ini berlalu dariku. Makanya tanpa pikir panjang aku mengiyakan saja ajakannya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dino tertawa penuh kemenangan, ia lalu berbicara dengan orang yang berada di sebelahnya supaya berpindah ke jok belakang. Aku membanting pantatku ke kursi mobil depan, dan pemuda itu langsung menancap gas. Sambil nyengir kuda. Kesenangan.<br /><br />“Ke mana kita?”, tanyaku hambar.<br /><br />“Lho? Mestinya aku yang harus tanya, kau mau ke mana?”, tanya Dino pura-pura heran.<br /><br />“Sudahlah Dino, tak usah berpura-pura lagi, kau mau apa?”, Suaraku sudah sedemikian pasrahnya. Aku sudah tidak mau berpikir panjang lagi untuk meminta dia menutup-nutupi perbuatanku. Orang yang duduk di belakangku tertawa.<br /><br />“Rupanya dia cukup mengerti apa kemauanmu Dino!”, Dia berkomentar.<br /><br />“Ah, diam kau Maki!” Rupanya orang itu namanya Maki, orang dengan penampilan hampir mirip dengan Dino kecuali rambutnya yang dipotong crew-cut.<br /><br />“Bagaimana kalau ke rumahku saja? Aku sangat merindukanmu Winda!”, pancing Dino.<br /><br />“Sesukamulah…!”, Aku tahu benar memang itu yang diinginkannya.<br /><br />Dino tertawa penuh kemenangan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ia melarikan mobilnya makin kencang ke arah sebuah kompleks perumahan. Lalu mobil yang ditumpangi mereka memasuki pekarangan sebuah rumah yang cukup besar. Di pekarangan itu sudah ada 2 buah mobil lain, satu Mitsubishi Pajero dan satu lagi Toyota Great Corolla namun keduanya kelihatan diparkir sekenanya tak beraturan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Interior depan rumah itu sederhana saja. Cuma satu stel sofa, sebuah rak perabotan pecah belah. Tak lebih. Dindingnya polos. Demikian juga tempok ruang tengah. Terasa betapa luas dan kosongnya ruangan tengah itu, meski sebuah bar dengan rak minuman beraneka ragam terdapat di sudut ruangan, menghadap ke taman samping. Sebuah stereo set terpasang di ujung bar. Tampaknya baru saja dimatikan dengan tergesa-gesa. Pitanya sebagian tergantung keluar.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dari pintu samping kemudian muncul empat orang pemuda dan seorang gadis, yang jelas-jelas masih menggunakan seragam SMU. Mereka semua mengeluarkan suara setengah berbisik. Keempat orang laki-laki itu, tiga orang sepertinya sesuku dengan Dino atau sebangsanya, sedangkan yang satu lagi seperti bule dengan rambutnya yang gondrong. Sementara si gadis berperawakan tinggi langsing, berkulit putih dan rambutnya yang hitam lurus dan panjang tergerai sampai ke pinggang, ia memakai bandana lebar di kepalanya dengan poni tebal menutupi dahinya. Wajahnya yang oval dan bermata sipit menandakan bahwa ia keturunan Cina atau sebangsanya. Harus kuakui dia memang cantik, seperti bintang film drama Mandarin. Berbeda dengan penampilan ketiga laki-laki itu, gadis ini kelihatannya bukan merupakan gerombolan mereka, dilihat dari tampangnya yang masih lugu. Ia masih mengenakan seragam sebuah sekolah Katolik yang langsung bisa aku kenali karena memang khas. Namun entah mengapa dia bisa bergaul dengan orang-orang ini.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dino bertepuk tangan. Kemudian memperkenalkan diriku dengan mereka. Yos, dan Bram seperti tipikal orang sebangsa Dino, Tito berbadan tambun dan yang bule namanya Marchell, sementara gadis SMU itu bernama Shelly. Mereka semua yang laki-laki memandang diriku dengan mata “lapar” membuat aku tanpa sadar menyilangkan tangan di depan dadaku, seolah-olah mereka bisa melihat tubuhku di balik pakaian yang aku kenakan ini.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tampak tak sabaran Dino menarik diriku ke loteng. Langsung menuju sebuah kamar yang ada di ujung. Kamar itu tidak berdaun pintu, sebenarnya lebih tepat disebut ruang penyangga antara teras dengan kamar-kamar yang lain Sebab di salah satu ujungnya merupakan pintu tembusan ke ruang lain.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Di sana ada sebuah kasur yang terhampar begitu saja di lantai kamar. Dengan sprei yang sudah acak-acakan. Di sudut terdapat dua buah kursi sofa besar dan sebuah meja kaca yang mungil. Di bawahnya berserakan majalah-majalah yang cover depannya saja bisa membuat orang merinding. Bergambar perempuan-perempuan telanjang.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku sadar bahkan sangat sadar, apa yang dimaui Dino di kamar ini. Aku beranjak ke jendela. Menutup gordynnya hingga ruangan itu kelihatan sedikit gelap. Namun tak lama, karena kemudian Dino menyalakan lampu. Aku berputar membelakangi Dino, dan mulai melucuti pakaian yang aku kenakan. Dari blouse, kemudian rok bawahanku kubiarkan meluncur bebas ke mata kakiku. Kemudian aku memutar balik badanku berbalik menghadap Dino.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Betapa terkejutnya aku ketika aku berbalik, ternyata di hadapanku kini tidak hanya ada Dino, namun Maki juga sedang berdiri di situ sambil cengengesan. Dengan gerakan reflek, aku menyambar blouseku untuk menutupi tubuhku yang setengah telanjang. Melihat keterkejutanku, kedua laki-laki itu malah tertawa terbahak-bahak.<br /><br />“Ayolah Winda, Toh engkau juga sudah sering memperlihatkan tubuh telanjangmu kepada beberapa laki-laki lain?”.<br /><br />“Kurang ajar kau Dino!” Aku mengumpat sekenanya.<br /><br />Wajah laki-laki itu berubah seketika, dari tertawa terbahak-bahak menjadi serius, sangat serius. Dengan tatapan yang sangat tajam dia berujar, “Apakah engkau punya pilihan lain? Ayolah, lakukan saja dan sesudah selesai kita boleh melupakan kejadian ini.”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku tertegun, melayani dua orang sekaligus belum pernah aku lakukan sebelumnya. Apalagi orang-orang yang bertampang seram seperti ini. Tapi seperti yang dia bilang, aku tak punya pilihan lain. Seribu satu pertimbangan berkecamuk di kepalaku hingga membuat aku pusing. Tubuhku tanpa sadar sampai gemetaran, terasa sekali lututku lemas sepertinya aku sudah kehabisan tenaga karena digilir mereka berdua, padahal mereka sama sekali belum memulainya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Akhirnya, dengan sangat berat aku menggerakkan kedua tangan ke arah punggungku di mana aku bisa meraih kaitan BH yang aku pakai. Baju yang tadi aku pakai untuk menutupi bagian tubuhku dengan sendirinya terjatuh ke lantai. Dengan sekali sentakan halus BH-ku telah terlepas dan meluncur bebas dan sebelum terjatuh ke lantai kulemparkan benda itu ke arah Dino yang kemudian ditangkapnya dengan tangkas. Ia mencium bagian dalam mangkuk bra-ku dengan penuh perasaan.<br /><br />“Harum!”, katanya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Lalu ia seperti mencari-cari sesuatu dari benda itu, dan ketika ditemukannya ia berhenti.<br /><br />“36B!”, katanya pendek.<br /><br />Rupanya ia pingin tahu berapa ukuran dadaku ini.<br /><br />“BH-nya saja sudah sedemikian harum, apalagi isinya!”, katanya seraya memberikan BH itu kepada Maki sehingga laki-laki itu juga ikut-ikutan menciumi benda itu. Namun demikian mata mereka tak pernah lepas menatap belahan payudaraku yang kini tidak tertutup apa-apa lagi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku kini hanya berdiri menunggu, dan tanpa diminta Dino melangkah mendekatiku. Ia meraih kepalaku. Tangannya meraih kunciran rambut dan melepaskannya hingga rambutku kini tergerai bebas sampai ke punggung.<br /><br />“Nah, dengan begini kau kelihatan lebih cantik!”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Ia terus berjalan memutari tubuhku dan memelukku dari belakang. Ia sibakkan rambutku dan memindahkannya ke depan lewat pundak sebelah kiriku, sehingga bagian punggung sampai ke tengkukku bebas tanpa penghalang. Lalu ia menjatuhkan ciumannya ke tengkuk belakangku. Lidahnya menjelajah di sekitar leher, tengkuk kemudian naik ke kuping dan menggelitik di sana. Kedua belah tangannya yang kekar dan berbulu yang tadi memeluk pinggangku kini mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah payudaraku dengan gemas. Aku masih menanggapinya dengan dingin dengan tidak bereaksi sama sekali selain memejamkan mataku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dino rupanya tidak begitu suka aku bersikap pasif, dengan kasar ia menarik wajahku hingga bibirnya bisa melumat bibirku. Aku hanya berdiam diri saja tak memberikan reaksi. Sambil melumat, lidahnya mencari-cari dan berusaha masuk ke dalam mulutku, dan ketika berhasil lidahnya bergerak bebas menjilati lidahku hingga secara tak sengaja lidahkupun meronta-ronta.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sambil memejamkan mata aku mencoba untuk menikmati perasaan itu dengan utuh. Tak ada gunanya aku menolak, hal itu akan membuatku lebih menderita lagi. Dengan kuluman lidah seperti itu, ditingkahi dengan remasan-remasan telapak tangannya di payudaraku sambil sekali-sekali ibu jari dan telunjuknya memilin-milin puting susuku, pertahananku akhirnya bobol juga. Memang, aku sudah sangat terbiasa dan sangat terbuai dengan permaian seperti ini hingga dengan mudahnya Dino mulai membangkitkan nafsuku. Bahkan kini aku mulai memberanikan menggerakkan tangan meremas kepala Dino yang berada di belakangku. Sementara dengan ekor mataku aku melihat Maki beranjak berjalan menuju sofa dan duduk di sana, sambil pandangan matanya tidak pernah lepas dari kami berdua.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Mungkin karena merasa sudah menguasai diriku, ciuman Dino terus merambat turun ke leherku, menghisapnya hingga aku menggelinjang. Lalu merosot lagi menelusup di balik ketiak dan merayap ke depan sampai akhirnya hinggap di salah satu pucuk bukit di dadaku, Dengan satu remasan yang gemas hingga membuat puting susuku melejit Dino untuk mengulumnya. Pertama lidahnya tepat menyapu pentilnya, lalu bergerak memutari seluruh daerah puting susuku sebelum mulutnya mengenyot habis puting susuku itu. Ia menghisapnya dengan gemas sampai pipinya kempot.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tubuhku secara tiba-tiba bagaikan disengat listrik, terasa geli yang luar biasa bercampur sedikit nyeri di bagian itu. Aku menggelinjang, melenguh apalagi ketika puting susuku digigit-gigit perlahan oleh Dino. Buah anggur yang ranum itu dipermainkan pula dengan lidah Dino yang kasap. Dipilin-pilinnya kesana kemari. Dikecupinya, dan disedotnya kuat-kuat sampai putingnya menempel pada telaknya. Aku merintih. Tanganku refleks meremas dan menarik kepalanya sehingga semakin membenam di kedua gunung kembarku yang putih dan padat. Aku sungguh tak tahu mengapa harus begitu pasrah kepada lelaki itu. Mengapa aku justeru tenggelam dalam permaianan itu? Semula aku hanya merasa terpaksa demi menutupi rahasia atas perbuatanku. Tapi kemudian nyatanya, permainan yang Dino mainkan begitu dalam. Dan aneh sekali, Tanpa sadar aku mulai mengikuti permainan yang dipimpin dengan cemerlang oleh Dino.<br /><br />“Winda…”, “Ya?”, “Kau suka aku perlakukan seperti ini?”. Aku hanya mengangguk. Dan memejamkan matanya. membiarkan payudaraku terus diremas-remas dan puting susunya dipilin perlahan. Aku menggeliat, merasakan nikmat yang luar biasa. Puting susu yang mungil itu hanya sebentar saja sudah berubah membengkak, keras dan mencuat semakin runcing.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Hsss…, ah!”, Aku mendesah saat merasakan jari-jari tangan lelaki itu mulai menyusup ke balik celana dalamku dan merayap mencari liang yang ada di selangkanganku. Dan ketika menemukannya Jari-jari tangan itu mula-mula mengusap-usap permukaannya, terus mengusap-usap dan ketika sudah terasa basah jarinya mulai merayap masuk untuk kemudian menyentuh dinding-dinding dalam liang itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dalam posisi masih berdiri berhadapan, sambil terus mencumbui payudaraku, Dino meneruskan aksinya di dalam liang gelap yang sudah basah itu. Makin lama makin dalam. Aku sendiri semakin menggelinjang tak karuan, kedua buah jari yang ada di dalam liang vaginaku itu bergerak-gerak dengan liar. Bahkan kadang-kadang mencoba merenggangkan liang vaginaku hingga menganga. Dan yang membuat aku tambah gila, ia menggerak-gerakkan jarinya keluar masuk ke dalam liang vaginaku seolah-olah sedang menyetubuhiku. Aku tak kuasa untuk menahan diri.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">“Nggghh…!”, mulutku mulai meracau. Aku sungguh kewalahan dibuatnya hingga lututku terasa lemas hingga akhirnya akupun tak kuasa menahan tubuhku hingga merosot bersimpuh di lantai. Aku mencoba untuk mengatur nafasku yang terengah-engah. Aku sungguh tidak memperhatikan lagi yang kutahu kini tiba-tiba saja Dino telah berdiri telanjang bulat di hadapanku. Tubuhnya yang tinggi besar, hitam dan penuh bulu itu dengan angkuhnya berdiri mengangkang persis di depanku sehingga wajahku persis menghadap ke bagian selangkangannya. Disitu, aku melihat batang kejantanannya telah berdiri dengan tegaknya. Besar panjang kehitaman dengan bulu hitam yang lebat di daerah pangkalnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dengan sekali rengkuh, ia meraih kepalaku untuk ditarik mendekati daerah di bawah perutnya itu. Aku tahu apa yang dimauinya, bahkan sangat tahu ini adalah perbuatan yang sangat disukai para lelaki. Di mana ketika aku melakukan oral seks terhadap kelaminnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Maka, dengan kepalang basah, kulakukan apa yang harus kulakukan. Benda itu telah masuk ke dalam mulutku dan menjadi permainan lidahku yang berputar mengitari ujung kepalanya yang bagaikan sebuah topi baja itu. Lalu berhenti ketika menemukan lubang yang berada persis di ujungnya. Lalu dengan segala kemampuanku aku mulai mengelomoh batang itu sambil kadang-kadang menghisapnya kuat-kuat sehingga pemiliknya bergetar hebat menahan rasa yang tak tertahankan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pada saat itu aku sempat melirik ke arah sofa di mana Maki berada, dan ternyata laki-laki ini sudah mulai terbawa nafsu menyaksikan perbuatan kami berdua. Buktinya, ia telah mengeluarkan batang kejantanannya dan mengocoknya naik turun sambil berkali-kali menelan ludah. Konsentrasiku buyar ketika Dino menarik kepalaku hingga menjauh dari selangkangannya. Ia lalu menarik tubuhku hingga telentang di atas kasur yang terhampar di situ. Lalu dengan cepat ia melucuti celana dalamku dan dibuangnya jauh-jauh seakan-akan ia takut aku akan memakainya kembali.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Untuk beberapa detik mata Dino nanar memandang bagian bawah tubuhku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi. Si Makipun sampai berdiri mendekat ke arah kami berdua seakan ia tidak puas memandang kami dari kejauhan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Namun beberapa detik kemudian, Dino mulai merenggangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Paha kiriku diangkatnya dan disangkutkan ke pundaknya. Lalu dengan tangannya yang sebelah lagi memegangi batang kejantanannya dan diusap-usapkan ke permukaan bibir vaginaku yang sudah sangat basah. Ada rasa geli menyerang di situ hingga aku menggelinjang dan memejamkan mata.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sedetik kemudian, aku merasakan ada benda lonjong yang mulai menyeruak ke dalam liang vaginaku. Aku menahan nafas ketika terasa ada benda asing mulai menyeruak di situ. Seperti biasanya, aku tak kuasa untuk menahan jeritanku pada saat pertama kali ada kejantanan laki-laki menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dengan perlahan namun pasti, kejantanan Dino meluncur masuk semakin dalam. Dan ketika sudah masuk setengahnya ia bahkan memasukkan sisanya dengan satu sentakan kasar hingga aku benar-benar berteriak karena terasa nyeri. Dan setelah itu, tanpa memberiku kesempatan untuk membiasakan diri dulu, Dino sudah bergoyang mencari kepuasannya sendiri.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dino menggerak-gerakkan pinggulnya dengan kencang dan kasar menghunjam-hunjam ke dalam tubuhku hingga aku memekik keras setiap kali kejantanan Dino menyentak ke dalam. Pedih dan ngilu. Namun bercampur nikmat yang tak terkira. Ada sensasi aneh yang baru pertama kali kurasakan di mana di sela-sela rasa ngilu itu aku juga merasakan rasa nikmat yang tak terkira. Namun aku juga tidak bisa menguasai diriku lagi hingga aku sampai menangis menggebu-gebu, sakit keluhku setiap kali Dino menghunjam, tapi aku semakin mempererat pelukanku, Pedih, tapi aku juga tak bersedia Dino menyudahi perlakuannya terhadap diriku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku semakin merintih. Air mataku meleleh keluar. kami terus bergulat dalam posisi demikian. Sampai tiba-tiba ada rasa nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhku. Aku telah orgasme. Ya, orgasme bersama dengan orang yang aku benci. Tubuhku mengejang selama beberapa puluh detik. Sebelum melemas. Namun Dino rupanya belum selesai. Ia kini membalikkan tubuhku hingga kini aku bertumpu pada kedua telapak tangan dan kedua lututku. Ia ingin meneruskannya dengan doggy style. Aku hanya pasrah saja.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kini ia menyetubuhiku dari belakang. Tangannya kini dengan leluasa berpindah-pindah dari pinggang, meremas pantat dan meremas payudaraku yang menggelantung berat ke bawah. Kini Dino bahkan lebih memperhebat serangannya. Ia bisa dengan leluasa menggoyangkan tubuhnya dengan cepat dan semakin kasar.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pada saat itu tanpa terasa, Maki telah duduk mengangkang di depanku. Laki-laki ini juga telah telanjang bulat. Ia menyodorkan batang penisnya ke dalam mulutku, tangannya meraih kepalaku dan dengan setengah memaksa ia menjejalkan batang kejantanannya itu ke dalam mulutku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Kini aku melayani dua orang sekaligus. Dino yang sedang menyetubuhiku dari belakang. Dan Maki yang sedang memaksaku melakukan oral seks terhadap dirinya. Dino kadang-kadang malah menyorongkan kepalanya ke depan untuk menikmati payudaraku. Aku mengerang pelan setiap kali ia menghisap puting susuku. Dengan dua orang yang mengeroyokku aku sungguh kewalahan hingga tidak bisa berbuat apa-apa. Malahan aku merasa sangat terangsang dengan posisi seperti ini.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Mereka menyetubuhiku dari dua arah, yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada di arah lainnya semakin menghunjam. Kadang-kadang aku hampir tersedak. Maki yang tampaknya mengerti kesulitanku mengalah dan hanya diam saja. Dino yang mengatur segala gerakan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar di sekujur tubuhku. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan diriku melambung di luar batas yang pernah kuperkirakan sebelumnya. Dan kembali tubuhku mengejang, deras dan tanpa henti. Aku mengalami orgasme yang datang dengan beruntun seperti tak berkesudahan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tidak lama kemudian Dino mengalami orgasme. Batang penisnya menyemprotkan air mani dengan deras ke dalam liang vaginaku. Benda itu menyentak-nyentak dengan hebat, seolah-olah ingin menjebol dinding vaginaku. Aku bisa merasakan air mani yang disemprotkannya banyak sekali, hingga sebagian meluap keluar meleleh di salah satu pahaku. Sesudah itu mereka berganti tempat. Maki mengambil alih perlakuan Dino. Masih dalam posisi doggy style. Batang kejantanannya dengan mulus meluncur masuk dalam sekali sampai menyentuh bibir rahimku. Ia bisa mudah melakukannya karena memang liang vaginaku sudah sangat licin dilumasi cairan yang keluar dari dalamnya dan sudah bercampur dengan air mani Dino yang sangat banyak. Permainan dilanjutkan. Aku kini tinggal melayani Maki seorang, karena Dino dengan nafas yang tersengal-sengal telah duduk telentang di atas sofa yang tadi diduduki Maki untuk mengumpulkan tenaga. Aku mengeluh pendek setiap kali Maki mendorong masuk miliknya. Maki terus memacu gerakkannya. Semakin lama semakin keras dan kasar hingga membuat aku merintih dan mengaduh tak berkesudahan.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Pada saat itu masuk Bram dan Tito bersamaan ke dalam ruangan. Tanpa basa-basi, mereka pun langsung melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat. Lalu mereka duduk di lantai dan menonton adegan mesum yang sedang terjadi antara aku dan Maki. Bram nampak kelihatan tidak sabaran Tetapi aku sudah tidak peduli lagi. Maki terus memacu menggebu-gebu. Laki-laki itu sibuk memacu sambil meremasi payudaraku yang menggelantung berat ke bawah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sesaat kemudian tubuhku dibalikkan kembali telentang di atas kasur dan pada saat itu Bram dengan tangkas menyodorkan batang kejantanannya ke dalam mulutku. Aku sudah setengah sadar ketika Tito menggantikan Maki menggeluti tubuhku. Keadaanku sudah sedemikian acak-acakan. Rambut yang kusut masai. Tubuhku sudah bersimpah peluh. Tidak hanya keringat yang keluar dari tubuhku sendiri, tapi juga cucuran keringat dari para laki-laki yang bergantian menggauliku. Aku kini hanya telentang pasrah ditindihi tubuh gemuk Tito yang bergoyang-goyang di atasnya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Laki-laki gemuk itu mengangkangkan kedua belah pahaku lebar-lebar sambil terus menghunjam-hunjamkan miliknya ke dalam milikku. Sementara Bram tak pernah memberiku kesempatan yang cukup untuk bernafas. Ia terus saja menjejal-jejalkan miliknya ke dalam mulutku. Aku sendiri sudah tidak bisa mengotrol diriku lagi. Guncangan demi guncangan yang diakibatkan oleh gerakan Titolah yang membuat Bram makin terangsang. Bukan lagi kuluman dan jilatan yang harusnya aku lakukan dengan lidah dan mulutku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dan ketika Tito melenguh panjang, ia mencapai orgasmenya dengan meremas kedua belah payudaraku kuat-kuat hingga aku berteriak mengaduh kesakitan. Lalu beberapa saat kemudian ia dengan nafasnya yang tersengal-sengal memisahkan diri dari diriku. Dan pada saat hampir bersamaan Bram juga mengerang keras. Batang kejantanannya yang masih berada di dalam mulutku bergerak liar dan menyemprotkan air maninya yang kental dan hangat. Aku meronta, ingin mengeluarkan banda itu dari dalam mulutku, namun tangan Bram yang kokoh tetap menahan kepalaku dan aku tak kuasa meronta lagi karena memang tenagaku sudah hampir habis. Cairan kental yang hangat itu akhirnya tertelan olehku. Banyak sekali. Bahkan sampai meluap keluar membasahi daerah sekitar bibirku sampai meleleh ke leher. Aku tak bisa berbuat apa-apa, selain dengan cepat mencoba menelan semua yang ada supaya tidak terlalu terasa di dalam mulutku. Aku memejamkan mata erat-erat, tubuhku mengejang melampiaskan rasa yang tidak karuan, geli, jijik, namun ada sensasi aneh yang luar biasa juga di dalam diriku. Sungguh sangat erotis merasakan siksa birahi semacam ini hingga akupun akhirnya orgasme panjang untuk ke sekian kalinya.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Dengan ekor mataku aku kembali melihat seseorang masuk ke ruangan yang ternyata si bule dan orang itu juga mulai membuka celananya. Aku menggigit bibir, dan mulai menangis terisak-isak. Aku hanya bisa memejamkan mata ketika Marchell mulai menindihi tubuhku. Pasrah.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Tidak lama kemudian setelah orang terakhir melaksanakan hasratnya pada diriku mereka keluar. aku merasa seluruh tubuhku luluh lantak. Setelah berhasil mengumpulkan cukup tenaga kembali, dengan terhuyung-huyung, aku bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaianku seadanya dan pergi mencari kamar mandi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku berpapasan dengan Dino yang muncul dari dalam sebuah ruangan yang pintunya terbuka. Lelaki itu sedang sibuk mengancingkan retsluiting celananya. Masih sempat terlihat dari luar di dalam kamar itu, di atas tempat tidur tubuh Shelly yang telanjang sedang ditindihi oleh tubuh Maki yang bergerak-gerak cepat. Memacu naik turun. Gadis itu menggelinjang-gelinjang setiap kali Maki bergerak naik turun. Rupanya anak itu bernasib sama seperti diriku.<br /><br />“Di mana aku bisa menemukan kamar mandi?” tanyaku pada Dino.<br /><br />Tanpa menjawab, ia hanya menunjukkan tangannya ke sebuah pintu. Tanpa basa-basi lagi aku segera beranjak menuju pintu itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Di sana aku mandi berendam air panas sambil mengangis. Aku tidak tahu saya sudah terjerumus ke dalam apa kini. Yang membuat aku benci kepada diriku sendiri, walaupun aku merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun demikian setiap kali teringat kejadian barusan, langsung saja selangkanganku basah lagi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Aku berendam di sana sangat lama, mungkin lebih dari satu jam lamanya. Setelah terasa kepenatan tubuhku agak berkurang aku menyudahi mandiku. Dengan berjalan tertatih-tatih aku melangkah keluar kamar mandi dan berjalan mencari pintu keluar. Sudah hampir jam sebelas malam ketika aku keluar dari rumah itu.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Sampai di dalam rumah, Aku langsung ngeloyor masuk ke kamar. Aku tak peduli dengan kakakku yang terheran-heran melihat tingkah lakuku yang tidak biasa, aku tak menyapanya karena memang sudah tidak ada keinginan untuk berbicara lagi malam ini. Aku tumpahkan segala perasaan campur aduk itu, kekesalan, dan sakit hati dengan menangis.</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1902673918438678987.post-60407793958850151592011-03-23T02:01:00.000-07:002011-03-23T17:04:36.171-07:00Cerita Seru Di Masa SMA<div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">Cerita Seru Di Masa SMA, Namaku risa atau biasanya dipanggil icha. aku memiliki wajah yg sedikit indo didukung dengan badanku yg kata teman2ku seksi. aku baru saja lulus smu. cerita ini adalah pengalaman sewaktu aku masih duduk di bangku sma kelas 1. Hari ini pelajaran yg diberikan belum terlalu banyak karena kami masih dalam tahap2 transisi dari murid smp menjadi murid smu. Tak terbayang olehku dapat masuk ke smu yg masih tergolong favorit di ibu kota ini. impianku sejak dulu adalh memakai sragam putih abu2 karena seragam ini memiliki model rok yg lebih membuatku kelihatan seksi.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">diantara teman2 baruku ada seorang co yg amat menarik perhatianku, sebut saja namanya indra. membayangkan wajahnya saja bisa membuatku terangsang. aku sering melakukan masturbasi sambil membayangkan indra. walaupun sering bermasturbasi tp saat itu akku belum pernah bercinta atau ngentot, bahkan petting jg belum. entah setan apa yg masuk ke dalam otakku hari itu karena aku berencana untuk menyatakan cinta kpd indra. maka saat istirahat aku memanggil indra, “dra, gw gk tau gmn ngomongnya…” aku benar2 kalut saat itu ingin mundur tp udah telat. “dra gw sayang ma elo, lo mau kan jd cowo gw?” aku merasa amat malu saat itu, rasanya seperti ditelanjangi di kelas (paling tidak sampai SEKARANG aku masih memakai seragam lengkap. indra hanya tersenyum, “nanti aja ya gw jawabnya pas pulang”.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">selama jam pelajaran pikiranku tak menentu, “gimana kalo indra gak mau?” dalam hatiku “pasti gw jd bahan celaan!” berbagai pertanyaan terus mengalir di otakku. untungnya pelajaran belum begitu maksimal. bel pulang pun berdering, jantungku berdegup cepat. aku hanya duduk menunggu di bangkuku, aku tidak memiliki keberanian untuk menghampiri indra dan menanyakan jawabannya. saat kelas sudah berangsur sepi indra menghampiriku “bentar ya cha, gw dipanggil bentar” katanya. aku menunggu sendirian di kelas. “jangan2 indra ingin agar sekolah sepi dan mengajakku bercinta?” kepalaku penuh pertanyaan, hingga aku sama sekali tidak dapat berpikir sehat. dalam penantianku tiba2 ada orang datang. aku kecewa karena bukan indra yg datang melainkan malik dan ardy dari kelas I-3. mereka menghampiriku, malik didepanku dan ardy disampingku. perlu diketahui mereka bisa dikatakan sangat jauh dari tampan. dengan kulit yg hitam dan badan yg kurus kering, aku rasa akan menyulitkan mereka untuk mendapatkan pacar di sekolah ini. “lagi nugguin indra cha?” kata malik. “koq tau?” kataku “tadi indra cerita.” apa2an nih indra pake cerita segala dalam hatiku. “lo suka ma indra ya cha?” tanya malik lagi. aku cuma diam saja. “koq diem?” kata ardy. “males aja jawabnya” kataku </p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">perasaan bt mulai menjalar tp aku harus menahan karena pikirku ardy dan malik adalah teman indra. “koq lo bisa suka ma indra sih cha?” tanya ardy tp kali ini sambil merapatkan duduknya kepadaku dan menaruh tangannya di pahaku. “indra ganteng n gak kurang ajar kayak lo!” sambil menepis tangannya dari pahaku. “kurang ajar kaya gimana maksud lo?” tanya ardy lag i sambil menaruh tangannya lg di pahaku dan mulai mengelus2nya “ya kayak gini!” jawabku sambil menunjuk tangannya tp tidak menepisnya karena aku mulai terangsang dan berpikir mungkin mereka disuruh indra. “tapi enak kan?” kali ini malik ikut bicara. ardy mulai mengelus2 pangkal pahaku. aku pura2 berontak padahal dalam hati aku ingin dia melanjutkannya. “udah jangan sok berontak” kata malik sambil menunjukkan cengiran lebarnya. makin lama usapannya membuatku membuka lebar pahaku. “td bilang kita kurang ajar, eh skarang malah ngangkang.” “nantangin yah?” kata malik. dia menggeser bangku di depan mejaku dan mulai masuk ke kolong mejaku. sekarang ardy berganti mengerjai payudaraku, tangan kirinya mengusap payudara kananku sedangkan mulutnya menciumi dan menghisap payudarakiriku sehingga seragamku basah tepat di daerah payudaranya saja. malik yg berada di kolong meja menjilat2 paha sampai pangakal pahaku dan sesekali lidahnya menyentuh memekku yg msh terbungkus cd tipisku yg berwarna putih. perbuatan mereka membuatku menggelinjang dan sesaat membuatku melupakan indra. ardy melepas kancing kemeja seragamku satu persatu dan kemudian melempar seragam itu entah kemana. merasa kurang puas ia pun melepas dan melempar braku. lidahnya menari2 di putingku membuatnya menjadi semakin membesar. “ough dy udah dong, gimana nanti kalo ketauan” kataku “tenang aja guru dah pada pulang” kata malik dari dalam rokku. sedangkan ardy terus mengerjai kedua payudaraku memilinnya, meremas, memghisap, bahkan sesekali menggigitnya. aku benar2 tak berdaya saat ini, tak berdaya karena nikmat. aku merasakan ada sesuatu yg basah mengenai vaginaku, aku rasa malik menjilatinya. aku tak dapat melihatnya karena tertutp oleh rokku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">perlakuan mereka sungguh membuatku melayang. aku merasa kemaluanku sudah amat basah dan malik menarik lepas cdku dan melemparnya juga. ia menyingkap rokku dan terus mnjilati kemaluanku. tak berapa lama aku merasa badanku menegang. aku sadar aku akan orgasme. aku merasa amat malu karena menikmati permainan ini. aku melenguuh panjang, setengah berteriak. aku mengalami orgasme di depan 2 orang buruk rupa yg baru aku kenal. “hahahaha..” mereka tertawa berbarengan. “ternyata lo suka juga yah?” kata ardy sambil tertawa. “jelas lah” sambung malik “smp dia kan dulu terkenak pecunnya” kata2 mereka membuat telingaku panas. kemudian mereka mengangkatku dan menelentangkanku di lantai. mreka membuka pakainnya “oh..” ini pertama kalinya aku melihat penis secara langsung. biasanya aku hanya melihat di film2 porno. malik membuka lebar pahaku dan menaruh kakiku di atas pundaknya. pelan2 ia memasukkan penisnya ke liang senggamaku. “ough, sakit lik” teriakku “tenang cha, entar juga lo keenakan” kata malik ” ketagihan malah “sambung ardy”</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">perlahan2 ia mulai menggenjotku, rasanya perih tp nikmat. sementara ardy meraih tanganku dan menuntunnya ke penis miliknya. ia memintaku mengocoknya. malik memberi kode kepada ardy, aku tidak mengerti maksudnya. ardy mendekatkan penisnya kemulutku dan memintaku mengulumnya. aku mejilatinya sesaat dan kemudian me masukkannya ke mulutku. “isep kontol gw kuat2 cha” katanya. aku mulai menghisap dan mengocoknya dgn mulutku. tampaknya ini membuatnya ketagihan. ia memaju mundurkan pingangnya lebih cepat. disaaat bersamaan malik menghujamkan penisnya lebih dalam. “mmmffhh” aku ingin berteriak tp terhalang oleh penis ardy. rupanya arti dr kode mereka ini, agar aku tak berteriak. aku sadar ke virginanku diambil mereka, oleh orang yg baru beberapa hari aku kenal. “ternyata masih ada juga nak smp sb yg masih virgin” “memek ce virgin emang paling enak” kata malik. dia menggenjotku semakin liar, dan tanpa sadar goyangan pingulku dan hisapanku terhadap penis ardy jg semakin cepat. tak lama aku orgasme untuk yg kedua kalinya. akupun menjadi sangat lemas tp karena goyangan malik malik semakin liar aku pun juga tetap bergoyang dan meghisap dengan liarnya. tak lama malik menarik keluar penisnya dan melenguh panjang disusul deerasnya semprotan maninya ke perutku. ia merasa puas dan menyingkir.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">sudah 45 menit aku menghisap penis ardy tp ia tak kunjung orgasme jg. ia mencabut penis dari mulutku, aku pikir ia akan orgasme tp aku salah. ia telentang dan memintaku naik diatasnya. aku disetubuhi dengan gaya woman on top. aku berpegangan pada dadanya agar tidak jatuh, sedangkan ardy leluasa meremas susuku. sekitar 10 menit dengan gaya ini tiba2 malik mendorongku dan akupun jatuh menindih ardy. malik menyingkap rokku yg selama bergaya woman on top telah jatuh dan menutupi bagian bawahku. ia mulai mengorek2 lubang anusku. aku ingin berontak tapi aku tidak ingin saat ini selesai begitu saja. jadi aku biarkan ia mengerjai liang duburku. tak lama aku yg sudah membelakanginya segera ditindah. penisnya masuk ke dalam anusku dengan ganas dan mulai mengaduk2 duburku. tubuhku betul2 tersa penuh. aku menikmati keadaan ini. sampai akhirnya ia mulai memasukkan penuh penisnya ke dalam anusku. aku merasakan perih dan nikmat yg tidak karuan. jadilah aku berteriak2 sekeras2nya. aku yg kesakitan tdk membuat mereka iba tetapi malah semakin bersemangat menggenjotku. sekitar 15 menit mereka membuatku menjadi daging roti lapis dan akhirnya aku orgasme lagi untuk yg kesekian kalinya. kali ini aku berteriak amat keras dan kemudian jatuh lemas menindih ardy. saat itu penjaga sekolah masuk tanpa aku sadar dan menonton aku yg sedang dikerjai 2 orang biadab ini.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">goyangan mereka semakin buas menandakan mereka akan segera orgasme. aku yg sudah lemas hanya bisa pasrah saja menerima semua perlakuan ini. tak lama mereka berdua memelukku dan melenguh panjang mereka menyemprotkan maninya di dalam kedua liangku. aku dapat merasakan cairan itu mengalir keluar karena memekku tidak cukup menampungnya. mereka mencabut kedua penis mereka. aku yg lemas dan hampir pingsan langsung tersadar begitu mendengar ardy berkata “nih giliran pak maman ngerasain icha” aku melihat penjaga sekolah itu telah telanjang bulat dan penisnya yg lebih besar dari ardy dan malik dengan gagahnya mengangkangiku seakan menginginkan lubang untuk dimasuki. ia menuntun penisnya kemulutku untuk kuhisap. aku kewalahan karena ukurannya yg sangat besar. melihat aku kewalahan tampaknya ia berbaik hati mencabutnya. tetapi sekarang ia malah membuatku menungging. ia mengorek2 kemaluanku yang sudah basah sehingga makin lama akupun mengangkat pantatku. aku sungguh takut ia menyodomiku.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">akhirnya aku bisa sedikit lega saat penisnya menyentuh bibir kemaluanku. dua jarinya membuka memekku sedangkan penisnya terus mencoba memasukinya. entah apa yg aku pikirkan, aku menuntun penisnya masuk ke memekku. ia pun mulai menggoyangnya perlahan. aku secara tak sadar mengikuti irama dari goyangannya. rokku yag tersinggkap dibuka kancingnya dan dinaikkannya sehingga ia melepas rok abu2ku melalui kepalaku. saat ini aku telah telanjang bulat. tangannya meremas payudaraku dan terus menggerayangi tubuhku. disaat2 kenikmatan aku tak sengaja menoleh dan melihat indra duduk di pojok. dewi teman sebangkuku megoralnya yg lebih mengagetkan ia memegang handycam dan itu menagarah ke diriku. aku kesal tp terlalu horny untuk berontak. akhirnya aku hanya menikmati persenggamaan ini sambil direkam oleh orang yg aku sukai.</p><div style="text-align: justify;"><br /></div><p style="text-align: justify;">pak maman semakin ganas meremas dadaku gerakannya pun semakin cepat. tapi entah kenapa dari tadi aku selalu lebih dulu orgasme dibandingkan mereka. aku berteriak panjang dan disusul pak maman yang menjambak rambutku kemudian mencabut penisnya dan menyuruhku meghisapnya. ia berteriak tak karuan. menjambakku, meremas2 dadaku sampai akhirnya ia menembakan maninya di mulutku. terdengar entah malik, ardy, atau indra yang berteriak telan semuanya. aku pun menelannya. mereka meninggalkanku yg telanjang di kelas sendirian. setelah mereka pergi aku menangis sambil mencari2 seragamku yg mereka lempar dan berserakan di ruang kelas. aku menemukan braku telah digunting tepat di bagian putingnya dan aku menemukan cdku di depan kelas telah dirobek2. sehingga aku pulang tanpa cd dan bra yg robek bagian putingnya.</p>cerita.mesumhttp://www.blogger.com/profile/09385544899459099511noreply@blogger.com